ֱ

5 Tradisi Unik Masyarakat Turki Saat Bulan Ramadan

5 Tradisi Unik Masyarakat Turki Saat Bulan Ramadan

Muh. Yusril Anam - detikHikmah
Jumat, 28 Mar 2025 03:15 WIB
Ramadan di Turki
Foto: Muh. Yusril Anam
Jakarta -

Di ambang kedatangan bulan suci Ramadan, umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Turki dan Indonesia telah siap dengan antusiasme yang tinggi. Persepsi masyarakat Indonesia terhadap Turki kerap kali terkurung dalam pandangan tentang sebuah negara sekuler yang berdiri di atas

pondasi Islam yang kuat. Sejarah Turki, yang membentang dari kejayaan Dinasti Usmani hingga transformasinya menjadi negara dengan mayoritas muslim seperti saat ini, memang sarat dengan dinamika naik turun yang mengesankan.

Namun kondisi itu berubah ketika Ramadan tiba, sebuah dimensi baru dari Turki terungkap, menawarkan perspektif berbeda yang jarang disorot. Bulan suci ini membuka jendela yang memperlihatkan Turki dalam cahaya yang berbeda, mengungkap kekayaan tradisi dan spiritualitas yang mendalam.
Perayaan Ramadan di Turki, meskipun terjadi dalam bingkai negara sekuler, tetap meriah dengan nuansa Islami yang kental. Fenomena ini membuktikan bahwa meskipun konstitusi negara
berubah dari sistem dinasti menjadi republik, esensi spiritual Islam tetap mendalam dan meresap ke dalam jiwa masyarakat Turki. Beberapa tradisi yang dilakukan masyarakat Turki untuk
menghidupkan Ramadan yaitu;

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Şivlilik: Menyambut Ramadan di Konya

Salah satu tradisi paling khas yang menandai kedatangan Ramadan di Turki adalah "Şivlilik" di Konya, kota yang dikenal sebagai pusat sufisme dan tempat peristirahatan
Maulana Jalaluddin Rumi. Şivlilik adalah perayaan yang dimulai dua bulan sebelum Ramadan, pada bulan Rajab, berdasarkan doa Rasulullah SAW "Yaa Allah berkahilah
aku di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah aku pada bulan Ramadan".

Dalam tradisi ini, masyarakat Konya berbagi coklat, permen, dan manisan dan menerbangkan
lampion sebagai puncak kegiatan. Ini adalah simbol dari penyebaran cahaya dan kebaikan, mendorong semangat berbagi dan kebersamaan yang menjadi inti dari Ramadan.

ADVERTISEMENT

2. Mahya: Membangun Atmosfer Ramadan

Tradisi Mahya adalah tradisi yang telah ada sejak masa kekhalifahan Usmani. Dalam tradisi ini, masjid di Turki akan menghias masjid dengan menggantung lampu di antara
dua menara masjid dengan tulisan seperti "Ramazan Hoş Geldiniz" (Selamat datang Bulan Ramadan), "Ramazanımız mübarek olsun" (Semoga bulan Ramadan kita berkah)
dan tulisan serupa lainnya untuk memberikan makna bahwa bulan yang mulia telah datang. Selain itu, pada sudut-sudut kota dan kampus juga akan mudah ditemukan hiasan
lampu jalan dan tulisan menyambut bulan ramadan.

3. Mukabele: Menghidupkan Suasana Ramadan dengan Qur'an

Jika menghias kota atau masjid dengan lampu adalah bentuk menghidupkan suasana Ramadan dari segi tampilan. Maka, mukabele merupakan bentuk untuk menghidupkan Ramadan dari segi ruhnya. Layaknya di Indonesia, Turki juga memiliki tradisi tadarus Quran di bulan Ramadan yang disebut dengan Mukabele. Akan tetapi, Perbedaannya adalah mukabele ini dilakukan sebelum sholat subuh dan sholat Ashar di masjid, dibaca oleh 2-3 orang secara bergantian membaca sampai 1 juz selesai dan diikuti oleh jamaah masjid. Tradisi ini sangat efektif dalam menghidupkan suasana Ramadan dengan Al-
Quran, sekaligus juga mengundang masyarakat untuk berkumpul dan merenungkan pesan-pesan suci, serupa namun memiliki keunikannya dibandingkan dengan tadarusan di
Indonesia.

4. Ramazan Topu: Bom Suara Si Penanda Waktu Berbuka

Tradisi ini juga merupakan tradisi yang ada sejak zaman kekhalifahan Usmani dan dilestarikan sampai saat ini. Tradisi ini. Dalam tradisi ini, masyarakat Turki dalam hal ini
pemerintah, akan meledakkan bom suara dengan meriam di pusat kota yang bertujuan untuk memberikan tanda bahwa waktu berbuka puasa telah masuk. Akan tetapi, tradisi ini
mulai tergerus zaman seiring dengan majunya teknologi, orang-orang memiliki HP untuk melihat waktu imsak dan berbuka, selain itu juga suara Azan yang menggema di seluruh kota membuat tradisi ini mulai jarang ditemukan di Turki. Meskipun begitu, kita masih bisa menemukan tradisi Ramazan topu ini di daerah Sultan Ahmet, Istanbul.

5. Teravih Treni: Membangun Generasi Muda Melalui Masjid


Turki juga memperhatikan pentingnya generasi muda dalam merayakan dan memahami esensi Ramadan. Di banyak masjid, anak-anak diajak untuk bermain dan belajar tentang
Islam dengan imam dan petugas masjid. Setelah sholat Tarawih, petugas masjid akan menyediakan coklat, permen, atau biskuit sebagai apresiasi untuk kehadiran mereka.
Bahkan di beberapa masjid di Turki, anak-anak yang datang meramaikan sholat tarawih akan diajak bermain Teravih Treni (Kereta Tarawih) oleh petugas masjid.

Ini adalah investasi masa depan, memastikan bahwa masjid akan terus diisi oleh generasi yang menghargai dan menghidupkan Ramadan. Masyarakat Turki pernah berkata tentang berharganya anak-anak yang datang ke masjid, "Anak-anak kita hari ini adalah mereka yang akan mengisi masjid-masjid kita di masa depan".

Meskipun terpisah oleh ribuan kilometer, Indonesia dan Turki berbagi semangat yang sama dalam merayakan Ramadan. Kekayaan tradisi masing-masing negara menunjukkan bahwa, di tengah perbedaan, ada kesatuan umat Islam dalam merayakan bulan penuh rahmat ini.

Semoga artikel ini membuka jendela dunia tentang Ramadan, memperkaya pemahaman kita tentang keragaman cara umat Islam di berbagai negara merayakan bulan suci ini.

Muh. Yusril Anam

Mahasiswa S1 jurusan Ilahiyat, Universitas Necmettin Erbakan Konya, Turki

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)




(lus/lus)

Berita ֱLainnya
Sepakbola
Wolipop
detikInet
detikNews
detikFinance
detikSport
detikHot
detikHealth
Hide Ads