Polemik Miftah Maulana Habiburahman hingga kini masih menjadi buah bibir usai mengolok-olok penjual es teh. Bahkan Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir angkat bicara saat hadir di pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.
Dalam sambutannya, saat ini agama menjadi entertainment. Namun itu yang disukai masyarakat. Haedar pun menyindir seseorang yang saat ini ramai jadi pembahasan hingga jatuh di hadapan publik.
"Amar Ma'ruf Nahi Munkar menjadi contoh teladan yang baik. Menjadi Amar Ma'ruf Nahi Munkar tapi juga harus multi aspek, tapi disertai keteladanan. Ngomong serba baik, nuduh orang lain salah, dan mengajak baik tapi perilakunya nggak baik. Akhirnya apa? Jatuh diri di hadapan publik. Seperti yang terakhir terjadi, mesti sudah tahu," kata Haedar dalam sambutannya di acara pelantikan Rektor UM Surabaya, Mudakir, Senin (8/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu jadi contoh juga bagi kita, jangan kayak begitu. Agama sekarang kan jadi entertainment, iya. Tapi masyarakat kita juga suka yang gitu, susah kan. Masyarakat senangnya yang guyonan, maka nggak maju-maju kita, karena sukanya yang guyonan. Serius ya, tapi jangan guyon terus," tambahnya.
Sebelum agama menjadi entertainment, Haedar menjelaskan terkait dakwah. Saat berdakwah jangan mempunyai pemikiran surga untuk kalangan apa saja.
"Dakwah pun sama, ada teman-teman di tabligh misalkan, cinta masyarakat bawah pasti mutlak, tapi jangan punya state of mind kita, bahwa surga itu hanya untuk milik mereka yang dhuafa dan mustada. Tapi pintu surga itu untuk mereka yang borjuis atau kelas atas mereka yang ada di kekuasaan, mereka yang menjadi konglomerat," jelasnya.
Menurutnya, dengan dakwah yang tidak baik bisa membuat seseorang berpindah ke tempat lain. Apalagi saat menyampaikan dakwah dengan mencaci.
"Dakwah berbeda state of mind-nya kalau setiap khotbah itu mencerca, mencaci orang-orang yang sukses dan orang-orang yang berhasil. Karena ada praktik-praktik yang tidak baik nanti, bahkan mereka akan lari ke tempat lain," ujarnya.
"Atau karena posisi kita yang di bawah, lalu kita selalu anti dengan orang yang ada di atas. Kan ada teori kalau kita punya trauma hidup dalam situasi yang terpinggirkan, di pinggir, itu nanti buahnya selalu mencerca orang yang sukses, apapun alasannya. Jadi jangan berada di situ, agendakan perubahan. Teologisnya ada bahkan ayat ini dikawal oleh kita semuanya," pungkasnya.
(dpe/fat)