Sejak beberapa dekade lalu, menanam pohon disebut-sebut sebagai cara ampuh untuk mengurangi pemanasan global. Namun penelitian terbaru membuktikan sebaliknya.
Seperti diketahui, pemanasan global terus memecahkan suhu maksimum di berbagai belahan dunia. Pohon yang terkenal akan kemampuannya menyimpan karbon, disebut menjadi cara terhemat dalam mengatasi pemanasan global.
Namun, dalam jurnal yang diterbitkan Nature Geoscience, sekelompok ilmuwan internasional yang dipimpin oleh Universitas Cambridge dan Universitas Århus berpendapat jika penanaman pohon di daerah lintang tinggi justru mempercepat pemanasan global.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanam Pohon di Wilayah Kutub Bisa Mempercepat Pemanasan Global
Seiring dengan terus menghangatnya iklim, pohon dapat ditanam semakin jauh ke utara, dan proyek penanaman pohon skala besar di Kutub Utara telah didukung oleh pemerintah dan perusahaan sebagai cara untuk mengurangi dampak terburuk dari perubahan iklim. Akan tetapi, jika pohon ditanam di tempat yang salah seperti tundra, rawa, dan area hutan boreal, hal itu dapat memperburuk pemanasan global.
Menurut penulis utama Asisten Profesor Jeppe Kristensen dari Universitas Aarhus di Denmark, karakteristik unik ekosistem Arktik dan sub-Arktik membuat mereka kurang cocok untuk penanaman pohon.
"Tanah di Arktik menyimpan lebih banyak karbon daripada semua vegetasi di Bumi," kataKristensen dalam laman University of Cambridge dikutip Sabtu (16/11/2024).
"Tanah ini rentan terhadap gangguan, seperti penanaman untuk kehutanan atau pertanian, tetapi juga penetrasi akar pohon. Cahaya siang hari semi-kontinu selama musim semi dan awal musim panas, saat salju masih menutupi tanah, juga membuat keseimbangan energi di wilayah ini sangat sensitif terhadap penggelapan permukaan, karena pohon hijau dan cokelat akan menyerap lebih banyak panas dari matahari daripada salju putih," sambungnya.
Selain itu, wilayah di sekitar Kutub Utara di Amerika Utara, Asia, dan Skandinavia rentan terhadap gangguan alam seperti kebakaran hutan dan kekeringan yang membunuh vegetasi. Perubahan iklim membuat gangguan ini lebih sering terjadi dan lebih parah.
"Ini adalah tempat yang berisiko untuk menanam pohon, terutama sebagai bagian dari perkebunan homogen yang lebih rentan terhadap gangguan tersebut," kata Kristensen.
"Karbon yang tersimpan di pohon-pohon ini berisiko memicu gangguan dan dilepaskan kembali ke atmosfer dalam beberapa dekade," imbuhnya.
Namun, para peneliti menyadari jika mungkin ada alasan lain untuk menanam pohon, seperti swasembada kayu, tetapi kasus-kasus ini tidak disertai bonus untuk mitigasi iklim.
"Kehutanan di Utara Jauh harus dilihat seperti sistem produksi lainnya dan mengimbangi dampak negatifnya terhadap iklim dan keanekaragaman hayati," kata Macias-Fauria.
Bagaimana Cara Mengurangi Pemanasan Global?
Jadi, bagaimana mengurangi pemanasan global di garis lintang tinggi? Para peneliti menyarankan untuk bekerja sama dengan masyarakat lokal dalam mendukung populasiherbivora besar yang berkelanjutan dapat menjadi solusi berbasis alam yang lebih layak untuk perubahan iklim di wilayah Arktik dansubarktik daripada menanam jutaan pohon.
"Ada banyak bukti bahwa herbivora besar memengaruhi komunitas tumbuhan dan kondisi salju dengan cara yang menghasilkan pendinginan bersih," kata Macias-Fauria.
"Hal ini terjadi baik secara langsung, dengan menjaga lanskap tundra tetap terbuka, dan secara tidak langsung, melalui efek herbivora yang mencari makan di musim dingin, di mana mereka memodifikasi salju dan mengurangi kapasitas insulasinya, mengurangi suhu tanah dan mencairnya lapisan tanah beku," sambungnya.
Para peneliti mengatakan sangat penting untuk mempertimbangkan keanekaragaman hayati dan mata pencaharian masyarakat lokal dalam mengejar solusi iklim berbasis alam.
"Keanekaragaman hayati dan masyarakat setempat bukanlah manfaat tambahan bagi solusi berbasis alam: keduanya adalah hal yang mendasar. Setiap solusi berbasis alam harus dipimpin oleh masyarakat yang hidup di garis depan perubahan iklim," pungkasnya.
(nir/pal)