·ÉËÙÖ±²¥

Menilik Layanan Jemput Sampah Ala Warga Nyengseret Bandung

Menilik Layanan Jemput Sampah Ala Warga Nyengseret Bandung

Bima Bagaskara - detikJabar
Kamis, 17 Okt 2024 08:00 WIB
Petugas mengangkut sampah organik dari rumah-rumah warga
Petugas mengangkut sampah organik dari rumah-rumah warga (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar).
Bandung -

'Sampah organik, sampah organik'. Teriakan itu sering terdengar di gang-gang di kawasan Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung. Hampir setiap hari, petugas hilir mudik mengangkut sampah dari rumah-rumah warga.

Dua petugas yang setiap hari bekerja mengangkut sampah, yakni Hamdani Faisal (36) dan Soleh (25). Tanpa rasa lelah, mereka berkeliling sejak pagi hari menyusuri gang demi gang untuk mengangkut sampah organik.

Dari satu rumah ke rumah lainnya, mereka mengambil sampah organik yang sudah dipilah oleh warga. Sampah itu kemudian dimasukkan ke dalam tong besar yang mereka dorong. Hal itu dilakukan berulang hingga siang hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hamdani dan Soleh merupakan petugas Sidak Panik yang merupakan layanan jemput sampah di Kelurahan Nyengseret. Mereka berkeliling ke 7 RW dengan jadwal yang telah ditentukan.

"Iya kita bertugas tiap hari menjemput sampah. Dibagi wilayah, Senin, Rabu, Jumat (RW) 1, 2, 3, 4. Kalau Selasa, Kamis, Sabtu RW 4, 5, 6, 7 bergantian, diambil dua hari sekali. Mulai bertugas itu dimulai setengah 8 (pagi) hingga jam 12 (siang), kita keliling terus," kata Hamdani saat berbincang dengan detikJabar, Rabu (16/10/2024).

ADVERTISEMENT
Petugas mengangkut sampah organik dari rumah-rumah wargaPetugas mengangkut sampah organik dari rumah-rumah warga (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar).

Hamdani dan Soleh diketahui merupakan anggota tim Gorong-gorong dan Kebersihan (Gober). Mereka kemudian ditugaskan oleh Kelurahan Nyengseret untuk membantu jadi petugas Sidak Panik.

Bagi Hamdani, menjadi petugas untuk menjemput sampah di rumah-rumah warga adalah hal yang menyenangkan. Meski harus bergelut dengan sampah yang beraroma tidak sedap, namun dia tidak pernah mengeluh.

Sebaliknya, bagi Hamdani, menjadi petugas penjemput sampah justru membuatnya senang. Selain bisa berinteraksi dengan warga, dia menganggap apa yang dilakukannya adalah ladang pahala.

"Kebanyakan sukanya, lebih cepat kenal dengan warga, jadi banyak yang tahu, sebelum kita berteriak juga sudah dipanggil sama warga. Kita juga merasa ini termasuk ladang pahala karena membantu warga," ujarnya.

Sidak Panik sendiri merupakan akronim dari Simpen Candak Jemput Sampah Organik. Layanan ini dihadirkan untuk mengatasi persoalan sampah organik dengan memberikan layanan penjemputan sampah organik secara langsung ke masyarakat Kelurahan Nyengseret.

"Jadi sidak panik ini inovasi terbaru Kelurahan Nyengseret. Jadi kita memberikan layanan jemput sampah langsung ke masyarakat door to door dan menempatkan ember sidak panik di beberapa titik," kata Kasi Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Nyengseret Fahmi Hafizah.

"Kami memberikan layanan ke masyarakat agar lebih mudah melakukan pemilahan sampah," sambungnya.

Sidak Panik ini dilaunching di Kelurahan Nyengseret pada 18 September 2024 setelah selama satu tahun diuji coba. Menurut Hafizah, layanan ini dibuat untuk menyelesaikan masalah sampah serta kesulitan warga untuk mengolah sampah secara mandiri.

"Karena di lingkungan perkotaan ini padatnya pemukiman dan kesibukan masyarakat, mereka tidak bisa mengolah sampah sendiri di rumah, sehingga kami memberikan layanan ini. Jadi masyarakat simpan sampah organik di ember nanti petugas mengambil sampah organik itu," jelasnya.

Sejak diuji coba setahun lalu, layanan Sidak Panik mulai memberikan dampak positif. Selama setahun, puluhan ton sampah baik organik maupun anorganik berhasil dikelola mandiri oleh Kelurahan Nyengseret.

"Kita uji coba sejak setahun lalu untuk jemput sampah organik. Sampai sekarang kita sudah mengelola sampah organik lebih dari 30 ton, untuk anorganik sudah 28 ton selama satu tahun," ucapHafizah.

Pengolahan Sampah

Masih kata Hafizah, sampah organik yang dijemput dari rumah warga kemudian dikumpulkan di rumah maggot Kelurahan Nyengseret. Sampah itu kemudian diolah dengan metode maggotisasi. Sementara sampah anorganik, dijual ke bank sampah.

"Kita dikelola di rumah maggot untuk diurai dengan metode maggotisasi, untuk anorganik kita kerjasama dengan bank sampah. Untuk anorganik ada layanan jemput sampah juga, warga tinggal minta jemput karena mereka kumpulkan dulu kalau sudah banyak langsung dijemput," tuturnya.

Dalam sehari, layanan jemput sampah ini mampu mengangkut kurang lebih 170 kilogram dari seluruh warga di Kelurahan Nyengseret. Bahkan jumlah itu meningkat setelah dilakukan sosialisasi secara intens tentang layanan Sidak Panik tersebut.

"Sebelum ada sidak panik kita hanya bisa mengelola 60-80 kilogram per hari, tapi sekarang ada sidak panik kita bisa mengelola 170 kilogram per hari dan kita sudah lakukan sosialisasi selama dua minggu terakhir, ada peningkatan 80 kilogram per hari," tandasnya.



Simak Video "Video Sungai Citarum Jadi Lautan Sampah!"


Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
detikFinance
detikFood
detikHealth
Sepakbola
detikNews
Sepakbola
detikInet
Wolipop

Hide Ads