Wisata Curug Panganten di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, kini ditutup sementara setelah insiden seorang wisatawan tewas tenggelam beberapa waktu lalu. Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis pun angkat bicara mengenai kejadian tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Ciamis Budi Kurnia menjelaskan wisata alam memang memiliki risiko yang tinggi. Karakteristik alam, air, tebing dan gunung terkadang tidak pernah pasti.
"Namanya wisata alam, risikonya besar karena kita tidak pernah tahu karakteristik alam seperti air, tebing, dan gunung," ujar Budi, Rabu (9/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak dinas sebenarnya telah melakukan berbagai upaya preventif untuk mencegah hal tersebut, seperti kunjungan rutin, pelatihan, dan pembinaan kepada pengelola wisata. Curug Panganten yang termasuk kategori wisata tirta, tentunya sudah dilengkapi dengan petugas yang memiliki pelatihan dasar penyelamatan atau life guard, lengkap dengan lisensinya.
Meski demikian, sistem pengelolaan Curug Panganten dilakukan oleh desa setempat, sementara Dinas Pariwisata hanya bertindak sebagai pendamping, pembina, dan pengawas.
Budi juga menyebut telah menyampaikan imbauan menjelang musim libur lebaran. Bahkan, sudah diberikan peringatan debit air di Curug Panganten sedang tinggi dan biasanya menjadi pusaran air.
Pengunjung seharusnya melapor kepada pengelola dan melakukan konfirmasi sehingga akan mendapat pendampingan, informasi tentang potensi bahaya serta diberikan pelampung.
"Kalau pengunjung tidak konfirmasi, artinya tidak ada yang mengawasi dan mereka tidak tahu SOP-nya," ujar Budi.
Kejadian wisatawan tewas tenggelam ini bukan yang pertama. Curug Panganten sudah dua kali mengalami insiden serupa. Hal ini seharusnya menjadi peringatan akan pentingnya koordinasi dan pengawasan di kawasan wisata alam terbuka.
"Kalau larangan dan papan peringatan sudah ada, tapi masyarakat kadang tidak membacanya atau mengabaikannya. Maka harus ada petugas yang berjaga secara langsung," tambahnya.
Ke depan, Dinas Pariwisata berharap masyarakat, para pengunjung memahami wisata alam bukan sekadar tempat bermain, melainkan wilayah yang penuh risiko. Perlu adanya koordinasi dengan pihak yang memahami medan dan kondisi alam. Tanpa itu, kegiatan wisata bisa berakhir menjadi tragedi.
Penutupan sementara Curug Panganten ini juga sebagai langkah evaluasi untuk meningkatkan keamanan wisata alam. Dinas Pariwisata bersama pihak desa akan mengevaluasi SOP dan sistem pengawasan, demi mencegah tragedi serupa terjadi lagi.
(sud/sud)