Sejumlah aset milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kabupaten Manggarai Barat terbengkalai dan tidak menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma meninjau langsung kondisi aset-aset tersebut.
"Salah satu tujuan saya adalah mengecek aset-aset Pemprov NTT yang ada di Manggarai Barat," kata Johni di Labuan Bajo, Kamis (20/3/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan Johni seusai Rapat Koordinasi Pemprov NTT dengan Pemkab Manggarai Barat di Kantor Bupati Manggarai Barat. Rapat tersebut membahas kontribusi daerah pariwisata terhadap peningkatan PAD Provinsi NTT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lahan di Pantai Pede dan Terminal Nggorang Terbengkalai
Salah satu aset yang terbengkalai adalah lahan di Pantai Pede, Labuan Bajo. Lahan ini sempat dikerjasamakan dengan investor yang membangun hotel, tetapi proyek tersebut mangkrak. Pemprov NTT pun terlibat sengketa hukum dengan investor sebelumnya.
Pemprov NTT kini berupaya mencari investor baru untuk mengelola lahan tersebut.
"Itu juga kita mau kunjungi, kita lihat, nanti kita cari investor juga, kita kerjasamakan dengan pihak ketiga," ujar Johni.
Selain lahan di Pantai Pede, aset lain yang belum dimanfaatkan adalah terminal di Nggorang, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo. Hingga saat ini, terminal tersebut belum difungsikan.
Dua Kapal Wisata Terbengkalai
Sementara itu, dua kapal wisata milik Pemprov NTT, yakni Baswara Bahari 1 dan Baswara Bahari 2, juga terbengkalai di Labuan Bajo. Kapal hibah dari Pemerintah Pusat ini tidak beroperasi sejak diterima pada 2023, meskipun awalnya dirancang sebagai sumber PAD bagi Pemprov NTT.
"Dua kapal itu belum beroperasi," kata Johni.
Kapal-kapal tersebut kini masih berlabuh di Pelabuhan Marina Waterfront Labuan Bajo. Johni dan sejumlah pejabat NTT meninjau langsung kondisi kapal tersebut, siang tadi.
"Tadi kami sudah cek langsung kapal yang ada di Pelabuhan Marina," ujarnya.
Johni mengaku belum mengetahui alasan kapal tersebut belum difungsikan untuk angkutan wisata di perairan Labuan Bajo. Ia baru menerima laporan mengenai kondisi kapal tersebut.
"Saya juga kurang tahu, saya baru dapat laporan dan saya nggak tahu," kata Johni.
Salah satu keunggulan kapal tersebut adalah kaca di bagian bawahnya yang memungkinkan penumpang melihat ikan dan biota laut. Kapal ini juga berpotensi dijadikan restoran apung yang dapat berlayar di sekitar perairan Labuan Bajo saat matahari terbenam.
Pemprov NTT saat ini menawarkan kerja sama pengelolaan kapal tersebut kepada pihak ketiga.
"Tawarkan ke ITDC, hotel Jayakarta, Ayana, atau pihak lain. Kita akan kerjasamakan, mungkin itu bisa jadi restoran apung yang membawa pengunjung menikmati sunset di Labuan Bajo. Akan kita kelola dengan baik, tentu kita harus berhitung biaya perbaikan dan sebagainya," tandas Johni.
(dpw/dpw)