·ÉËÙÖ±²¥

Suramnya Malam Tahun di Cirebon Saat Warga Tak Punya Uang

Lorong Waktu

Suramnya Malam Tahun di Cirebon Saat Warga Tak Punya Uang

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Rabu, 01 Jan 2025 08:00 WIB
Penduduk Cirebon tempo dulu
Penduduk Cirebon tempo dulu (Foto: KITLV)
Cirebon -

Sebagai momenm pergantian tahun, malam tahun baru menjadi malam yang cukup istimewa. Biasanya, di malam tahun baru akan diperingati dengan berbagai macam perayaan. Pada masa Hindia Belanda, perayaan tahun baru kebanyakan diperingati di kota-kota besar seperti Batavia. Mengutip surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 2 Januari 1903, Di malam tahun baru mereka akan menyalakan kembang api, dan umat Kristiani akan datang ke gereja untuk berdoa, bertaubat dan dan berharap agar tahun depan dapat lebih baik.

Sedangkan di Cirebon, pergantian tahun, dirayakan dengan cukup sederhana, yakni hanya dengan mengirim kartu ucapan selamat tahun baru, seperti yang dipaparkan dalam surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 11 Januari 1915, tertulis bahwa di Cirebon, tahun baru dirayakan dengan bertukar kartu ucapan selamat tahun baru.

Tak hanya antar sesama orang Eropa, bertukar kartu ucapan selamat tahun baru juga dilakukan oleh penduduk pribumi, dan di tahun baru, orang Tionghoa banyak yang berkunjung ke rumah orang Eropa. Hal ini membuat banyak pekerjaan yang biasa mereka lakukan, ditinggalkan sementara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di sini Hari Tahun Baru telah menarik perhatian penduduk setempat, karena mereka juga merayakan perubahan tahun secara resmi. Orang Cina mengunjungi orang Eropa dengan sering, banyak pekerjaan yang ditinggalkan, dan hujan kartu ucapan dari penduduk pribumi. Saya melihat kartu ucapan dari penduduk pribumi untuk sesama penduduk pribumi, bahkan dari orang Eropa untuk penduduk pribumi. Dengan ini, saya ingin mengatakan bahwa tampaknya ada semacam perayaan bersama," tulis surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 11 Januari 1915.

Bahkan di tahun 1934, perayaan tahun di Cirebon tampak suram dan sepi, seperti yang ditulis dalam laporan koresponden Cirebon dari surat kabar de Locomotif edisi 11 Januari 1934, yang menyebutkan tentang suramnya perayaan tahun baru.

ADVERTISEMENT

Saat Warga Cirebon Tak Punya Banyak Uang

Kala itu, banyak orang, khususnya warga pribumi yang tinggal di desa-desa Cirebon, tidak memiliki banyak uang, bahkan tidak punya uang sama sekali. Hal ini menyebabkan orang tidak berbelanja saat tahun baru tiba.

Padahal, biasanya, jika memiliki uang yang cukup, pada malam tahun baru, penduduk desa tersebut akan datang ke kota untuk berbelanja berbagai macam kebutuhan, namun, di tahun 1934 yang terjadi malah sebaliknya, tidak ada hiruk pikuk keramaian tahun baru, jalanan sepi, toko-toko juga tutup, bahkan banyak bertuliskan disewakan, karena bangkrut.

"Di kalangan orang yang lewat, kini tidak ada lagi yang memperhatikan hiruk pikuk Tahun Baru yang biasa terjadi. Tidak ada wajah bahagia atas pembelian yang dilakukan, dan tidak ada kerumunan orang yang menyenangkan di jalan, jalanan seolah sepi. Para pedagang Tiongkok hanya melakukan sedikit upaya tahun ini, sementara sejumlah besar pintu toko juga telah ditutup, yang di atasnya kini muncul tanda "disewakan"," tulis surat kabar de Locomotif edisi 11 Januari 1934.

Untuk toko yang masih buka, hanyalah toko-toko dari Jepang, meski mereka telah melakukan promosi, tapi, tetap saja omzet mereka berjualan tetap kecil. Bahkan, karena terlalu lama sepi, banyak toko yang tidak menggunakan lampu listrik untuk memerangi toko mereka pada malam hari. Di desa, suasana tahun baru, lebih sepi dan suram.

"Di desa-desa, pada malam hari setelah masa Prapaskah, orang-orang terlihat berjongkok bersama di bawah cahaya redup sumbu minyak yang berasap, sementara tampaknya tidak ada pemikiran mengenai penyalaan kembang api secara tradisional. Keadaan pada saat itu juga memberikan kesan yang suram pada tahun baru," tulis surat kabar de Locomotif edisi 11 Januari 1934.

Cirebon tempo duluCirebon tempo dulu Foto: KITLV

Salah satu penyebab lain kenapa di tahun 1934 malam tahun baru sepi adalah karena bertepatan dengan bulan puasa atau bulan Ramadan. Bahkan, kala itu, di tahun 1934, Idulfitri jatuh di bulan yang sama, yakni 17 Januari.

Tahun baru dan hari raya Idulfitri yang jatuh di bulan yang sama, membuat sebagian orang di Hindia Belanda merasa kebingungan. Apalagi, penetapan hari raya Idulfitri dalam kalender Masehi selalu berubah di setiap tahunnya.

Mengutip surat kabar Soerabajasch Handelsblad edisi 17 Januari 1934, karena jarak tahun baru Masehi dan akhir bulan Ramadan berdekatan membuat penduduk non pribumi, menyebut akhir bulan puasa atau Idul Fitri sebagai tahun baru. Bahkan, orang Cina dan Eropa mengucapkan selamat tahun baru kepada teman mereka yang beragama Islam. Padahal, tahun baru dalam Islam, ada di bulan Muharram dalam penanggalan Hijriah.

"Karena jarak waktu yang dekat antara perayaan "Puasa Lebaran" dengan perayaan Tahun Baru Eropa, maka akhir bulan puasa disebut "Tahun Baru Pribumi " oleh masyarakat non-pribumi. Namun, Muharam pertama, awal tahun baru umat Islam, tidak pernah dirayakan. Pada kesempatan "Puasa Lebaran", umat Islam biasanya menerima banyak ucapan Selamat Tahun Baru dari kenalan dan teman mereka di Eropa atau Cina, yang tentu saja salah," tulis surat kabar Soerabajasch Handelsblad edisi 17 Januari 1934.

Meski tidak semeriah di kota besar, 2 tahun sebelumnya, yakni di tahun 1932, tahun baru di Cirebon dilaksanakan dengan lancar, seperti dalam laporan kepolisian Cirebon yang tertulis dalam surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 12 Februari 1932. Kala itu, meski tahun baru terlaksana dengan lancar, pada malam tahun baru, masih ada beberapa permasalahan kecil yang harus diselesaikan, seperti kebisingan dalam menyalakan kembang api oleh anak-anak yang nakal, pelemparan botol dan potongan kayu, serta seorang istri yang disiksa oleh suaminya, yang membuat korban terluka dan harus dirawat di rumah sakit.

Pria Cirebon Kehilangan Tas Berisi Paket Tahun Baru

Tragedi lain berhubungan dengan tahun baru adalah, jatuhnya seorang pria Cirebon dari kereta saat sedang tidur. Diceritakan, saat itu, ada seorang pria yang ingin naik kereta api untuk merayakan tahun baru di luar kota. Dengan barang bawaannya, dia duduk di gerbong balkon bagian belakang kereta.

Untuk memanfaatkan waktu luang selama perjalanan, dia memutuskan tidur di balkon kereta, namun, naas, saat sedang tidur, ia bermimpi sampai terjatuh ke tanah dari balkon kereta tempat dia tidur. Hal ini menyebabkan, ia terluka dan dirawat di rumah sakit kota, tak hanya luka yang didapat, ia juga kehilangan barang bawaannya.

"Agar bisa tetap bersemangat saat liburan, ia memanfaatkan perjalanan kereta api untuk tidur siang. Namun, ia diganggu dalam mimpinya dengan cara yang tidak baik, karena itu ia terjatuh dari kereta dan terbentur tanah dengan kondisi yang menyakitkan. Dia berjalan ke stasiun untuk mengambil barangnya. Namun di sini, dia terkejut menemukan bahwa satu tas berisi paket tahun baru telah hilang. Kejatuhan tersebut memaksanya menjalani perawatan medis di rumah sakit kota," tulis surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 12 Februari 1932.

Meja putar kereta di Stasiun Cirebon tempo duluMeja putar kereta di Stasiun Cirebon tempo dulu Foto: istimewa

Kisah tragis gagalnya merayakan tahun baru juga dialami seorang direktur toko kaca di Cirebon. Mengutip surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 17 Desember 1936, seorang direktur bernama Tuan Adeboi tewas menabrak mobil saat ingin pulang untuk merayakan tahun baru dan Natal di bersama orang tuanya.

"Direktur sebuah toko kaca di sana, menabrakkan sepeda motornya ke sebuah mobil di Cirebon, kemarin dan meninggal sebagai akibatnya. Pak Adeboi sedang dalam perjalanan ke Surabaya untuk merayakan Natal dan Tahun Baru bersama orang tuanya," tulis surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 17 Desember 1936.

Peristiwa Kriminal di Malam Tahun Baru

Pada malam Tahun baru juga terjadi beberapa peristiwa tindak kriminal, beberapa peristiwa kriminal tersebut banyak diberitakan dalam surat kabar Hindia Belanda, salah satunya surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 6 Januari 1937. Kala itu, seorang pegawai pos membawa kabur uang tunai sebesar 12.000 gulden. Namun, tak lama kemudian ia berhasil ditangkap polisi di Bandung.

Pada malam tahun baru juga terjadi penembakan terdapat seorang perwira sekaligus Insinyur bernama Tuan Van der Huslt, yang ditembak mati oleh Tuan Razoux Khur. Dalam surat kabar Batavia Nieuwsblad edisi 3 Januari 1921, diceritakan tentang kronologi penembakan. Mulanya, pada malam tahun baru, Razaux Khur bertengkar dengan istrinya, Nyonya Khur. Karena bertengkar hebat, Nyonya Khur lari ke rumah Tuan Van der Huslt.

Mengetahui Nyonya Khur akan datang ke rumah sahabatnya, Tuan Razaux Khur meminta agar, Tuan Van der Huslt untuk tidak menerima istrinya, sambil mengancam persahabatan dengan dirinya akan berakhir. Tapi dijawab oleh Tuan Van der Huslt, bahwa dia tidak menolak orang yang meminta perlindungan.

Mendengar jawaban tersebut, Razaux Khur, langsung datang ke rumah Van der Huslt dan langsung mencari istrinya, melihat kedatangan Razaux Khur, Tuan Van der Huslt mencoba menghadang Razaux Khur agar tidak bertemu istrinya. Melihat dirinya dihalangi, Razaux Khur langsung menembak sahabatnya, Van der Huslt di tempat. Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 8 di malam tahun baru. Awalnya, Razaux Khur mengaku dia sedang dalam kondisi mabuk, tapi setelah diselidiki, ia melakukan penembakan tersebut secara sadar.

Kasus penembakan Van der Huslt menjadi kasus yang viral pada masa itu, pasalnya, Van Der Huslt dikenal sebagai perwira teladan yang baik hati. Saat itu, ada banyak surat kabar yang mengawal kasus tersebut sampai pengadilan.

Selain kasus kriminal, pada malam tahun baru juga terjadi mogok massal para pegawai kereta api menjelang malam tahun baru. Dalam surat kabar Het Volk edisi 29 Desember 1920, penyebab mogoknya pegawai kereta tersebut adalah karena menuntut upah pegawai yang layak.

"Dilaporkan dari Cheribon, bahwa pemogokan serius yang dilakukan oleh karyawan pribumi diperkirakan akan terjadi di perusahaan trem Semarang-Cheribon menjelang Tahun Baru. Cuti pegawai negeri Eropa telah dicabut," Tulis surat kabar Het Volk edisi 29 Desember 1920.


Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
detikNews
detikHot
detikHealth
detikFinance
detikOto
detikFood
Sepakbola
detikSport

Hide Ads