Muhammad Farhan dan Erwin resmi dilantik sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung untuk periode 2025-2030 pada 20 Februari 2025 lalu. Sejak dilantik, belum ada gebrakan yang menonjol dilakukan oleh Farhan-Erwin.
Hal itu jadi sorotan Pakar Kebijakan Publik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Cecep Darmawan. Cecep menyebut, Farhan-Erwin bukan orang baru di Kota Bandung. Farhan diketahui merupakan mantan anggota DPR RI dan pegiat entertainment, begitupun Erwin mantan anggota DPRD Kota Bandung.
Disamping visi misinya saat kampanye lalu, Cecep sebut saat ini Farhan-Erwin harus mewujudkan kebijakan yang diawali dengan soliditas di antara birokrasi dan kekuatan politik di DPR, sehingga keduanya harus berlari cepat atau ngabret menuntaskan permasalahan di Kota Bandung. Apalagi, Kota Bandung sendiri merupakan ibu kota dan ikon Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Persoalan banjir, macet, sampah dan lain termasuk urbanisasi dan kepadatan penduduk, ini butuh percepatan," kata Cecep dihubungi detikJabar, Sabtu (12/4/2025).
Disinggung apakah sudah ada gebrakan yang dilakukan Farhan-Erwin, Cecep menilai gebrakannya belum terlihat.
"Kelihatannya belum, mungkin belum masif, ada tidaknya belum masif, diinformasikan dan disosialisasikan. Tadi itu saya sampaikan cepat, ngabret dan berlari kencang untuk Kota Bandung sebagai ikon Jabar," ujar Cecep.
Jangan Kalah Cepat dengan Dedi Mulyadi
Sebagai pimpinan tertinggi di Kota Bandung, pergerakan Farhan-Erwin jangan sampai kalah dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Sebagai yang memiliki kawasan, seharusnya permasalahan yang terjadi di Kota Bandung bisa diselesaikan dahulu oleh Farhan-Erwin, salah satu contohnya dalam penertiban PKL di kawasan Pasteur.
"Ya semestinya itu wilayahnya kota, tapi tak ada yang salah dari sisi gubernur, tapi lebih pas wali kota yang beresin. Apakah itu keaktifan gubernur atau kekurang aktifan wali kota," ungkap Cecep.
Menurut Cecep, Farhan-Erwin jangan kalah gercep dari Dedi Mulyadi agar kinerja mereka dapat dilihat langsung oleh masyarakat luas.
"Ya harus bisa ngimbangi, sesuai kewenangannya, semangatnya contoh gubernur, penyelesaian kasusnya sesuai kewenangan," tambahnya.
Infrastruktur Diperbaiki Setelah Ada Korban
Kasus lainnya, jalan berlubang di Jalan Ir H Djuanda menimbulkan korban. Pengendara terjatuh dan alami luka berat akibat melindas jalan rusak. Pasca kejadian, jalan langsung diperbaiki.
Menurut Cecep, seharusnya jangan menunggu korban, lalu jalan diperbaiki. Pemerintah harus proaktif melihat langsung jalan-jalan rusak di Kota Bandung.
"Oh yang di Dago ya? Ya saya prihatin ada korban, seharusnya pemerintah tanggung jawab juga kepada korban, memberikan bantuan kek, memberi biaya perawatan dan peduli kepada warganya. Kedua, memang pemerintah jangan seperti penjaga malam atau pemadam kebakaran sudah ada masalah baru turun, harus proaktif, tidak hanya menunggu laporan, kalau perlu Farhan-Erwin tiap hari terus blusukan, misal ada jalan rusak biang ke kepala dinas untuk diperbaiki," jelasnya.
"Role model Pak Dedi harus dicontoh kabupaten lain, tak hanya Kota Bandung," tambahnya.
Cecep ingatkan lagi, soal perbaikan infrastruktur jangan menunggu rusak atau menimbulkan korban dahulu.
"Jangan nunggu lagi, harus proaktif, jangan menunggu korban ada perbaikan, menunggu banjir ada perbaikan, menunggu sampah menumpuk baru ada pergerakan. Pemerintah yang antisipatif dan pori aktif dibutuhkan hari ini. Jangan lambat mengatasi itu," terangnya.
Simak Video "Police Line Membentang di Lokasi Kebakaran Gedung Bapelitbang Bandung"