Tarung Derajat, salah satu seni bela diri yang mengandalkan gerakan penuh teknik serta full body contact dan diciptakan oleh Achmad Drajat atau karib disapa Aa Boxer.
Asal usul seni bela diri ini berasal dari jalanan. Tarung Derajat ini lahir karena tiga hal, pertama imajinasi, kedua kreativitas dan ketiga keberanian moral.
detikJabar melakukan wawancara eksklusif bersama Aa Boxer yang dijumpai di kediamannya yang berada di kawasan Buahbatu, Kota Bandung belum lama ini. Berikut isi petikan wawancaranya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tempat tanggal lahir?
Lahir 18 Juli 1951 di Garut, umur 3 tahun pindah ke Bandung.
Siapa nama ayah, ibu dan memiliki berapa saudara?
H Adang Latif dan Hj Mintarsih. Anak pertama dari lima sodara, anak kedua di Jakarta Hj Euis Sarifah, anak ketiga H Asep Darmatin, anak keempat Drs Setiawati di Lampung dan kelima Tika Surtika.
Siapa nama istri dan memiliki berapa anak?
Hj Aprilyanti. Anak tiga, cucu enam. Anak pertama Badai lulusan ITB, anak kedua Rimba lulusan Unpad dan anak ketiga Dara lulusan ITB dan UI.
Apa pekerjaan sang ayah, kabarnya jadi pengawal Bung Karno?
Pada saat itu ayah menjadi Polisi Istimewa di Garut, yaitu polisi pengawalan Presiden Bung Karno waktu itu, kalau ke daerah Jawa Barat pasti bapak yang mengawal.
Karena situasi waktu itu masih banyak pemberontakan-pemberontakan, makannya almarhum bapak itu ditawari sekolah resmi polisi di Sukabumi, tapi lebih memilih ke Bandung untuk menghindari pemberontakan karena dia sangat memiliki rahmat dan karunia karena memiliki anak laki-laki.
Kapan Tarung Derajat Didirikan?
Tahun 1972 di Bandung di Lapang Tegallega.
Bisa diceritakan asal usul Tarung Derajat ?
Pada intinya, Tarung Derajat ini lahir karena tiga hal, pertama imajinasi, kedua kreativitas dan ketiga keberanian moral.
Imajinasi itu suatu pengalaman hidup yang tidak melalui katanya-katanya tapi dilakukan oleh otot, otak dan nurani sendiri, oleh badan sendiri dan tidak mengambil contoh dari orang lain.
Yang diingat, kenangan atau imajinasi itu yang menjadi suatu bayangan sampai saat ini, itu masa anak-anak, masa kecil, masa remaja, masa pemuda, masa dewasa, masa tua sampai sekarang masa kakek-kakek itu imajinasi yang ternyata bersambung.
Intinya, imajinasi ini kan setiap kenangan akan terbayang dari pengalaman hidupnya dari masa ke masa, sepanjang zaman. Apa yang enak dirasakan, apa yang tidak enak dirasakan oleh diri sendiri dari perilaku hidup di dalam menjalani kehidupan dari masa ke masa dari fungsi saya saat itu.
Dari masa sekolah, sampai mahasiswa hingga pekerjaan. Dari situ tumbuh kreativitas, apa yang harus dilakukan.
Dari kreativitas artinya yang buruk tidak dikembangkan, tapi diambil hikmahnya dari perilaku buruk atau moralitas dan lingkungan dan yang baiknya tidak dimasukkan jadi renungan, karena yang baik mengapa harus direnungkan lagi.
Yang buruk ini, tidak harus dijalankan, tidak harus diikuti, tapi harus ada solusi supaya setiap imajinasi itu menjadi sesuatu hal yang bermanfaat.
Pada intinya apapun yang dirasakan oleh kita, sesuatu yang menyiksa diri kita, menyiksa perasaan atau pikiran, menyiksa juga batin ternyata itu sesuatu hal pengalaman terbaik sehingga kita mampu mengatasi kejadian itu yang mungkin pada masa berikutnya akan lebih berat dan itu sesuai faktor usia.
![]() |
Ceritanya bisa berdiri?
Berdiri karena suatu kreativitas dari imajinasi tadi, dengan berdirinya bela diri AA Boxer karena kita sebelumnya tidak mengajarkan bela diri dan tidak tahu apa itu bela diri yang jelas kita malalui kawan-kawan dekat pada masanya baik anak-anak maupun remaja kita belajar seperti umumnya permainan anak-anak, berkelahi seperti itu.
Misalkan di lapangan, di lapangan itu bukan tempat main bola atau voli saja, tapi juga misalkan bermain perkelahi-kelahian, anak-anak suka main perang-perangan, ini benar-benar bermain dan berkelahi.
Dari hasil perkelahian anak-anak, singkat cerita saya menjadi pemenang terus di lingkungan itu, artinya bukan menang menjatuhkan lawan, saya misalkan kena pukul, kena tendang, berdarah, tapi tidak pernah emosi, tidak pernah ingin membalas.
Karena sudah sering kena pukul, kena tendang, akhirnya jadi biasa. Nah dari kebiasaan itu, sekarang perkembangan tekniknya permainan berkelahi ini saya tidak pernah ikut menyerang, biar dia yang nyerang, dari situ terjawab sudah susah mengalahkannya walaupun berdarah-darah dan dipukul beberapa ini bagaiamana menjatuhkannya, itu inti dari lahirnya bela diri AA Boxer.
Sampai detik ini kita tidak pernah layani lawan. Saya marah kalau dia punya musuh dilayani, musuh itu kan inginnya dilayani supaya bermusuhan, tapi tidak dilayani dalam arti kita gunakan taktik bukan teknik.
Kita itu di sini adu ketahanan diri, bagaimana caranya dengan cara seperti yang kita lakukan dari pengalaman yang akhirnya seperti masa anak-anak dan remaja saya diterapkan. Akhirnya orang sekarang segan dengan Tarung Derajat dilawan pun percuma. Aku ramah bukan berarti takut, aku tunduk bukan berarti takut.
Mengapa Dinamai Tarung Derajat?
Tarung Derajat salah satu kehormatan, tarung itu perjuangan, perkelahian, pertemuan, perjuangan yang keras, menggunakan otot, otak dan nurani untuk mencapai tingkat di dalam hidup dan kehidupannya.
Kita berjuang untuk meraih harkat martabat di situ. Kita berjuang di situ, kita kalau jadi manusia yang berhakekat manusia, melalui Tarung Derajat kita bentuk, kita jadikan diri kita sendiri menjadi seorang manusia yang berhakekat manusia.
Salah satu pengalaman saya mendirikan tarung drajat, ini masalah moral, masalah perilaku hidup, yaitu Mortal Ghada, moralitas dan mental.
Tarung Derajat tidak mengkhianati yang menjadi landasan moral, mengapa Tarung Derajat ini ada, berani memunculkan moral, selama itu kebaikan dijalankan dengan benar dan itu dan akan berkembang terus.