Sekolah Rakyat disebut sebagai grand strategy Presiden Prabowo Subianto. Sekolah ini dirancang untuk menyediakan pendidikan bagi warga miskin.
Akan tetapi, di balik tujuan baik tersebut tak sedikit masyarakat menanyakan apakah solusi ini untuk jangka panjang atau hanya sementara?
Rasa penasaran akan hal tersebut juga turut dilontarkan oleh dosen sekaligus Guru Besar Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga (Unair), Prof Tuti Budirahayu Dra MSi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekolah pada dasarnya adalah lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sosial. Apakah sekolah ini akan menggantikan sekolah-sekolah yang sudah ada, atau justru menjadi pesaing bagi sekolah-sekolah tersebut?" katanya dilansir oleh laman Unair, Kamis (10/4/2025).
Pendirian Sekolah Harus Didasarkan Pemikiran Matang
Tuti melihat pendirian Sekolah Rakyat ini terkesan sebagai proyek pemerintah yang perlu dana besar. Namun, proyek ini pun bisa berpotensi tidak berjalan baik.
Menurutnya, proyek besar ini sepatutnya dirancang dengan matang. Konsepnya harus benar-benar sesuai dengan kondisi permasalahan pendidikan tanah air.
"Seperti proyek-proyek pemerintah sebelumnya, banyak bangunan sekolah yang cepat ambruk dan mangkrak. Ini menjadi pertanyaan serius," katanya.
Revitalisasi Sekolah yang Ada Juga Penting
Alih-alih mendirikan sekolah baru, Tuti menyebut upaya pemerintah merevitalisasi sekolah yang sudah ada jauh lebih penting. Selain itu, pemerintah juga bisa lebih meningkatkan kualitas guru atau membuat kurikulum sesuai dengan zaman ini.
"Sekolah-sekolah yang ada bisa diperbaiki dan disesuaikan untuk memenuhi standar pendidikan yang lebih baik. Sehingga, mampu membekali siswa dengan keahlian spesifik yang dibutuhkan," jelasnya.
Tuti berharap Sekolah Rakyat adalah rencana pemerintah yang matang, bukan sekadar program sementara.
Tentang Sekolah Rakyat
Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan Sekolah Rakyat akan dibuka mulai Juli 2025. Telah ada 45 titik Sekolah Rakyat yang siap menerima siswa baru.
"Sudah ada 45 (titik) tahap pertama yang sudah siap membuka pendaftaran siswa," kata Gus Ipul dikutip dari laman Kementerian Sosial (Kemensos) Kamis, (10/4/2025).
Pembelajaran Sekolah Rakyat akan berlangsung di 33 sentra, 6 balai, 4 Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos), dan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatprof).
Adapun kurikulum Sekolah Rakyat akan menggunakan kurikulum nasional. Pada tahap pertama, sekolah ini menerima siswa SMA kemudian di tahap dua SD, SMP dan SMA.
Gus Ipul menyampaikan guru yang mengajar siswa Sekolah Rakyat diutamakan adalah lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Ia memprediksi akan ada lebih dari 50 ribu guru yang dibutuhkan untuk Sekolah Rakyat.
"Mereka nanti diseleksi melalui jalur khusus. Masalah khusus, jalur khusus dengan sekolah khusus," tambah Gus Ipul dilansir dari Kantor Berita Antara.
(cyu/nah)