Sebanyak 54 siswa kelas 12 SMA Pradita Dirgantara (SMA PD) diterima kuliah di luar negeri dengan total 315 letter of acceptance (LoA) perguruan tinggi luar negeri (PTLN) per Sabtu (27/4/2025). Nadia Nasywa memperoleh LoA terbanyak dengan total 16 LoA.
Sebanyak 15 siswa di antaranya telah ditetapkan sebagai penerima Beasiswa Indonesia Maju (BIM) 2025 gelombang 1 dari pemerintah pada Senin (21/4/2025), termasuk Yumna Afifah dan Adelio Rasendriya. Sementara itu, para siswa lainnya tengah menjalani rangkaian seleksi BIM gelombang 2, Beasiswa Garuda 1 dan 2, serta beasiswa pemerintah lainnya.
Tips Persiapan Kuliah di Luar Negeri buat Siswa
Pencapaian siswa SMA PD untuk diterima di kampus luar negeri dengan beasiswa, tidak lepas dari peran Isnaini Rohayati. Guru SMA Pradita Dirgantara ini bertugas sebagai guru pendamping peminatan luar negeri, yang membimbing siswa sejak awal masuk sekolah hingga lolos seleksi kampus mancanegara dan dapat berkuliah dengan beasiswa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak tips persiapan kuliah di luar negeri bagi siswa dari Isna di bawah ini.
Persiapan Sejak Awal SMA
Memasuki kelas 10, pastikan siswa sudah memiliki arah yang ingin ditempuh untuk pendidikan tingginya, seperti jurusan yang diminati.
Salah satu cara menelusuri bidang yang ingin ditekuni yaitu dengan menjalani tes minat dan bakat di kelas 10. Pada awal kelas 12, siswa bisa menjalani tes minat dan bakat kembali untuk melihat kembali minat dan bakatnya di bidang tertentu serta pergeserannya, jika ada.
Menginjak kelas 11, siswa dapat memperbanyak portfolio sesuai minat dan skill yang ingin dikembangkan. Tahap ini memungkinkan siswa memperdalam ilmu dan pengalaman, memastikan minatnya terhadap bidang tertentu, dan memenuhi persyaratan seleksi masuk perguruan tinggi luar negeri yang mengutamakan prestasi atau kemampuan siswa.
Ia mencontohkan, siswa sejak kelas 10 dapat ikut lomba atau kompetisi, ekstrakurikuler, riset, proyek sains, magang, kegiatan pengabdian masyarakat di yayasan/inisiatif sosial, serta berkontribusi atau berperan lewat platform-platform tersebut. Pastikan siswa juga menyeimbangkan capaian prestasi dan skill dengan capaian akademiknya.
Terkait persyaratan masuk kampus, Isna menyarankan siswa agar mencicil memenuhi persyaratan sejak dini. Contohnya seperti persiapan IELTS agar memenuhi setidaknya skor yang disyaratkan perguruan tinggi tujuan dan persiapan tes terstandar seperti SAT, ACT, atau A-Level.
"Jadi harus memiliki academic achievement yang bagus, didukung portfolio yang bagus. Portfolio ini meliputi ekstrakurikuler, meliputi kegiatan sosial di luar, dan juga prestasi-prestasi, serta didukung dengan sertifikasi, baik bahasanya ataupun standard test yang lain. Kalau sudah kelas 3 (12), sudah deh, bisa langsung mendaftar di kampus yang diinginkan," tuturnya pada detikEdu, ditulis Minggu (27/4/2025).
Tak Mulai dari Kelas 10? Masih Ada Peluang
Isna menuturkan, siswa yang baru akan mempersiapkan diri di kelas 11 atau kelas 12 masih punya peluang untuk diterima di perguruan tinggi luar negeri. Hanya saja, waktu persiapannya menjadi lebih singkat.
Isna menambahkan, juga siswa yang kerap mengganti bidang ilmu peminatan saat ingin ikut olimpiade internasional. Untuk itu, siswa bersangkutan jadi perlu menyiapkan portfolio mumpuni dengan usaha ekstra dalam waktu lebih singkat.
"Bisa, tapi harus lari sangat kencang. Untuk portfolio ini, let's say anak international olympiad, itu kan tidak bisa dibentuk (tahu-tahu saja),singkat sekali ya persiapannya. Commonly, itu untuk bisa sampai ke olimpiade internasional itu dia bisa jadi sudah mulai dari SD atau SMP, dari yang lain. Persiapannya jadi itu sebenarnya enggak hanya dari SMA-nya, tapi dari di level sebelumnya , kalau memang mau menyasarnya ke arah sana (olimpiade internasional), ucapnya.
Adelio Rasendriya, contohnya. Salah satu pemenang Academy of Champions (AoC) by RuangGuru 2024 ini menuturkan sudah mencoba ikut olimpiade sejak SD. Setelah berkali-kali tidak lolos, ia akhirnya melaju ke Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat nasional saat SMA.
Saat itu, menyikapi kekalahannya, Adelio coba mencari bidang olimpiade yang ia suka dan ia bisa. Ia antara lain menjajal olimpiade bidang kebumian dan geografi. Semakin sering ikut kompetisi, ia kelak mengenal kesukaan dan kebisaannya di bidang ini.
Akhir di SMA, Adelio antara lain menyabet medali emas The 20th International Geography Olympiad 2024, perunggu Indonesian National Earth Science Olympiad 2024, dan perak Indonesian National Geography Olympiad 2023.
Pemenuhan Subject dan Kualifikasi yang Disyaratkan
Sejumlah prodi di perguruan tinggi luar negeri mensyaratkan mata pelajaran tertentu yang perlu diambil saat sekolah. Mata pelajaran ini dapat diambil sesuai minat anak dan prodi kuliah tujuan.
"Salah satu hal yang dijadikan konsiderasi anak untuk memilih subject choice itu adalah 'nanti pas lulus dari SMA tuh, kalian mau kuliah di mana?' Nah, ini ada saling hubung kaitnya dengan ketika anak-anak ini nanti mendaftar di luar negeri. Karena di kampus-kampus luar negeri itu juga mensyaratkan, misalnya kampus X, maka anak ini sudah harus mengambil mata pelajaran PQR," ucapnya.
SMA PD sendiri menerapkan kurikulum terintegrasi, yang meliputi kurikulum nasional, International Baccalaureate (IB), dan Cambridge. Setelah siswa diperkenalkan dengan ragam mata pelajaran di tahap penjajakan, siswa bisa mengonsultasikan pemilihan mata pelajaran dengan guru atau memperoleh pendampingan IB.
Menurutnya, kualifikasi IB Diploma Program (IBDP) juga bantu siswa dalam proses pendaftaran kampus di UK dan Australia.
Jika tidak memiliki kualifikasi IBDP, siswa perlu melengkapi dokumen pendukung yang membuktikan kualifikasi untuk dapat kuliah di prodi bersangkutan. Contohnya seperti mengikuti ujian International A-Level dan memperoleh dokumen skornya.
Antisipasi Ganti Pilihan Kampus
Mengantisipasi kecenderungan gonta-ganti pilihan kampus, pastikan untuk membuat peta jalan pendidikan tinggi masing-masing. Riset kampus dan prodi tujuan, baik pelajarannya, pendidiknya, peringkat kampus dan prodi di university dan subject rankings, serta minat atas bidang prodi tersebut.
Kendati demikian, ada juga faktor geopolitik yang dapat memengaruhi keputusan siswa dalam memilih prodi dan kampus. Misalnya, kondisi politik dan pendidikan di AS saat ini membuat sejumlah siswa lebih memilih kuliah di negara lain. Terkait hal ini, pastikan kembali portfolio dan kualifikasi siswa memenuhi persyaratan prodi dan kampus tujuan yang baru.
Antisipasi Dana Beasiswa
Cek kembali apakah kampus tujuan menyediakan beasiswa. Cek juga apa saja komponen beasiswa yang ditanggung dan tidak ditanggung pihak kampus atau mitra, berikut periode studi yang ditanggung atau tidak ditanggung. Contohnya, sejumlah kampus tidak menanggung biaya hidup dan tinggal mahasiswa saat libur musim panas, atau tidak menyediakan tempat tinggal mulai tahun kedua kuliah.
Orang tua dan siswa juga perlu mengecek kembali beasiswa pemerintah dalam negeri atau luar negeri yang menjamin biaya penuh selama studi di PTLN. Pertimbangkan juga kemampuan orang tua untuk membiayai komponen kebutuhan tertentu yang tidak ditanggung kampus atau pemberi beasiswa lainnya, seperti biaya makan atau transportasi sehari-hari.
"Ada juga beasiswa yang sifatnya nggak full funded, tapi partially funded, seperti itu. Sehingga harus ada beberapa (komponen) beasiswa yang di-cover," jelasnya.
Pertimbangkan Tahun Masuk dan Beasiswa
Terkait beasiswa sendiri, Isna menuturkan beasiswa pemerintah jenjang S1 saat ini lazimnya dibuka saat siswa sudah diterima di kampus luar negeri. Dalam hal ini, siswa boleh menyertakan satu saja LoA yang dipunya untuk disertakan pada seleksi.
Jika batas waktu registrasi ulang di kampus penerima mepet dengan waktu pembukaan pendaftaran beasiswa pemerintah, Isna menyarankan agar siswa menyampaikan adanya kondisi urgent dan menyampaikan permohonan penyesuaian jadwal registrasi ulang.
"Itu sangat memungkinkan. Kalau kayak misalnya, saya lagi nunggu beasiswa pemerintah saya, gitu, apakah itu bisa dibilang urgent? Bisa. Tapi nanti dikembalikan ke kampusnya lagi, apakah kampus ini (mau). Biasanya kalau kampus yang kompetitif, tidak akan langsung mengiyakan, tetapi 'silakan informasikan saja, jika sudah diterima (dapat beasiswa), seandainya masih ada seat, (nanti kami infokan lagi) apakah memungkinkan masuk. Mostly seperti itu," tuturnya.
Mengantisipasi kondisi di atas, ia menyarankan siswa untuk memilih tahun dan gelombang masuk (intake) yang cocok dengan periode beasiswa. Misalnya, siswa angkatan 2025 memilih intake awal masuk kuliah di pengujung 2025, atau pada 2026.
"Tapi ada juga ya yang ke casenya, yang ke-defer (ditunda). Jadi diminta menunggu, itu ada. Jarang, sekali ya dulu waktu itu terjadi (permintaan defer dari kampus). Biasanya, mostly minta defer itu dari kitanya untuk mengubah intake, dari siswanya, karena kebutuhan menunggu beasiswa atau yang lain," jelasnya.
Jika sudah diterima di perguruan tinggi luar negeri, Isna berpesan agar siswa tetap rendah hati, semangat beradaptasi, belajar menjadi mandiri.
"Kembali ke (motivasi) awalnya, mau jadi apa, ke luar negeri mau apa, seperti itu," ucapnya.
Semoga berhasil diterima di kampus impian, detikers!
(twu/nah)