Di Kampung Astanagarib, Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon terdapat sebuah situs makam berusia ratusan tahun. Di makam tersebut bersemayam seorang penyebar agama Islam bernama Syekh Maulana Maghribi.
Makam Syekh Maulana Maghribi dikelilingi dua lapis tembok berwarna merah, di setiap dindingnya terdapat hiasan berupa keramik cina dengan berbagai motif. Di salah satu sudut tembok, terdapat juga sebuah simbol tarekat berupa tiga ikan satu kepala atau biasa dikenal dengan iwak telu sirah sanunggal.
Ada banyak makam tua yang ada di kompleks makam Syekh Maulana Magribi. Makam-makam tersebut terbagi dalam 3 bagian, yang dipisahkan oleh tembok setinggi dada orang dewasa. Khusus untuk memasuki makam Syekh Maulana Maghribi, harus melewati dua pintu, pertama pintu candi bentar yang bagian depannya terdapat gentong untuk berwudu. Kemudian pintu berwarna hijau yang memiliki tulisan kaligrafi Arab di atasnya serta hiasan piring cina di bagian kiri dan kanannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah masuk, akan tampak sebuah makam berukuran besar berwarna kuning dengan batu nisan berwarna hitam. Di sekeliling makam dilindungi dengan tembok berwarna merah yang di dalamnya terdapat deretan makam kuno serta batu nisan milik Syekh Maulana Maghribi sebelum dipugar.
Konon, menurut Andika, juru kunci makam, saat pemugaran, batu nisan yang aslinya sangat berat untuk diangkat. Hal itu membuat batu nisan Syekh Maulana Maghribi dibiarkan diletakkan di sekitar makam.
Untuk deretan makam kuno yang ada di sekitar Syekh Maulana Maghribi sendiri, merupakan makam dari para keluarga keraton yang sengaja dimakamkan di area tersebut.
Andika memaparkan, bahwa Syekh Maulana Maghribi merupakan seorang penyebar agama Islam yang berasal dari Andalusia yang sekarang dikenal dengan Spanyol. Maghrib sendiri merupakan julukan untuk orang yang berasal dari daerah sekitar Afrika Utara.
"Nama bapak dari Syekh Maulana Maghribi itu Syekh Maulana Jatisura yang asalnya dari Andalusia," tutur Andika, yang merupakan generasi ketiga dari juru kunci situs makam Syekh Maulana Maghribi.
![]() |
Dalam catatan sejarah yang ada pada situs, dituliskan bahwa Syekh Maulana Jatisura merupakan keturunan ke 21 dari Rasulullah SAW yang berdakwah di daerah Malaka. Pada suatu hari, beliau berkelana hingga negeri Andalusia yang pada waktu itu merupakan negara Islam. Di Andalusia, Syekh Maulana Jatisura menikah dan memiliki dua orang anak, yakni Syekh Maulana Maghribi dan Syekh Makdum.
Setelah dewasa kedua anak dari Syekh Maulana Jatisura pergi mengembara. Negeri yang pertama disinggahi adalah Mekkah. Sambil melaksanakan haji, mereka belajar ke seorang guru bernama Syekh Athaillah. Setelah dari Mekkah mereka melanjutkan perjalanan ke Banakeling (India) untuk mengislamkan pejabat Keling bernama Adjar Keling atau Ki Bana Keling.
Setelah masuk Islam, Adjar Keling ikut melakukan perjalanan bersama Syekh Maulana Maghribi dan Syekh Makdum ke Minangkabau kemudian ke Jawa sampai Kejaksan Cirebon. Oleh Pangeran Kejaksan, ketiganya ditempatkan di tiga lokasi yang berbeda.
Ki Adjar Keling ditempatkan di sebelah barat Kejaksan. Syekh Maulana Maghribi di tempatkan di sebelah barat rumah Mbah Kuwu Cirebon atau Pangeran Cakrabuana yang lokasinya di sebelah barat Keraton Kanoman. Terakhir, Syekh Makdum ditempatkan di sebelah Selatan Keraton Pakungwati Kasepuhan di dekat sungai Kriyan.
Menurut Andika, kedatangan Syekh Maulana Maghribi ke Cirebon bertujuan untuk menyebarkan agama Islam. Apalagi, saat itu, Sunan Gunung Jati masih belum menetap di Cirebon. Syekh Maulana Maghribi wafat pada tahun 1506 dan dimakamkan di Kampung Astanagarib Utara, Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon.
Andika mengatakan, hingga sekarang makam SyekhMaulana Maghribi masih sering didatangi peziarah. Bahkan, setiap malam JumatKliwon, wargaAstanagarib secara rutin melakukan tradisitawasulan di makam SyekhMaulana Maghribi.
Simak Video "Video Grebeg Syawal Kasultanan Kanoman Disambut Antusias Warga"