Kasus diabetes pada anak mengalami peningkatan hingga 70 kali lipat pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2010. Ternyata, penggunaan plastik sekali pakai atau kemasan sachet turut menyumbang risiko diabetes pada anak-anak.
Pasalnya, sachet yang umumnya digunakan untuk membungkus makanan dan minuman dapat melepaskan senyawa kimia racun penyusun plastik serta mikroplastik yang berbahaya bagi tubuh. Mikroplastik adalah remahan atau serpihan plastik berukuran kurang dari 5 milimeter.
Masyarakat Indonesia paling banyak mengonsumsi mikroplastik di dunia, yaitu sebanyak 15 gram per bulan. Mikroplastik ini banyak ditemukan di seluruh organ tubuh manusia dan mengganggu kesehatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, bertepatan momen Hari Anak Nasional, aktivis lingkungan dari Ecoton bersama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga mengedukasi anak-anak di Gedung Samudera Bumimoro Kota Surabaya untuk turut mengurangi penggunaan sachet.
"Kami mengenalkan bahaya plastik kepada anak-anak. Mereka tercengang ketika mengetahui terdapat plasticizer dalam makanan dan minuman sachet," ujar tim pameran edukasi mikroplastik Zulfikar Romadhon, Minggu (28/7/2024).
Peneliti Ecoton Rafika Aprilianti menyebutkan, plasticizer merupakan senyawa kimia penyusun sachet yang dapat mengganggu hormon insulin, sehingga berpotensi lebih besar dalam menyebabkan diabetes melitus.
"Selain itu, hidup modern juga turut meningkatkan risiko gangguan ginjal kronis pada anak. Hal ini termasuk kebiasaan mengonsumsi minuman manis dalam kemasan (sachet)," ujar Rafika.
Anak-anak yang hadir pun belajar hal baru bahwa plastik sekali pakai atau sachet ternyata berdampak sangat buruk bagi kesehatan. Mereka juga diajak mengenal lebih jauh terkait mikroplastik.
"Saya sangat senang karena dapat melihat mikroplastik secara langsung melalui mikroskop, dan saya lebih mengetahui bahaya mikroplastik, juga plastik sekali pakai," kata salah satu peserta Nadia Musyarofah.
Usai mengetahui informasi tersebut, Nadia dan anak-anak lainnya berharap masyarakat Indonesia, khususnya di Kota Surabaya bisa mengurangi penggunaan sachet. Juga lebih bijak dalam mengelola sampah.
(irb/iwd)