ֱ

Putri Koster Sebut Pola Pikir Masyarakat soal Sampah Harus Diubah

Putri Koster Sebut Pola Pikir Masyarakat soal Sampah Harus Diubah

Fabiola Dianira - detikBali
Kamis, 10 Apr 2025 21:12 WIB
Ni Luh Putu Putri Suastini, memberikan sambutan dalam pameran seni rupa bertajuk “Nyampaht” di Sudakara ArtSpace, Sudamala Resort, Sanur. Kamis (10/4/2025
Foto: Ni Luh Putu Putri Suastini, memberikan sambutan dalam pameran seni rupa bertajuk "Nyampaht" di Sudakara ArtSpace, Sudamala Resort, Sanur. Kamis (10/4/2025). (Fabiola Dianira/detikBali)
Denpasar -

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Putri Suastini Koster, mengatakan pola pikir masyarakat yang menganggap sampah adalah urusan pemerintah perlu diubah.

"Mindset kita harus di-reset. Sampah yang mestinya dikerjakan dan menjadi tanggung jawab pembuat sampah itu dari dahulu diambil alih oleh pemerintah. Seolah sampah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk dikerjakan," tegas istri Gubernur Bali Wayan Koster itu dalam sambutan pameran seni rupa "Nyampaht" di Sudamala Resort, Sanur, Kamis (10/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Putri menilai sampah yang masih jadi masalah pelik di Bali harus ditangani mulai dari hulu atau masyarakat sendiri. Ia mengingatkan sejak periode pertama Gubernur Wayan Koster, Pemprov Bali konsisten mendorong kebijakan pengelolaan sampah dari sumbernya.

ADVERTISEMENT

Yakni, melalui berbagai regulasi seperti Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber, Keputusan Gubernur Nomor 381 Tahun 2021, Instruksi Gubernur Nomor 8324 Tahun 2021, hingga yang terbaru Surat Edaran Nomor 9 Tahun 2025.

"Gubernur membuat aturannya, sistem, pola. Kalau pola itu salah boleh protes kepada gubernur. Tapi sebelum kita tahu itu salah atau benar, coba lakukan itu dulu," ujarnya

Putri Koster menegaskan pengelolaan sampah berbasis sumber berarti setiap pihak bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan di tempat asalnya. Ia mencontohkan rumah tangga sebagai salah satu dari tiga sumber utama sampah, selain kawasan dan kegiatan usaha.

"Di rumah tangga, sampah bisa dibagi jadi tiga, dari dapur, dari halaman, dan residu. Sampah dapur bisa langsung diolah, seperti yang sudah dilakukan warga Desa Umbul. Mereka punya tong fermentasi yang diberi cairan, hasilnya bisa menyuburkan tanah," urai Putri.

Ia juga mengingatkan tradisi lama masyarakat Bali yang dulu membuang sampah organik ke lubang di halaman belakang atau teba. "Kalau di Bali dulu membuang sampah di teba, di halaman belakang. Sekarang cukup membuat lubang kedalaman 2 meter diameter 1 meter. Sampah-sampah organik di situ, yang anorganik dikumpulkan oleh pemerintah desa ke TPS," ujar Putri.

Dengan semangat gotong royong dan kesadaran kolektif, ia berharap masyarakat bisa ikut serta menjaga kebersihan lingkungan mulai dari rumah. "Misal di satu desa saja bisa menghasilkan 4.000 ton sampah dalam sebulan. Setelah dikelola yang organiknya, tinggal yang anorganik itu dibawah 1000 ton. Lumayan berkurangnya," beber Putri Koster.

Ia kemudian mengajak seluruh masyarakat Bali untuk sadar dan melaksanakan gerakan pengelolaan sampah berbasis sumber sesuai aturan-aturan yang telah diterbitkan.

"Makanya, Bapak, Ibu, mari kita wujudkan kesadaran kita sendiri. Sudahkan sampah yang mucul di halaman rumah bapak ibu diselesaikan di rumah?" pungkasnya.




(hsa/hsa)

Berita ֱLainnya
detikInet
detikOto
detikFood
detikNews
Sepakbola
Sepakbola
detikHealth
detikHot
Hide Ads