·ÉËÙÖ±²¥

Ada Planet Kecil yang Sedang Hancur, Begini Kondisinya

ADVERTISEMENT

Ada Planet Kecil yang Sedang Hancur, Begini Kondisinya

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 27 Apr 2025 20:00 WIB
Planet yang sedang hancur
Astronom MIT menemukan planet BD+05 4868 Ab, planet kecil berbatu yang sedang hancur dan melepaskan sangat banyak material ke luar angkasa. Foto: Jose-Luis Olivares, MIT
Jakarta -

Tim astronom Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan planet kecil berbatu dan banyak lava yang sedang berproses hancur. Planet BD+05 4868 Ab ini melepaskan sangat banyak material ke angkasa luar.

Melansir laman resmi MIT, Jarak planet tersebut sangat dekat ke bintang induk yang dikitarinya. Bintang induk adalah bintang yang menjadi pusat tata surya dan menggerakkan planet-planet di sekitarnya.

Pada sistem Tata Surya manusia di Bumi, maka bintang induk adalah Matahari. Namun karena planet BD+05 4868 Ab tidak masuk Tata Surya (planet ekstrasurya/exoplanet), maka ia mengitari bintang induk lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Astronom menjelaskan, jarak planet BD+05 4868 Ab yang sangat dekat dengan bintang induknya membuat planet ini diselimuti magma yang panas. Adapun magma ini terus-menerus menguap lepas ke angkasa luar.

Mineral Sebanyak 'Satu Gunung Everest' Lepas Per Hari

Mereka menambahkan, saat terbakar mengitari bintangnya, banyak mineral permukaan planet tersebut yang dilepaskan dan menguap begitu saja ke angkasa luar. Planet ini selesai mengitari bintang induknya setiap 30, 5 jam.

ADVERTISEMENT

Setiap satu kitaran tersebut, massa yang lepas dari planet ini setara dengan massa Gunung Everest, yakni sekitar 810 triliun Kg.

Kolaborator penemuan planet, Avi Shporer dari Kantor Sains Satelit Survei Planet Ekstrasurya Transit (TESS), mengatakan lepasnya material planet ini dipengaruhi oleh massanya yang rendah. Sebab, planet terestrial lebih masif seperti Bumi punya tarikan gravitasi lebih kuat, sehingga bisa mempertahankan atmosfernya.

Pada planet unik ini, peneliti menduga gravitasinya tidak cukup mampu mengendalikan dan menahan agar keberadaan dan bentuknya tetap utuh.

"Planet ini adalah objek yang sangat kecil, dengan gravitasi sangat lemah, sehingga mudah kehilangan banyak massa, yang kemudian melemahkan gravitasinya, sehingga kehilangan lebih banyak massa," kata Shporer.

Planet Berekor

Para astronom semula menemukan planet ini menggunakan TESS milik Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA). Pada misi tersebut, mereka memantau bintang-bintang terdekat dan tanda-tanda adanya exoplanet yang mengorbit.

Berdasarkan sinyal yang masuk, ilmuwan menemukan adanya planet BD+05 4868 Ab. Planet berbatu ini mengorbit mepet dengan bintang induknya. Planet ini unik karena tampak berekor.

Dicek lebih jauh, rupanya ekor tersebut adalah puing-puing planet yang muncul karena proses kehancurannya. Ekor planet ini panjang, sehingga dari jauh terlihat seperti komet.

"Ukuran ekornya sangat besar, panjangnya membentang hingga 9 juta km, atau kira-kira setengah dari seluruh orbit planet itu sendiri," kata Marc Hon, peneliti pascadoktoral di Kavli Institute for Astrophysics and Space Research, MIT.

Ilmuwan menjelaskan, puing mengambang seperti ekor planet itu kemungkinan terbentuk akibat bintang induk di planet memanas. Suhunya bisa mencapai sekitar 1.600 derajat Celsius.

Saat bintang induk membakar planet tersebut, mineral apa pun di permukaannya kemungkinan menguap dan terlepas ke luar angkasa. Mineral-mineral ini lalu mendingin jadi puing yang banyak, sehingga tampak seperti ekor yang panjang dan berdebu.

Dari hampir 6.000 planet yang telah ditemukan saat ini, hanya ada 3 yang sebelumnya diketahui sedang hancur di luar Tata Surya. Planet-planet tersebut ditemukan 10 tahun lalu dari data Teleskop Luar Angkasa Kepler milik NASA.

Ketiga planet berekor ini sama-sama memiliki ekor mirip komet. Nah, planet BD+05 4868 Ab memiliki ekor terpanjang dan transit terdalam dari keempat planet yang hancur saat ini.

Akan Lenyap Sepenuhnya

Peneliti memperkirakan planet terbakar ini akan hancur total dalam 1-2 juta tahun. Sebagai perbandingan, Bumi diperkirakan akan lenyap dalam 1,3 miliar tahun lagi.

"Kami beruntung dapat menangkapnya tepat saat ia benar-benar sedang menghancurkan diri," kata Shporer.

"Planet ini seperti sedang menghembuskan napas terakhirnya," imbuhnya.

Hasil penelitian ini sendiri telah dipublikasikan di Astrophysical Journal Letters.




(twu/pal)

Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
Sepakbola
detikNews
detikInet
detikFinance
Sepakbola
detikHot
detikFood
detikOto

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads