Tim dari Imperial College London dan Universitas Nottingham di Inggris telah menghasilkan kromosom sintetis untuk sel ragi. Temuan kromosom ragi sintesis ini disebut dengan SynXI.
Kromosom sintetis ini diketahui mampu menggantikan kromosom alami dan memungkinkan sel ragi tetap bisa tumbuh berkembang seperti biasa.
"Kromosom XI adalah salah satu dari 16 kromosom yang membentuk genom ragi dan memiliki urutan DNA lebih dari 660.000 pasangan basa dan dirakit secara in vivo oleh komputer," tulis penelitian yang dipimpin oleh Profesor Tom Ellis dari Imperial College London dan Dr Ben Blount dari Universitas Nottingham, dikutip dari laman imperial.ac.uk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rekayasa Penyatuan Kromosom untuk Perkembangan Bioteknologi
Para ilmuwan mengatakan, mereka merekayasa kromosom dengan tujuan agar ada kromosom yang memiliki ciri-ciri khusus, yang tidak ditemukan pada kromosom alaminya.
Sehingga, hal ini bisa memungkinkan kromosom sintesis memanipulasi kromosom alami untuk menyempurnakan peran ragi dalam pembuatan obat-obatan dan bioteknologi baru.
Menurut penelitian yang terbit di Cell Genomics ini, diketahui konstruksi kromosom ragi sintetik XI (synXI) beserta karakterisasinya berkontribusi pada pemahaman elemen DNA non-coding.
Selain itu, penelitian tersebut juga menyediakan fasilitas pembentukan DNA sirkuler ekstrakromosomal terinduksi (eccDNA) yang berguna bagi desain genom sintetik di masa depan.
"Ragi, organisme dengan kemampuan bawaan untuk menyatukan DNA, telah didomestikasi beberapa tahun yang lalu untuk dipanggang dan diseduh," ucap Tom Ellis, Profesor dari Pusat Biologi Sintetis dan Departemen Bioteknologi di Imperial College London.
"Baru-baru ini , kami telah memanfaatkan sifat uniknya untuk menciptakan bahan kimia baru dan memodelkannya dengan cara kerja sel manusia. Kami baru saja membuka potensinya," imbuhnya.
Kromosom Buatan yang Sebanding dengan Aslinya
Melalui proyek tersebut, peneliti menyampaikan bahwa kromosom yang dirancang oleh komputer, dirakit dari bahan kimia sebagai penyusunnya, juga mampu berfungsi sebaik versi alaminya.
"Makalah pertama ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman kita tentang bagaimana genom ragi membantu memecahkan masalah-masalah mendesak saat ini, mulai dari kanker yang resisten terhadap pengobatan hingga bioproduksi yang lebih ramah lingkungan," tutur Ellis.
Menurut Dr Ben Blount, Asisten Profesor dari School of Life Sciences di Universitas Nottingham, kromosom sintetis ini merupakan pencapaian teknis yang sangat besar, tetapi juga akan membuka sejumlah besar kemampuan baru dalam cara kita mempelajari dan menerapkan biologi
"Hal ini dapat berkisar dari menciptakan strain mikroba baru untuk bioproduksi yang lebih ramah lingkungan, hingga membantu kita memahami dan memerangi penyakit," ujar Blount.
Sebagai ilmuwan utama dalam proyek tersebut, Blount mengaku bahwa proyek genom ragi sintetik ini menjadi contoh perkembangan ilmu pengetahuan dalam skala yang besar.
"Merupakan pengalaman yang luar biasa untuk menjadi bagian dari upaya monumental ini, di mana semua yang terlibat berjuang menuju tujuan bersama yang sama," pungkasnya.
(faz/faz)