·ÉËÙÖ±²¥

Kisah Penyebar Agama Islam Syekh Maulana Maghribi di Cirebon

Kisah Penyebar Agama Islam Syekh Maulana Maghribi di Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Kamis, 20 Feb 2025 07:30 WIB
Suasana situs Syekh Maulana Magribi Cirebon
Suasana situs Syekh Maulana Magribi Cirebon (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar).
Cirebon -

Di Kampung Astanagarib, Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon terdapat sebuah situs makam berusia ratusan tahun. Di makam tersebut bersemayam seorang penyebar agama Islam bernama Syekh Maulana Maghribi.

Makam Syekh Maulana Maghribi dikelilingi dua lapis tembok berwarna merah, di setiap dindingnya terdapat hiasan berupa keramik cina dengan berbagai motif. Di salah satu sudut tembok, terdapat juga sebuah simbol tarekat berupa tiga ikan satu kepala atau biasa dikenal dengan iwak telu sirah sanunggal.

Ada banyak makam tua yang ada di kompleks makam Syekh Maulana Magribi. Makam-makam tersebut terbagi dalam 3 bagian, yang dipisahkan oleh tembok setinggi dada orang dewasa. Khusus untuk memasuki makam Syekh Maulana Maghribi, harus melewati dua pintu, pertama pintu candi bentar yang bagian depannya terdapat gentong untuk berwudu. Kemudian pintu berwarna hijau yang memiliki tulisan kaligrafi Arab di atasnya serta hiasan piring cina di bagian kiri dan kanannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah masuk, akan tampak sebuah makam berukuran besar berwarna kuning dengan batu nisan berwarna hitam. Di sekeliling makam dilindungi dengan tembok berwarna merah yang di dalamnya terdapat deretan makam kuno serta batu nisan milik Syekh Maulana Maghribi sebelum dipugar.

Konon, menurut Andika, juru kunci makam, saat pemugaran, batu nisan yang aslinya sangat berat untuk diangkat. Hal itu membuat batu nisan Syekh Maulana Maghribi dibiarkan diletakkan di sekitar makam.

ADVERTISEMENT

Untuk deretan makam kuno yang ada di sekitar Syekh Maulana Maghribi sendiri, merupakan makam dari para keluarga keraton yang sengaja dimakamkan di area tersebut.

Andika memaparkan, bahwa Syekh Maulana Maghribi merupakan seorang penyebar agama Islam yang berasal dari Andalusia yang sekarang dikenal dengan Spanyol. Maghrib sendiri merupakan julukan untuk orang yang berasal dari daerah sekitar Afrika Utara.

"Nama bapak dari Syekh Maulana Maghribi itu Syekh Maulana Jatisura yang asalnya dari Andalusia," tutur Andika, yang merupakan generasi ketiga dari juru kunci situs makam Syekh Maulana Maghribi.

Suasana situs Syekh Maulana Magribi CirebonSuasana situs Syekh Maulana Magribi Cirebon (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar).

Dalam catatan sejarah yang ada pada situs, dituliskan bahwa Syekh Maulana Jatisura merupakan keturunan ke 21 dari Rasulullah SAW yang berdakwah di daerah Malaka. Pada suatu hari, beliau berkelana hingga negeri Andalusia yang pada waktu itu merupakan negara Islam. Di Andalusia, Syekh Maulana Jatisura menikah dan memiliki dua orang anak, yakni Syekh Maulana Maghribi dan Syekh Makdum.

Setelah dewasa kedua anak dari Syekh Maulana Jatisura pergi mengembara. Negeri yang pertama disinggahi adalah Mekkah. Sambil melaksanakan haji, mereka belajar ke seorang guru bernama Syekh Athaillah. Setelah dari Mekkah mereka melanjutkan perjalanan ke Banakeling (India) untuk mengislamkan pejabat Keling bernama Adjar Keling atau Ki Bana Keling.

Setelah masuk Islam, Adjar Keling ikut melakukan perjalanan bersama Syekh Maulana Maghribi dan Syekh Makdum ke Minangkabau kemudian ke Jawa sampai Kejaksan Cirebon. Oleh Pangeran Kejaksan, ketiganya ditempatkan di tiga lokasi yang berbeda.

Ki Adjar Keling ditempatkan di sebelah barat Kejaksan. Syekh Maulana Maghribi di tempatkan di sebelah barat rumah Mbah Kuwu Cirebon atau Pangeran Cakrabuana yang lokasinya di sebelah barat Keraton Kanoman. Terakhir, Syekh Makdum ditempatkan di sebelah Selatan Keraton Pakungwati Kasepuhan di dekat sungai Kriyan.

Menurut Andika, kedatangan Syekh Maulana Maghribi ke Cirebon bertujuan untuk menyebarkan agama Islam. Apalagi, saat itu, Sunan Gunung Jati masih belum menetap di Cirebon. Syekh Maulana Maghribi wafat pada tahun 1506 dan dimakamkan di Kampung Astanagarib Utara, Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon.

Andika mengatakan, hingga sekarang makam SyekhMaulana Maghribi masih sering didatangi peziarah. Bahkan, setiap malam JumatKliwon, wargaAstanagarib secara rutin melakukan tradisitawasulan di makam SyekhMaulana Maghribi.

Permainan Melempar Keris

Salah satu cerita mitos tentang Syekh Maulana Magribi adalah tentang permainan melempar keris. Dalam catatan yang ada di situs makam Syekh Maulana Magribi diceritakan, kala itu, ada seseorang yang dikenal sakti yang tidak mempan terhadap senjata tajam bernama Ki Bana Keling, untuk menunjukkan kesaktiannya beliau sering melakukan permainan berbahaya, yakni melemparkan keris ke angkasa, lalu menangkapnya kembali dengan telapak tangan.

Meski membuat orang terkagum dan berkumpul di sekitar Ki Bana Keling. Namun, menurut Syekh Maulana Maghribi, permainan Ki Bana Keling ini sangat berbahaya sekali karena jika gagal dapat melukai orang di sekitarnya. Untuk memberikan pelajaran kepada Ki Bana Keling, Syekh Maulana Maghribi menantang Ki Bana Keling untuk ikut permainan melempar keris tersebut.

Awalnya, Ki Bana Keling meremehkan kemampuan Syekh Maulana Maghribi, namun, Syekh Maulana Maghribi tetap memaksa untuk ikut melempar keris ke angkasa. Setelah dilempar ke atas, akhirnya keris tersebut jatuh ke telapak tangan Syekh Maulana Maghribi dan membuat kedua telapak tangannya terluka, dan darah pun mengucur deras dari tangan Syekh Maulana Maghribi.

Melihat tangan Syekh Maulana Maghribi berdarah, Ki Bana Keling pun sesumbar dengan sombongnya dia berkata bahwa Syekh Maulana Maghribi tidak menuruti kata-kata orang tua seperti dirinya. Namun, setelah Ki Bana Keling berkata seperti itu, Syekh Maulana Maghribi mencabut keris yang melukai tangannya, dan mendadak tangan yang terluka karena keris langsung rapat dan sembuh kembali seperti seperti semula.

Melihat kejadian tersebut, Ki Bana Keling langsung bingung dan tidak menyangka kejadian yang menimpa Syekh Maulana Magribi. Akhirnya, Ki Bana Keling pun meminta maaf dan berjanji untuk tidak lagi bersikap angkuh dan sombong. Semenjak itu, Syekh Maulana Magribi dikenal sebagai wali yang masyhur di Jawa.

Menurut juru kunci makam, Andika, Syekh Maulana Maghribi hidup pada abad ke 14, sebelum masa Sunan Gunung Jati. Beliau juga yang menyarankan agar Pangeran Cakrabuana dan adiknya, Rara Santang untuk berguru pada Syekh Idofi di Malaka, sampai haji di Mekkah.

Konon, Syekh Maulana Maghribi juga pernah berkata, bahwa kelak Rara Santang akan menikah dengan Sultan Mesir dan memiliki anak yang akan menjadi penyebab Islam di Jawa Barat, yakni Sunan Gunung Jati.



Simak Video "Video Grebeg Syawal Kasultanan Kanoman Disambut Antusias Warga"


Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
detikInet
detikFinance
detikOto
Wolipop
detikHot
detikSport
detikNews
Sepakbola

Hide Ads