Jepang hingga kini masih menjadi negara tujuan favorit pekerja asal Indonesia yang ingin berkarier di luar negeri. Termasuk bagi kalangan siswa SMK.
Hal ini diungkap oleh Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli dalam acara pelepasan 1.500 lulusan SMK yang akan mengikuti magang di Jepang dan Jerman, di SMKS Mitra Industri, Cikarang, Jawa Barat pada Kamis (17/4/2025).
"Sekarang masih Jepang paling banyak, tapi sudah mulai ada Jerman tadi. Kemudian kemarin Australia, sebelumnya ada Mongolia dan juga Korea," ujar Yassierli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fakta ini juga dibenarkan oleh Ketua Yayasan Mitra Industri Mandiri General Manager PT MMID, H Darwoto SE yang menaungi SMKS Mitra Industri. Ia menyebut di SMK tersebut negara Jepang adalah negara paling banyak dipilih siswa.
"Nah, ketika sekolah-sekolah selain sekolah kita yang mempunyai program ke Jepang, ini kita juga minta supaya dari awal. Jadi, dari awal udah di-sounding lah. Siapa anak-anak mau ke Jepang? Nanti dikasih, bisa ngundang kita, nanti dikasih bagaimana kehidupan di Jepang, bagaimana magang di Jepang itu seperti apa, gitu loh," katanya.
Di Jepang, program bekerja untuk migran disebut Jisshusei. Durasi magang atau bekerja ini rata-rata berlangsung selama satu hingga tiga tahun.
"Kalau, apa namanya, kenapa sih program ini itu sangat baik? Karena nanti, ini kan magang ya? Magang bukan pekerja migran. Karena kalau di Jepang itu namanya Jisshusei. Jisshusei itu programnya ada 1 tahun sampai 3 tahun," katanya.
Gaji Pekerja di Jepang Cukup Tinggi
Darwoto lalu mengungkap alasan lain mengapa banyak siswa yang memilih Jepang, yakni karena gajinya yang cukup tinggi. Perbedaan besar gaji pemagang dengan pekerja tetap menurutnya hanya berselisih 10%.
"Kalau di Jepang kan kira-kira bisa antara Rp 18 juta ya sebulan. Kalau mereka nggak bisa mengatur uang, ya itu juga. Terus bagaimana anak itu tinggal di apartemen, gitu kan," katanya.
Selain gaji tinggi, pekerja migran Jepang pun diberikan tempat tinggal gratis. Setiap pekerja biasanya akan tinggal di sebuah kamar berdua.
"Kemudian juga tempat tinggal juga. Bahkan kalau dia sudah 5 tahun, dia bisa bawa keluarganya ke sana, ke Jepang," katanya.
Owner Perusahaan yang Menghargai Karyawan
Selain itu, kedekatan dan pengertian pemilik perusahaan bisa jadi alasan siswa memilih Jepang. Menurut Darwoto, orang Jepang cenderung lebih merangkul karyawannya.
"Hubungan sama ownernya bagus. Terus dikasih buku, dikasih belajar," tuturnya.
Tak jarang juga, mereka sabar mengajari karyawannya dalam berbahasa Jepang. Sehingga kemampuan bahasa Jepang pekerja jadi meningkat.
"Pulang dari sana, berangkat dari N5, pulang N2. N2 itu udah sama persis orang Jepang. Dan sekarang dia malah buka kursus Bahasa Jepang. Tapi sebelum itu kerja di perusahaan, jadi penerjemah," katanya.
Bidang Favorit Pekerja Migran di Jepang
Darwoto pun memberikan bocoran bidang yang banyak dipilih para pekerja migran di Jepang. Contohnya bidang manufaktur.
"Tidak hanya manufaktur. Termasuk, apa namanya, otomotif maintenance itu juga di sana dibutuhkan. Kemudian agriculture juga dibutuhkan," katanya.
"Kemudian ada lagi yang cleaning service itu juga dibutuhkan. Kemudian yang dari, apa namanya, di airport tuh. Airport handling termasuk ground handling apa segala itu di sana juga dibutuhkan," tambahnya.
(cyu/nwk)