Siang itu suasana di situs Petilasan Sunan Kalijaga tampak ramai, ratusan pengunjung berdatangan menuju area petilasan Sunan Kalijaga. Selain pengunjung, para pedagang juga tampak memadati area situs Petilasan Sunan Kalijaga, salah satunya adalah Karmina (49) penjualan mainan tradisional perahu otok-otok.
Karmina sudah berjualan perahu otok-otok sejak usianya masih belia. Karmina mengikuti jejak keluarganya dulu, mencari nafkah dengan berjualan perahu otok-otok.
"Dari kecil saya jualan kayak ini, sudah bapak ikut jualan ini. Dulu harganya cuman 15 perak, sudah 30 tahun lebih saya jualan," tutur Karmina, Rabu (2/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karmina menjual perahu otok-otok yang diproduksi kakaknya. Dalam sehari, kakak Karmina mampu memproduksi 200 hingga 300 perahu otok-otok.
Meskipun permainan modern semakin banyak, namun perahu otok-otok masih tetap diminati. Tidak hanya dari Jawa, perahu otok-otok yang dibuat kakaknya juga dijual sampai ke luar pulau Jawa.
"Mainan kayak gini mah laku saja, sampai-sampai luar Jawa juga laku, kayak dari Medan dan Lampung itu masih laku. Tapi, harga lebih mahal bisa Rp 50.000 sampai Rp 60.000, soalnya buat perahu otok-otok kayak gini jarang ada yang bisa, ada yang bisa juga kadang nggak ngeluarin bunyi," tutur Karmina.
Berbeda dengan mainan pada umumnya, perahu otok-otok dibuat dari kaleng bekas yang dipotong dan dibentuk seperti perahu. Agar lebih menarik, perahu dicat dengan menggunakan warna yang cerah seperti merah, biru dan kuning.
Agar bisa menyala, perahu otok-otok tidak dijalankan dengan menggunakan baterai, tetapi menggunakan tenaga uap yang berasal dari sumbu kapas yang ada di dalam perahu.
Untuk cara memainkannya, pertama sumbu yang ada di dalam perahu otok-otok diberi minyak terlebih dahulu, lalu dinyalakan dengan api berukuran kecil. Biasanya, perahu itu dimainkan di atas wadah atau baskom yang berisi air. Ketika sumbu sudah dinyalakan, perahu akan bergerak melingkar sambil mengeluarkan bunyi otok-otok.
"Yang penting perahunya jangan diobok-obok di air saja, nanti mati, biar apinya tidak mati," tutur Karmina.
Karmina menjual perahu otok-otok ukuran kecil seharga Rp 15 ribu. Sementara itu, ukuran besar dijual Rp 20 ribu. Karmina mampu menjual ratusan perahu dalam sehari.
"Sehari bisa dijual sampai 5 kodi, sekodinya kan 20 biji, berarti bisa sampai 100 biji perahu sehari," tutur Karmina.
Tidak hanya di Cirebon, Karmina juga berjualan perahu otok-otok di berbagai macam kota seperti Kuningan, Banten, hingga Jogjakarta. Menurut Karmina, hasil berjualan perahu otok-otok cukup untuk menghidupi kebutuhan keluarganya sehari hari.
"Jualan mah di mana saja, di situ ada keramaian yah saya jualan, cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari mah," pungkas Karmina.
(sud/sud)