Negara Jepang dikenal punya sistem pendidikan yang maju di dunia. Pendidikan yang diterapkan pemerintahnya membuat siswa di Jepang cerdas. Apa rahasianya?
Menurut survei Programme for International Student Assessment (PISA) yang dilakukan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2022, siswa Jepang yang berusia 15 tahun berada di peringkat lima teratas dalam bidang literasi sains, literasi matematika, dan membaca.
Selain itu hasil analisis International Energy Agency (IEA) tentang Tren Studi dan Internasional (TIMSS) tahun 2023 siswi Jepang menduduki peringkat lima teratas pada hampir semua kategori sains dan matematika tingkat sekolah dasar dan menengah, kecuali untuk kelas 4.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
World Economic Forum kemudian mengumpulkan sederet faktor atau alasan yang mendorong sistem pendidikan Jepang mampu melahirkan siswa-siswa cerdas. Apa saja contohnya?
Bantuan bagi Siswa Mampu maupun Tak Mampu
Sejak April 2025, Jepang menyalurkan program dana dukungan biaya pendidikan JPY 118.800 atau sekitar RP 13,7 juta kepada siswa sekolah menengah atas. Mulanya, dana dukungan tak bisa didapat oleh siswa yang penghasilan orang tuanya melampaui batas tertentu.
Dengan adanya kebijakan terbaru tersebut dana dukungan disalurkan kepada seluruh siswa tanpa memandang pendapatan orang tua. Mulai April 2026 nanti, dana dukungan pun akan diberikan kepada siswa dari sekolah menengah swasta.
Tak hanya dana dukungan dari pusat, pemerintah di setiap daerah ikut memberikan bantuan. Misalnya di Kota Kamakura, pemerintah setempat bekerja sama dengan perusahaan untuk menyediakan kupon belajar bagi anak yang kurang mampu.
Pengadaan Alat Belajar Online
Penggunaan alat belajar daring di kalangan siswa Jepang suda masif. Tak heran, akses belajar sangat lebar.
Beberapa perusahaan misalnya SuRaLa Net dan Benesse menyediakan perangkat belajar daring yang dirancang agar siswa dapat belajar sesuai kemampuan masing-masing. Media pembelajaran dirancang interaktif karena menggunakan permainan dan animasi.
Perusahaan Recruit menjadi layanan berlangganan terbesar yang diakses warga karena memberikan tarif murah untuk kelas daring. Kelas yang mereka tawarkan merupakan persiapan masuk universitas.
Inovasi menarik dari lembaga daring SMAN di Jepang pun turut membuat pembelajaran praktik siswa semakin berwarna. Teknologi yang mereka ciptakan bisa membuat pengalaman belajar dan berinteraksi dengan siswa lain tanpa kendala geografis.
Reformasi Kurikulum
Layaknya Indonesia, Pemerintah Jepang menerapkan perubahan kurikulum dari tahun ke tahun. Mengutip laman OECD, perubahan ini dinamakan reformasi kurikulum.
Reformasi kurikulum Jepang merupakan bagian dari Rencana Dasar Nasional 2018-22 untuk Pengembangan Pendidikan. Kurikulum pendidikan di Jepang didasarkan atas tiga hal utama yakni 1) motivasi untuk belajar dan menerapkan pembelajaran dalam kehidupan 2) perolehan pengetahuan dan keterampilan teknis dan 3) keterampilan untuk berpikir, membuat penilaian, dan mengekspresikan diri.
Reformasi kurikulum ini juga berpihak pada dukungan keuangan, peningkatan akses pembelajaran bagi orang dewasa, pelibatan masyarakat mendidik, dan peningkatan keterampilan atau karier lewat pelatihan.
Model Pendidikan Jepang Mengadopsi Amerika
Menurut penelitian Stanford Program on International and Cross-Cultural Education (SPICE), salah satu metode yang membuat sistem pendidikan Jepang sukses adalah karena mengadopsi model 6-3-3 Amerika selama pendudukan AS setelah Perang Dunia II.
Saat itu pendidikan dasar dan menengah lebih tersentralisasi daripada AS. Kurikulum pun dikontrol secara terpusat yakni oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi (Monbukagakusho) nasional.
Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS), guru matematika di Jepang lebih siap daripada AS. Begitu juga dalam pembelajaran bahasa Jepang, siswa di sana lebih siap.
Sementara, siswa di AS tak begitu antusias belajar bahasa Inggris. Skill bahasa siswa Jepang pun lebih luas karena mata pelajaran bahasa Inggris dijadikan wajib.
Pendidikan Karakter yang Kuat
Dalam studi Stanford tersebut dijelaskan juga bahwa sekolah-sekolah di Jepang sangat kuat dalam penanaman karakter. Meskipun banyak jam sekolah digunakan untuk pendidikan moral, tetapi guru tidak menganggap waktu pengajaran terlalu serius.
Mereka menggunakan waktunya untuk menanamkan nilai karakter atau sering disebut 'kurikulum tersembunyi'. Contohnya guru dan siswa kerap terlihat membersihkan gudang secara bersama.
(cyu/nah)