·ÉËÙÖ±²¥

Perang Dagang Berdampak ke Investasi dan Ekspor di Jateng

Perang Dagang Berdampak ke Investasi dan Ekspor di Jateng

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Senin, 05 Mei 2025 20:12 WIB
Curves on a screen in the market surveillance room of the Euronext France,Tuesday, April 8, 2025 the business district of La Defense, outside Paris. (AP Photo/Thibault Camus)
Ilustrasi dampak perang dagang. Foto: AP/Thibault Camus
Semarang -

Kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump berpotensi berdampak juga pada investasi dan ekspor di Jawa Tengah. Meski demikian iklim investasi di Jateng saat ini justru masih meningkat.

Hal itu disebutkan, Sekretaris Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, Nency Widya Rahayu di sela acara Central Java Investment Business Forum (CJIBF) dan Selebrasi UMKM Gayeng 2025 di Hotel Tentrem Kota Semarang. Ia menjelaskan kebijakan tarif impor dari Trump dan perang dagang AS-China justru berdampak pada bertambahnya invetasi dari China ke Indonesia.

"Dengan perang dagang ada keuntungan karena ada beberapa wilayah yang (dikenakan) tarif lebih besar. Potensi (investasi) ke Jateng, relokasi ke Jateng ada. Bagaimana kita mengawal agar relokasi ke Jateng. Tingkatkan pelayanan di bidang penanaman modal selain peluang pasar di negara Amerika," kata Nancy di Hotel Tentrem Semarang, Senin (5/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan data perbandingan PMA (Penanaman Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) pada triwulan IV 2024 dengan triwulan I 2025. Tercatat PMA Rp 10,4 triliun dan PMDN Rp 7,16 triliun untuk triwulan IV 2024. Kemudian pada triwulan I 2025 PMA sebanyak Rp 14,08 triliun dan PMDN Rp 7,77 triliun.

"PMA naik 35,36 persen, PMDN naik 8,52 persen, total naik 24,42 persen," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Kabid Pengawasan dan Pengendalian DPMPTSP Jateng, Primasto Adimartono, mengatakan ada potensi pengaruh ekspor ke Amerika dari Jateng setelah kebijakan tarif impor Amerika diberlakukan. Namun untuk saat ini belum terasa karena masih tahap negosiasi dan belum diberlakukan.

"Terpengaruh, karena sebagian ekspor Jateng 40 persenan ke Amerika. Tapi ini kan masih tertunda," kata Primasto.

Meski belum terasa, beberapa pengusaha yang melakukan ekspor ke Amerika mulai bersiap mencari pasar lain sehingga barang yang dikirim tidak hanya terkonsentrasi ke Amerika.

"Persiapan, kemarin pelaku usaha menyampaikan alternatif pasar, tidak semua konsen ke Amerika. Tadi saya duduk bersama investor dari Kendal yang baterai, 70 persen ke Amerika. Kan pemerintah dengan dewan ekonomi nasional masih nego, nah apakah komponen baterai bisa dikecualikan? Kalau tidak, dia sudah bersiap ekspor ke Eropa, ke Thailand. Ini masih tunggu perkembangan, diharapkan tidak buntu sehingga ekspor kita tidak banyak terganggu," tegasnya.

Primasto menjelaskan investasi dari China ke Jawa Tengah sudah meningkat sebelum adanya kebijakan tarif dari Trump. Hal itu karena sebenarnya perang dagang China dan AS sudah terasa. PMA di Jateng pada triwulan I 2025 memang didominasi China atau RRT sebesar 24,64 persen dengan nilai Rp 3,47 triliun.

"Komposisi PMA memang naik, sebelum ada tarif Trump, China dan USA sudah perang dagang. Jadi kan sudah perang dagang duluan, banyak industri manufaktur China alihkan usahanya ke Jateng. Sebagian besar tekstil dan alas kaki," tegasnya.

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi usai membuka CJIBF 2025 mengatakan diharapkan forum tersebut bisa menyemarakkan investasi sehingga bisa mendukung pembangunan Jateng. Hal itu karena CJIBF juga diikuti perwakilan berbagai negara.

"Forum tahunan tersebut tidak hanya pertemuan business to business, tetapi juga meliputi diskusi. Beberapa perusahaan bahkan sudah agreement, tanda tangan kerja sama antarperusahaan dan antarwilayah, bahkan antarnegara, dalam rangka mengembangkan investasi di Jawa Tengah," jelas Luthfi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra hari ini adalah puncak CJIBF dan UMKM Gayeng yang diikuti oleh duta besar Bellarus, duta besar Bangladesh, konjen Australia dan perwakilan negara calon investor dan buyer dari Denmark, Swedia, Jepang, Singapura, Hongkong, dan Turki. Dalam kegiatan tersebut sudah menghasilkan 16 Letter of Intent (LOI) atau Surat Niat dengan beberapa negara. Bahkan ada yang berpotensi kerjasama hingga USD 600 ribu.

"LOI investasi dari tekstil Rp 200 miliar, kita business matching-kan. Tadi sampai USS 600 ribu. Ada 16 Letter of Intent, itu capaiannya," jelas Rahmat.

Rahmat juga menjelaskan ekspor-impor terpengaruh kebijakan dari Trump. Maka BI berupaya membantu peningkatan pemakaian produk lokal salah satunya garam untuk industri. Dia mendorong perusahaan juga ikut turun tangan agar kualitas hasil dari petani garam di Indonesia bisa dipakai untuk industri.

"Semenjak Amerika dengan pemerintah baru menerapkan tarif menyebabkan sektor internasional agak terganggu ekspor impornya. Kita fokus ke domestik ya, konsumsi rumah tangga dan investasi. Investasi matching-kan dengan industri makanan-minuman yang besar seperti ke petani garam," jelas Rahmat.

"Hasil petani garam di Jateng nggak jelek, mendekati standar garam industri. Kita fasilitasi dan kerjasama ke industri pangan besar untuk coba tingkatkan kualitas petani garam Indonesia. Sudah ada yang sepakat dengan petani garam di Pati dan Jepara untuk realisasi suplai garam industri," imbuhnya.




(afn/apl)

Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
detikOto
detikFood
detikFinance
Sepakbola
detikHot
detikInet
detikTravel
Wolipop

Hide Ads