Kota Bandung akan melaksanakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2024. Pemilihan akan diramaikan oleh sejumlah pasangan calon dengan latar belakang yang beragam salah satunya duet Arfi Rafnialdi dan Yena Iskandar Ma'soem.
Pasangan yang diusung oleh Partai Golkar, PSI, PAN, Hanura dan Garuda ini digadang-gadang menjadi 'Dwi Tunggal' dalam kontestasi nanti. Keduanya yang memiliki latarbelakang berbeda dan diharapkan mampu membawa Kota Bandung menuju era baru.
Arfi dikenal sebagai salah satu sosok penting di balik keberhasilan Ridwan Kamil menjadi Wali Kota Bandung periode 2013-2018 dan Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023. Sehingga, dia dianggap sudah khatam dengan seluk beluk persoalan yang ada di Kota Bandung saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Yena Iskandar Ma'soem, adalah sosok putri dari dari tokoh Jawa Barat, yakni H. Nanang Iskandar Ma'soem yang merupakan pemilik Ma'soem Group. Yena punya background di dunia medis, yakni sebagai Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kota Bandung.
"Teh Yena yang backgroundnya apoteker, apa gagasannya untuk kesehatan, saya mungkin lebih banyak ke urusan insfratruktur, reformasi birokrasi dan lain-lain. Satu yang saya rasa, memperkenalkan diri dan gagasan, mudah-mudahan jadi kemenangan," ucap pria yang akrab disapa Kang Arfi ini.
Duet Arfi-Yena menyodorkan berbagai solusi konkret untuk tantangan yang dihadapi Kota Bandung. Visi mereka adalah mewujudkan Kota Bandung yang nyaman, inklusif, maju dan berkelanjutan untuk mendukung kehidupan yang berkualitas.
Dalam dokumen visi misinya, Arfi-Yena punya beberapa program prioritas yang salah satunya adalah meningkatkan kesejahteraan warga melalui pengembangan ekonomi, memperkuat peran UMKM dan komunitas kreatif lokal.
Menurut Kang Arfi, pelaku usaha terutama ultra mikro dan mikro belum bisa mandiri di tahap awal. Lantaran demikian, perlu program dari pemerintah untuk mendukung pelaku usaha mikro dan ultra mikro.
"Hal yang terpikirkan saat ini, kami memanfaatkan BUMD Kota Bandung serta BJB agar memberikan dukungan kepada masyarakat yang merintis maupun menjalankan usaha mikro. Perihal BJB, Pemkot Bandung kan punya saham (BJB)," ujarnya.
Dia juga menekankan pentingnya aspirasi dari kalangan perempuan di Kota Bandung. Hal itu dipastikan Arfi akan sangat dipahami oleh pasangannya, Yena Iskandar Ma'soem.
"Kami punya banyak program untuk perempuan. Selain pemberdayaan ekonomi, ada Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-Cita (Sekoper Cinta), womenpreneur. Hal penting, ibu berdaya dalam ikut menopang keluarga," ucap Arfi.
Selain itu, Kang Arfi juga membawa program khusus untuk menangani persoalan sampah di Kota Bandung, yakni dengan menjalankan lagi Inovasi Pemberdayaan Pembangunan Kewilayahan (PIPPK).
Lewat program PIPPK itu, Kang Arfi ingin mengedepankan semangat desentralisasi dari sisi anggaran maupun kewenangan ke tiap-tiap RW dengan tujuan mempercepat penyelesaian atas persoalan sehari-hari di tingkat kewilayahan.
"PIPPK mulai berjalan pada 2015, kemudian terhenti pada 2024. Ketika mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin Kota Bandung, kami akan menjalankan lagi PIPPK pada 2025 atau 2026. Tentu, bakal ada penyesuian angka maupun perbaikan mekanisme agar kebermanfaatannya makin optimal," ungkapnya.
Dia menjelaskan, RW, karang taruna, LPM, dan TP PKK tingkat kelurahan menjadi penerima manfaat PIPPK untuk pemilihan sampah. Dengan begitu, dia meyakni pengolahan sampah pada tingkat kota bakal makin efektif.
"Kami mengupayakan penyesuaian angka, tentu lebih besar ketimbang sebelumnya, bukan lagi Rp 100 juta. Hanya, saat ada penyesuaian nilai, kami memohon bantuan warga untuk menerapkan pemilihan sampah dengan lebih optimal," ucap Kang Arfi.
Dengan membawa berbagai program unggulan, Arfi-Yena menjadi simbol harapan baru bagi warga Bandung yang mendambakan perubahan nyata dalam lima tahun ke depan.
(bba/mso)