Pendiri Microsoft, Bill Gates memprediksi kemajuan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) akan secara signifikan mengurangi peran manusia dalam banyak tugas tradisional seperti dalam bidang kedokteran dan pendidikan. Pergeseran ini menurutnya dapat terjadi dalam waktu kurang dari 10 tahun.
Selama wawancara dengan komedian Jimmy Fallon di The Tonight Show NBC pada Februari 2025 lalu, filantropis asal Amerika Serikat itu menggambarkan masa depan di mana manusia tidak lagi diperlukan untuk sebagian besar kegiatan karena teknologi AI akan dengan mudah melakukan tugas-tugas yang saat ini memerlukan keterampilan manusia yang terspesialisasi.
Seperti dikutip dari Sky News, menurut Gates dalam dekade berikutnya saran medis dan pengajaran yang bagus akan menjadi hal yang umum dan gratis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AI Semestinya Hanya Jadi Alat
Menurut Guru Besar Sosiologi Pendidikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Prof Tuti Budirahayu Dra MSi, perkembangan teknologi semacam AI memang keniscayaan.
Kendati begitu, berkaitan dengan konteks pendidikan, menurutnya manusia yang sudah dibekali kecerdasan sudah semestinya dapat memanfaatkan AI hanya sebagai alat.
"Saya rasa kalau kita khawatir itu menggantikan peran kita sebagai guru dan dosen, menurut saya terlalu naif. Artinya kita sebagai manusia, kalau semua bergantung pada robot atau AI, maka jati diri kita akan hilang," jelas Prof Tuti, dikutip dari laman Unair, dikutip Rabu (7/5/2025).
Ia menyebut manusia tidak bisa menghindari dari perkembangan teknologi dan informasi, tidak mungkin tidak menerima hal ini. Namun, manusia dapat mencoba mengenal perkembangan teknologi lebih dekat sekaligus melihat kemungkinan mengembangkan dan memanfaatkannya sebaik-baiknya, tanpa meninggalkan jati diri sebagai manusia.
Prof Tuti menegaskan dengan segala kecanggihannya, AI tetaplah hanya alat bantu.
"AI dapat membantu menjadi semacam guidance. Kita yang kemudian mengembangkan menjadi suatu hal yang lebih berbobot atau lebih ada jiwanya," ungkanya.
Apa yang Harus Dilakukan Pendidik?
Sementara AI terus berkembang tanpa henti, Prof Tuti mengatakan pengajar atau pendidik sudah semestinya terus belajar.
"Namanya manusia diberi kemampuan oleh Allah untuk segala hal. Saya rasa kita sebagai manusia harus terus berkembang, bukannya diam karena pakai AI," jelasnya.
Dosen FISIP Unair ini juga mengatakan pendidik harus terus mengembangkan diri dan belajar dari berbagai sumber serta dari berinteraksi dengan banyak orang.
Ia menyebut dengan manusia terus meningkatkan pengalaman, maka manusia akan semakin terasah kemampuan berpikirnya.
"Apakah itu akan disamai oleh AI, saya rasa tidak. Jadi yang perlu dimiliki adalah rasa curiosity untuk terus belajar dan mencari," ujarnya.
Prof Tuti yakin dengan pengalaman yang dimiliki para pendidik, maka dapat menjadi filter berbagai akses informasi yang tertuju ke anak didik.
Ia berharap pendidik terus meningkatkan kualitas dan tidak terlalu bergantung pada kecerdasan buatan. Prof Tuti mengakui AI menjadi tantangan bagi pengajar.
Kendati begitu, menurutnya para pendidik tidak dapat diam saja dan harus berkembang juga.
"Mau bagaimanapun juga jangan sampai kita yang bergantung dengan AI. Karena sesuatu yang kita kerjakan kalau tidak ada sisi kemanusiannya, maka tidak akan berbobot," tegasnya.
(nah/pal)