Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), mengatakan Presiden Prabowo Subianto menginginkan tidak ada desa yang miskin. Sebab itu, Zulhas mengungkapkan swasembada pangan merupakan langkah awal dalam peningkatan kesejahteraan desa.
"Ini kan swasembada pangan baru permulaan, kita ingin, Pak Presiden ingin desa itu nggak boleh ada yang miskin, harus dibangun, desa itu harus sehat maka ada klinik, desa itu harus cerdas-cerdas, nggak boleh orang kelaparan, maka nanti makanan bergizi. Kalau itu semua bisa jalan, maka kita bisa maju kalau desanya maju, kabupaten maju, kalau kabupaten maju, provinsi maju. Provinsi maju Indonesia hebat," kata Zulhas dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/5/2025).
Lebih lanjut, Zulhas menjelaskan pemerintah telah menyiapkan langkah untuk mendorong kesejahteraan warga desa. Salah satunya melalui Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Koperasi ini akan membangun ekosistem ekonomi pedesaan yang dimulai dari ketahanan pangan dulu, kalau pangannya sudah cukup, makan sudah cukup, gizinya sudah cukup," jelasnya.
Jika ketahanan pangan tercukupi, Zulhas mengungkapkan, maka langkah selanjutnya adalah menggerakkan ekonomi desa. Menurut Ketua Umum PAN itu, Kopdes Merah Putih dapat berdampak positif bagi perekonomian desa.
"Itu belum cukup tapi harus dibangun juga ekonominya agar desa-desa itu menyerap pekerja dan kreatif untuk mengurangi pengangguran. Desa itu akan tumbuh ekonominya," terangnya.
Untuk memaksimalkan Kopdes Merah Putih, Zulhas menyebut pemerintah menyiapkan akses pinjaman hingga Rp 5 miliar ke bank BUMN. Dia menegaskan, dana tersebut tidak dapat dicairkan sekaligus.
Zulhas menjelaskan, dana tersebut hanya bisa dicairkan sesuai kebutuhan kopdes. Dia mengatakan, bank akan mencairkan dana untuk hal produktif bagi desa.
"Tiap desa itu nanti, tapi ini harus prudent bukan dikasih Rp 5 miliar, bukan. Nanti ada plafon-plafon di bank Rp 5 miliar. (Contoh) Desa mau apa? buka warung minta Rp 1 miliar (tapi harga) barang (yang dibutuhkan) cuma Rp 100 juta, ya dikasihnya cuma Rp 100 juta. Jadi diajari pembukuannya yang prudent, nggak kayak dulu," pungkasnya.
(afn/dil)