·ÉËÙÖ±²¥

8 Fakta Hasrat Jahat Dokter Residen Priguna Kelabui Anak Pasien

Round-up

8 Fakta Hasrat Jahat Dokter Residen Priguna Kelabui Anak Pasien

Tim detikJabar - detikJabar
Kamis, 10 Apr 2025 11:00 WIB
Ekspos kasus pelecehan seksual oleh residen anestesi.
Ekspos kasus pelecehan seksual oleh residen anestesi (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Dunia kedokteran Indonesia kini sedang menjadi sorotan tajam. Ini terjadi setelah salah seorang residen anestesi dari Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) bernama Priguna Anugerah P (31), nekat memperkosa seorang perempuan yang sedang menunggu ayahnya dirawat di RSHS Bandung.

Lantas, bagaimana kasus ini bisa terjadi? Berikut rangkuman sederet faktanya:

1. Pelaku Ditangkap Polisi

Insiden memilukan itu terjadi pada 18 Maret 2025 pukul 01.00 WIB dini hari di Gedung Maternal & Child Health Center (MCHC) lantai 7 RSHS Bandung. Setelah korban melapor ke polisi, Priguna ditangkap polisi pada 23 Maret 2025 di apartemen Kota Bandung.

Rabu (9/4/2025), polisi kemudian merilis kasus ini. Priguna terlihat sudah mengenakan pakaian tahanan berwarna biru, dan hanya tertunduk lesu saat digiring petugas tanpa ekspresi apapun dengan dua tanggannya sudah dalam keadaan diborgol.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pelaku ditangkap tanggal 23 Maret di apartemennya di Kota Bandung," kata Dirkrimum Polda Jabar Kombes Pol Surawan.

2. Bius Korban Sebelum Diperkosa

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan mengatakan, sebelum melakukan aksi bejatnya, Priguna melakukan pengecekan darah kepada keluarga pasien yang diketahui merupakan anak dari salah satu pasien yang dirawat di RSHS. Tersangka lalu meminta korban untuk diambil darah dan membawa korban dari ruang IGD ke gedung MCHC lantai 7 RSHS Bandung.

ADVERTISEMENT

Setelah sampai di Gedung MCHC tersangka meminta korban untuk mengganti pakaian dengan baju operasi warna hijau. Lalu diminta untuk melepas baju dan celananya. Pada saat itu tersangka memasukkan jarum ke bagian tangan kiri dan kanan korban kurang lebih 15 kali.

"Kemudian tersangka menghubungkan jarum tersebut ke selang infus, setelah itu tersangka menyuntikkan cairan bening ke selang infus tersebut dan beberapa menit kemudian korban merasakan pusing lalu tidak sadarkan diri," ungkapnya.

"Setelah sadar korban diminta untuk mengganti pakaian kembali. Setelah kembali ke ruang IGD korban baru sadar bahwa pada saat itu sudah pukul 04.00 WIB," tambahnya.

3. Kecurigaan Korban yang Membongkar Aksi Pemerkosaan

Korban lalu merasa ada yang janggal dengannya. Dia menceritakan kejadian itu kepada ibunya, dan semakin curiga setelah merasakan perih di bagian sensitif tubuhnya saat buang air kecil.

"Lalu korban bercerita kepada ibunya bahwa tersangka mengambil darah dengan 15 kali percobaan dan memasukkan cairan bening ke dalam infus yang membuat korban tidak sadarkan diri dan kemudian saat korban buang air kecil, korban merasakan perih di bagian tertentu," terangnya.

4. Barang Bukti Tak Lazim di TKP

Pemerkosa anak pasien RSHS.Pemerkosa anak pasien RSHS. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Priguna yang diketahui merupakan warga Pontianak, bermukim di Bandung dan sudah memiliki istri itu ditetapkan tersangka oleh Ditreskrimum Polda Jabar. Ada 11 saksi yang diperiksa, salah satunya korban dan ibunya, kemudian perawat dan keterangan ahli.

Penyidik juga telah mengamankan sejumlah barang bukti terdiri dari 2 buah infus fullset, kemudian 2 buah sarung tangan, 7 buah suntikan, 12 buah jarum suntik, 1 buah kondom, dan beberapa obat-obatan

5. Tersangka Coba Bunuh Diri

Dirreskrimum Polda Jabar Kombes Pol Surawan mengatakan, pelaku ditangkap di apartemennya yang berada di Kota Bandung lima hari setelah pelaku melakukan aksi bejatnya. Sebelum ditangkap, Priguna sempat nekat untuk melakukan percobaan bunuh diri.

"Ditangkap di apartemen, pelaku sempat mau bunuh diri juga, sempat memotong mencoba memotong nadi," kata Surawan di Mapolda Jabar.

Karena upaya nekatnya itu, Priguna sempat dirawat di rumah sakit. Polisi baru bisa menahannya setelah Priguna menjalani perawatan. Sementara, modus yang dilakukan pelaku mengambil darah korban karena kondisi sang ayah kritis. "Dalih pelaku ambil darah, karena ayahnya kritis jadi darah anaknya saja," tuturnya.

6. Tersangka Alami Kelainan Seksual

Menurut Surawan, dari dari pemeriksaan sementara pelaku diduga memiliki kelainan seksual. Tapi untuk memastikan hal tersebut, pihaknya mesti melakukan pemeriksaan forensik.

"Dari pemeriksaan beberapa hari ini pelaku mengalami kelainan seksual. Hasil pemeriksaan ini akan diperkuat dari ahli psikologi dan forensik, sehingga menguatkan adanya perilaku kelainan seksual," katanya.

7. Tersangka Dipecat dari Program PPDS

Kelakukan biadab Priguna tak ayal menimbulkan kecaman. Unpad selaku tempatnya menempuh pendidikan juga ikut dibuat berang karena telah mencoreng nama baik dunia kedokteran.

"Unpad dan RSHS mengecam keras segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual, yang terjadi di lingkungan pelayanan kesehatan dan akademik," kata Dekan FK Unpad Yudi Hidayat dalam keterangan tertulis.

Dalam keterangannya, Unpad memastikan akan ikut mengawal kasus ini. Pendampingan kepada korban dan keluarganya juga dilakukan supaya kasus tersebut bisa terang benderang. Unpad bahkan langsung memecat Priguna dari program PPDS yang sedang dia laksanakan.

"Karena terduga merupakan PPDS yang dititipkan di RSHS dan bukan karyawan RSHS, maka penindakan tegas sudah dilakukan oleh Unpad dengan memberhentikan yang bersangkutan dari program PPDS," ucap Yudi.

8. Kekecewaan RSHS

Saat kasus ini pertama kali mencuat, Direktur Utama RSHS Rachim Dinata Marsidi juga ikut buka suara. Rachim menegaskan, Priguna saat itu langsung dilaporkan ke polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

"Jadi itu sebetulnya kita yang pertama (pelaku) sudah dilaporkan ke polisi ya. Terus untuk residennya sudah kami kembalikan ke fakultas (dikeluarkan). Karena kan dia itu titipan fakultas, bukan pegawai di sini. Jadi PPDS-nya sudah kita kembaliin ke fakultas," kata Rachim.

Kelakukan Priguna jelas membuat RSHS kecewa. Sebab, kejadian ini dianggap tidak hanya mencoreng nama baik institusi, tetapi juga dunia pendidikan kedokteran. "Jelas lah (sangat kecewa), itu kan kalau sudah ke kriminal," kata Rachim.


Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
Sepakbola
Wolipop
detikHealth
Sepakbola
detikHot
detikNews
detikInet
detikOto

Hide Ads