Idul Fitri merupakan momen istimewa bagi umat Islam setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan. Hari yang penuh kebahagiaan ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi dan saling memaafkan, tetapi kesempatan untuk merenungi makna ibadah yang telah dijalani.
Dalam tradisi Muhammadiyah, khutbah Idul Fitri menjadi bagian penting dalam perayaan ini, menyampaikan pesan moral, ajakan untuk meningkatkan ketakwaan, serta meneguhkan semangat kebersamaan dan kepedulian sosial. Berikut contoh khutbah Idul Fitri dari Muhammadiyah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khutbah Idul Fitri dari Muhammadiyah
Mengutip laman resmi Suara Muhammadiyah, khutbah Idul Fitri 1446 Hijriah mengajak kita untuk mensyukuri nikmat Idul Fitri setelah sebulan penuh puasa Ramadan. Mari jadikan momen suci ini sebagai titik awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama. Berikut contoh khutbah Idul Fitri 1446 Hijriah.
1. Istiqamah di Tengah Gejolak Zaman
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَنُوْرًا وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَللّٰهُمَّصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.أَمَّا بَعْدُ:فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا.لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
Jemaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,
Alhamdulillah, pada hari yang penuh kebahagiaan ini, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. Betapa besar nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita, terutama kesempatan untuk menyelesaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan.
Ramadhan bukan sekadar bulan penuh ibadah, tetapi bulan pendidikan bagi jiwa dan hati, mengajarkan kesabaran, kedisiplinan, dan empati terhadap sesama. Semoga segala amal ibadah yang telah kita lakukan diterima oleh Allah SWT, dosa-dosa kita diampuni, serta kehidupan kita di bulan-bulan mendatang dipenuhi dengan keberkahan dan petunjuk-Nya.
Hari ini adalah hari kemenangan, bukan hanya kemenangan menahan lapar dan dahaga, tetapi kemenangan sejati dalam mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan kualitas diri. Setelah sebulan penuh melatih diri dengan ibadah dan kesabaran, kini tiba saatnya kita kembali ke fitrah, yaitu keadaan suci sebagaimana bayi yang baru dilahirkan.
Namun, kemenangan ini tidak boleh berhenti pada perayaan semata. Idul Fitri seharusnya menjadi titik tolak bagi kita untuk terus memperbaiki diri, menjaga semangat ibadah, dan menumbuhkan kesadaran sosial yang lebih tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
Di hari yang penuh berkah ini, rasa syukur kita harus diwujudkan dalam bentuk nyata, terutama dalam meningkatkan hubungan antarsesama manusia. Ramadhan telah mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama, menahan amarah, dan membangun kasih sayang.
Oleh karena itu, Idul Fitri adalah momen terbaik untuk mempererat kembali tali silaturahmi, memperbaiki hubungan yang mungkin sempat renggang, serta menghidupkan kembali rasa persaudaraan. Islam sangat menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah, karena persatuan dan kebersamaan adalah kekuatan besar dalam kehidupan bermasyarakat.
Silaturahmi yang kuat merupakan bagian dari refleksi ibadah yang telah kita jalani selama Ramadhan. Seperti halnya kita telah memperkuat hubungan dengan Allah SWT melalui salat, puasa, dan zikir, kini saatnya kita juga memperkuat hubungan dengan sesama manusia.
Hubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan sahabat harus kita jaga dan rawat dengan penuh keikhlasan. Memberikan maaf, menyambung kembali tali persaudaraan yang terputus, serta saling mendoakan adalah bentuk nyata dari kesempurnaan ibadah kita.
Dengan demikian, kita benar-benar mewujudkan prinsip ḥablum minallāh wa ḥablum minan-nās, yaitu menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia. Lebih dari sekadar tradisi, silaturahmi dalam Islam adalah ajaran yang membawa keberkahan.
Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung silaturahmi. Hal ini menunjukkan bahwa menjalin hubungan baik dengan orang lain bukan hanya akan membawa kedamaian hati, tetapi akan mendatangkan berbagai kebaikan dalam hidup kita.
Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan momen Idul Fitri ini untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat hubungan dengan sesama, agar kita benar-benar menjadi hamba yang beruntung dan mendapatkan keberkahan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Allah SWT berfirman:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوٓا۟ إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ ٱلنَّاسِ
Artinya: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. (QS Ali 'Imran: 112)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jemaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,
Kehidupan manusia terus berjalan dengan cepat, diiringi dengan berbagai perubahan sosial dan budaya yang semakin pesat. Dahulu, perubahan terjadi dalam kurun waktu ratusan tahun sebelum dampaknya benar-benar terasa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kini perkembangan terjadi begitu cepat, dalam hitungan dekade, bahkan tahun.
Hal ini semakin nyata sejak ditemukannya internet pada 1990-an, yang menandai awal era digitalisasi. Internet tidak hanya mempermudah akses informasi dan komunikasi, tetapi membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya, pola interaksi sosial, dan bahkan cara kita memahami serta menjalankan ajaran agama.
Digitalisasi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Kini, manusia tidak lagi bergantung pada cara-cara konvensional dalam berkomunikasi, bekerja, atau mengakses ilmu pengetahuan. Informasi yang dulunya sulit dijangkau kini tersedia dalam hitungan detik melalui jaringan internet.
Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, menghubungkan manusia dari berbagai belahan dunia tanpa mengenal batasan waktu dan tempat. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, perubahan ini juga membawa tantangan besar.
Informasi yang beredar di dunia maya tidak semuanya benar dan bermanfaat. Hoaks, fitnah, dan berita palsu semakin sulit dibedakan dari fakta, sehingga menuntut kita untuk lebih selektif dan kritis dalam menerima serta menyebarkan informasi.
Lebih dari sekadar komunikasi dan informasi, perkembangan teknologi juga telah mengubah cara manusia bekerja dan beraktivitas. Di era Revolusi Industri 5.0, teknologi tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi telah berkolaborasi langsung dengan manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
Kecerdasan buatan, robotika, dan Internet of Things (IoT) telah menggantikan banyak pekerjaan manusia dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai sektor. Kita melihat bagaimana otomatisasi telah mengambil alih banyak tugas yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh manusia.
Kemajuan ini tentu membawa manfaat besar, tetapi juga menghadirkan tantangan baru, seperti hilangnya beberapa jenis pekerjaan tradisional dan munculnya ketimpangan dalam akses teknologi.
Di tengah derasnya arus perubahan ini, umat Islam harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman. Kemajuan teknologi tidak boleh menjauhkan kita dari agama, tetapi justru harus dimanfaatkan untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Al-Qur'an dan hadits tetap menjadi pedoman utama dalam menghadapi perkembangan zaman. Jika kita tidak berhati-hati, kemajuan teknologi dapat membuat kita lalai dalam beribadah, lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya daripada dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Oleh karena itu, kita perlu membangun kesadaran bahwa teknologi adalah alat yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup dan ibadah, bukan sebagai sarana yang membuat kita semakin jauh dari Allah dan nilai-nilai kebaikan.
Sebagai Muslim yang hidup di era modern, kita dituntut untuk cerdas dalam menyikapi perubahan ini. Islam tidak pernah menolak kemajuan, tetapi justru mengajarkan bagaimana menggunakannya untuk kebaikan umat.
Teknologi bisa menjadi sarana dakwah, penyebaran ilmu, dan peningkatan kesejahteraan umat jika digunakan dengan bijak. Namun, jika kita terlena dan membiarkan diri hanyut dalam kecanduan digital, maka kita justru akan kehilangan esensi kehidupan yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, kita harus senantiasa mengingat tujuan hidup kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan membawa manfaat bagi sesama. Dengan menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan pelaksanaan nilai-nilai Islam, kita dapat menjalani kehidupan modern tanpa kehilangan jati diri sebagai hamba Allah yang taat.
Allah SWT berfirman:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا , وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Artinya: Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan kebutuhannya. (QS At-Talaq: 2-3)
Keimanan dan ketakwaan harus tetap menjadi dasar dalam menghadapi perubahan zaman. Mari kita manfaatkan teknologi untuk kemaslahatan umat, memperkuat ukhuwah, dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Jangan sampai kemajuan teknologi justru menjauhkan kita dari agama dan melalaikan kita dari kewajiban kepada Allah SWT.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jemaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,
Revolusi Industri 5.0 membawa tantangan dan peluang bagi umat Islam. Kita harus siap menghadapi dan memanfaatkan peluang ini dengan bijak. Salah satu cara menghadapinya adalah dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Jangan sampai kita tertinggal dan dibelenggu oleh kebodohan.
Allah SWT berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (QS Az-Zumar: 9)
Selain itu, kita harus menjaga akhlak dalam berinteraksi dengan teknologi. Gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan dan mempererat silaturahmi, bukan untuk menyebarkan fitnah atau kebencian. Dalam menghadapi tantangan ini, marilah kita berpegang pada sabda Rasulullah SAW:
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Artinya: Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik. (HR Ahmad)
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jemaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,
Di penghujung khutbah ini, marilah kita berdoa agar Allah SWT memberikan kita kekuatan dan kebijaksanaan dalam menghadapi era digital ini. Semoga kita tetap teguh dalam iman dan istiqamah di jalan-Nya.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عُتَقَاءِ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَتَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا. اللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْعِيدَ عِيدًا مُبَارَكًا لَنَا وَلِأُمَّةِ الْإِسْلَامِ أَجْمَعِينَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُاَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُيَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.
2. Merengkuh Taqwa Menjadi Muslim Wasathiyyah
Selanjutnya merupakan Khutbah yang mengajak kita mengenal lebih dalam mengenai sikap Wasathiyyah seperti yang telah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad.
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ اَمَّا بَعْدقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَاكُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙاللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, اَللَّهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً. اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
Artinya: Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Tuhan Pelimpah cahaya-cahaya. Pembuka penglihatan, Penyingkap rahasia-rahasia, dan Penyibak selubung tirai-tirai. Dialah Allah, Yang Maha Awal tanpa permulaan, Yang Maha Akhir tanpa penghujung, dan Yang Maha Abadi tanpa perubahan.
Salawat dan salam semoga terus terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, cahaya segala cahaya, pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa, kekasih Sang Penguasa Yang Maha Perkasa, pembawa berita gembira dari Yang Maha Pengampun, dan pembuka tabir kepalsuan kaum durhaka.
Demikian pula semoga rahmat terlimpahkan kepada keluarga dan para sahabat. Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba Allah yang terus memelihara keislaman, mempekuat keimanan, dan memperteguh keihsananan.
Di zaman tunggang-langgang seperti ini, rasa-rasanya merawat islam, iman, dan ihsan adalah sesuatu yang sukar. Karenanya, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt, satu derajat lebih tinggi dari hari kemarin.
Jemaah salat Idul Fitri rahimakumullah,
Konsep Wasathiyah dalam Islam bukanlah ajaran baru. Bukan pula suatu ijtihad pemikiran yang baru muncul pada abad 20 Masehi atau 14 Hijriyah. Melainkan telah dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad Saw sebagai prinsip dasar dalam menjalankan berkehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad pernah menampilkan sikap wasathiyah ketika berdialog dengan para sahabat. Kisah yang direkam Aisyiah ini menceritakan tiga orang sahabat yang mengaku menjalankan agamanya dengan baik.
Masing-masing dari ketiga sahabat itu mengaku rajin berpuasa dan tidak berbuka, selalu salat malam dan tidak pernah tidur, dan tidak menikah lantaran takut mengganggu ibadah. Rasulullah pada saat itu menegaskan bahwa beribadah memiliki kadarnya masing-masing.
Harus ada keseimbangan antara tanggung jawab keagamaan dan tanggung jawab pribadi. Nabi berkata walaupun dirinya adalah seorang utusan Allah SWT, ia tetap harus berbuka puasa, tidur dan menikah. Dan, jelas bahwa Nabi adalah hamba istimewa karena menjadi utusan Allah untuk memperbaiki akhlaq umat manusia.
Apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, sejalan dengan semangat Islam untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala aspek kehidupan termasuk ibadah. Demikianlah salah satu prinsip wasathiyah, yaitu tidak condong secara berlebih-lebihan pada sesuatu yang sudah ada takarannya masing-masing. Tidak boleh melampaui batas.
Dalam ibadah, umat Islam dilarang ghuluw (QS. An-Nisa: 171). Dalam muamalah dilarang keras israf (QS. Al-A'raf: 31). Dalam perang membela agama pun umat Islam tidak membolehkan melakukan tindakan-tindakan di luar batas seperti merusak tumbuhan, membunuh hewan dan menyakiti anak-anak, lansia serta perempuan (QS. Al-Baqarah: 190).
Konsep-konsep dasar ini adalah pijakan menjadi seorang muslim yang wasathiyah. Tujuannya supaya umat Islam terhindar dari bahaya cara berpikir yang ekstrim dan menimbulkan kemudharatan bagi banyak orang. Islam mendorong umat muslim untuk menjadi yang selalu ada di tengah supaya tidak berat sebelah.
Jemaah salat Idul Fitri rahimakumullah,
Dalam kitab al-Mujam al-Mufahras li al-Alfazh al-Qur'an al-Karim karya Muhammad Fuad Abd al-Baqi kata wasatha dalam al-Qur'an disebut lima kali dengan segala maksud dan konteks penggunaannya. Pertama, wasathna, berarti berada di tengah-tengah terdapat dalam QS. Al-Adiyat ayat 5:
فَوَسَطۡنَ بِهٖ جَمۡعًا
Artinya: Lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh.
Kedua, wasathan, yakni sikap adil dan pilihan, terdapat dalam QS. Al Baqarah ayat 143:
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا
Artinya: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat wasath agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
Ketiga, awsith, yaitu tidak berlebih-lebihan terdapat dalam QS. Al-Maidah ayat 89:
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ فِيْٓ اَيْمَانِكُمْ وَلٰكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ الْاَيْمَانَۚ فَكَفَّارَتُهٗٓ اِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسٰكِيْنَ مِنْ اَوْسَطِ مَا تُطْعِمُوْنَ اَهْلِيْكُمْ اَوْ كِسْوَتُهُمْ اَوْ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ
Artinya: Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafaratnya (denda pelanggaran sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi mereka pakaian atau memerdekakan seorang hamba sahaya.
Keempat, awsathu, maknanya yang paling bijaksana, terdapat dalam QS. Al Qalam ayat 28:
قَالَ اَوْسَطُهُمْ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُوْنَ
Artinya: Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka, Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu).
Kelima, wustha, kata ini berkaitan dengan waktu waktu salat, terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 238:
حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى
Artinya: Hendaknya kamu menjaga waktu-waktu salat dan salat wustha..
Jemaah salat Idul Fitri rahimakumullah,
Berdasarkan segala turunannya, kata wasathiyyah melahirkan konsep Islam moderat. Dengan demikian, jika kita menggali dari uraian para ahli tafsir, wasath atau moderat itu paling tidak mengandung lima pengertian. Pertama, wasathiyah atau moderat berarti baik atau menjadi yang terbaik. Allah SWT berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Ayat di atas sebagai perintah untuk membentuk sebuah perkumpulan yang terorganisir dalam rangka amar ma'ruf nahi munkar. Bila perkumpulan tersebut dilandasi keimanan kepada Allah dan sukses menjalankan amar ma'ruf nahi munkar, maka janji Allah akan memberinya status sebagai khair al-ummah (umat terbaik). Dalam Sabda Nabi tersirat bahwa khair al-ummah berarti sekelompok manusia yang paling banyak menebar manfaat bagi manusia (khair al-nas anfa'uhum li al-nas).
Karenanya, ciri dari ummatan wasathan yang terdapat dalam QS Al Baqarah ayat 143 adalah sekelompok muslim yang senantiasa memberikan pertolongan kepada orang lain, menyalurkan bantuan-bantuan kemanusiaan pada yang membutuhkan, dan senantiasa memberikan kebahagiaan dan kegembiraan kepada orang-orang di sekelilingnya.
Kedua, wasathiyah atau moderat adalah menebar nilai utama.
Islam Wasathiyah senantiasa menebar nilai-nilai utama seperti kepantasan, kebaikan, kelaziman, dan lain sebagainya. Ini diilhami dari QS Al-Adiyat ayat 5 tentang pasukan berkuda yang menembus ke tengah-tengah musuh.
Dari sana timbul pengertian bahwa Islam sebagai sebuah agama harus benar-benar dipahami sebagai penebar nilai-nilai utama di tengah-tengah kemaksiatan dan kedzaliman. Nilai utama tersebut telah memiliki konsepnya yang disebut dengan akhlak.
Akhlak adalah kecenderungan jiwa untuk bersikap dan bertindak. Ada yang sifatnya utama disebut dengan akhlakul karimah. Tergambar dari hadis Rasululllah SAW ketika ditanya tentang amalan yang paling banyak mengantarkan manusia masuk surga, ia menjawab: Taqwallahi wa husnul khuluq, yakni bertakwa kepada Allah dan berakhlak yang mulia (HR Tirmidzi).
Akhlak terpuji yang paling dasar ialah jujur, amanah, bertanggungjawab, dan dapat diandalkan. Ketiga, wasathiyah atau moderat berarti adil dalam bersikap. Allah SWT berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ
Artinya: Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil.
Adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Orang yang adil adalah orang yang memiliki ilmu. Tidak mungkin seseorang yang tidak berilmu mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Karenanya, sebelum menjadi orang yang adil, harus menjadi orang yang berilmu. Allah SWT berfirman:
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Keempat, wasathiyah atau moderat bermakna seimbang antara dunia dan akhirat. Islam wasathiyyah berarti mampu hidup secara seimbang antara dunia dan akhirat. Keberhasilan di akhirat dapat dicapai dengan ibadah dan amal kebaikan selama berada di dunia.
Tidak terlalu tenggelam dalam pesona materialisme duniawi tetapi juga tidak terlalu hanyut dalam arus spiritualisme akhirat. Singkatnya, ajaran Islam sangat menitikberatkan pada keseimbangan ruh dan jasad. Allah SWT berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.
Kelima, wasathiyah atau moderat berarti proporsional dalam ibadah dan muamalah.
Ciri khas yang paling melekat dari islam moderat adalah tidak berlakunya ifrath atau berlebih-lebihan dan tafrith atau meremeh-remehkan. Ummatan wasathan adalah mereka yang mampu menempatkan ajaran Islam secara proporsional. Misalnya, dalam hal ibadah, segala hal mulai dari tuntunan, ukuran, waktu, volume, dan lain-lain harus disesuaikan dengan dalil Al Quran dan Al Sunah.
Sementara itu, dalam kehidupan muamalah dan segala kegiatan sosial lainnya dibolehkan kecuali unsur-unsur yang telah tegas dilarang dalam agama. Persoalan ibadah harus memiliki dimensi masa lalu yang kuat dan permasalahan muamalah harus beriorientasi ke masa depan yang cerah.
Jemaah salat Idul Fitri rahimakumullah,
Itulah ciri-ciri dari Islam Wasathiyah yaitu menjadi yang terbaik, menebar nilai-nilai utama, adil dalam bersikap, seimbang antara dunia dan akhirat, dan proporsional dalam menjalankan ibadah dan mualamah.
Pada hari raya Idul Fitri ini, semoga kita senantiasa menjadi wakil Allah di muka bumi yang senantiasa menyebar rahmat dan menghalau mudarat. Akhirnya, mari berdo'a kepada Allah SWT agar seluruh amal ibadah kita diterima Allah, diampuni dosa dan kesalahan, serta selalu berada di jalan Allah yang lurus untuk meraih ridla dan karunia-Nya.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْماللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الاَحْيِاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فيَا قَاضِيَ الحَاجَاتِاَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِبِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَرَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُرَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًااللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَالْمُسلِمِينوَجْمَعْ كَلِمَةَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى الْحَقِّ يَا رَبَّ الْعَلَمِينَاَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِاَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا... وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُوَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ, رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَوَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
3. Menjadi Umat Terbaik untuk Menyucikan Bumi
Dikutip langsung dari laman resmi Muhammadiyah, khutbah ini menggarisbawahi momen Idul Fitri sebagai kesempatan bagi seluruh umat Muslim untuk mengaku dan memohon ampun kepada Allah SWT atas segala perbuatan yang merusak bumi.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُاللهِ وَ بَرَكَاتُهُالْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ أَمَّابَعْدُ؛فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ كَمَا قَالَ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هو الْغَفُوْرُالرَّحِيمُ. اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ.
Jemaah salat Idul Fitri rahimakumullah,
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah mencukupkan nikmat kepada kita sekalian sehingga dapat berkumpul bersama menunaikan salat Idul Fitri 1446 Hijriah. Tentulah ini semua adalah nikmat kesempatan usia yang diberikan Allah supaya kita terus menerus membenahi diri kita dalam merengkuh predikat menjadi insan yang bertakwa kepada-Nya.
Takbir yang tak henti berkumandang mudah-mudahan menandakan rasa khidmat kita terhadap keagungan Allah Sang Maha Pemilik Kehidupan. Semoga segala amal ibadah kita sepanjang bulan Ramadan ini menjadi penyemangat bagi kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW untuk membekali diri menjalani bulan-bulan selanjutnya dengan lebih baik.
Jemaah salat Idul Fitri rahimakumullah,
Pada hari yang mulia dan diberkahi ini, mari sama-sama merenungi hakikat berpuasa di bulan Ramadan. Apa arti perintah puasa bagi kita umat manusia yang hidup di tengah krisis ekologi yang kian dahsyat. Ketika iklim di bumi kian tak ramah lagi bagi kehidupan manusia dan semua makhluk hidup lain akibat peningkatan suhu bumi yang semakin ekstrem.
Dan, apa peran kita sebagaimuslim dalam menyerukan pertaubatan yang sesungguh-sungguhnya dari segala perbuatan yang merusak bumi ini. Perkenankan khatib mengingatkan ulang. Tepat setahun lalu, World Meteorological Organization (WMO) menyatakan suhu rata-rata di bumi antara tahun 2022 hingga 2026 akan naik 1.5 derajat celsius.
Peningkatan 1 derajat tersebut sudah tentu berarti malapetaka dan kehancuran. Dampak proses ini yang paling kita kenali dan sudah dirasakan sekarang, di antaranya perubahan cuaca ekstrem, kekeringan atau kemarau berkepanjangan, wabah penyakit, krisis pangan, kelangkaan air bersih, kerusakan ekosistem laut, dan naiknya permukaan air laut.
Penyebab semua ini tentu saja akibat perbuatan manusia. Menurut para pakar, perilaku konsumsi manusia yang tinggi karbon penyebab utama terjadinya kerusakan ekosistem di muka bumi. Pola konsumsi energi sejak zaman industrial yang mengandalkan bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi ditenggarai sebagai penyebab paling dominan.
Jemaah salat Idul Fitri rahimakumullah,
Islam adalah agama yang mengajarkan penghormatan terhadap alam, bahkan dalam kondisi yang paling terdesak dan genting seperti keterpaksaan untuk berperang. Pada suatu ketika, kala Yazid bin Abi Sufyan dan para pasukan hendak berangkat perang ke Syam, Abu Bakar alaihissalam menitip sepuluh pesan.
(1) jangan membunuh bayi; (2) jangan membunuh perempuan; (3) jangan membunuh orang yang lanjut usia; (4) jangan engkau menebang pohon yang berbuah; (5) jangan menghancurkan bangunan; (6) jangan menyembih kambing atau onta kecuali untuk dimakan; (7) jangan merobohkan pohon korma; (8) jangan membakar pohon kurma; (9) jangan berkhianat; (10) jangan takut.
Pesan yang dititipkan Abu Bakar kepada Yazid ini merupakan bukti bahwa Islam sangat menaruh penghormatan terhadap lingkungan. Tidak boleh merusak lingkungan sekitar dengan berbagai perilaku tidak terpuji.
Syaikh Yusuf al-Qaradawi dalam kitabnya berjudul Ri'ayah al-Bai'ah fi Syari'at al-Islam (Memelihara Alam Menurut Syariat Islam) mengatakan bahwa menjaga lingkungan serupa dan sama artinya dengan menjaga agama. Kesimpulan ini berangkat dari firman Allah SWT yang berbunyi:
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. an-Nahl: 90).
تِلْكَ ٱلدَّارُ ٱلْءَاخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (al-Qashash: 83).
Jemaah salat Idul Fitri rahimakumullah
Perilaku menjaga, merawat, dan melindungi lingkungan adalah bagian dari ciri kepribadian seorang mukmin. Tidak seorangpun yang mengaku beriman sebelum dia mewujudkannya dalam menjaga kebersihan lingkungan. Tidak membuang sampah di sungai, tidak menebang pohon tanpa tujuan yang jelas, tidak mencemari sumber air dengan limbah dan zat beracun, tidak membuang sampah di selokan, dan lain sebagainya.
Mari kita jadikan hakikat berpuasa sebagai menahan hawa nafsu ini juga dalam pengertian mencegah kita dari hawa nafsu merusak lingkungan. Mudah-mudahan ibadah puasa kita diterima Allah SWT, dan menjadi sarana kita memperbaiki diri. Amin allahumma amin.
الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ َخْمَعِيْنَاَلّلَهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسِلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبُ مُخِيْبُ الدَّعْوَاتِ يَاقَظِيَ الْحَخَاتِ يَامُجِيبَ السَّاءِلَتِ.اَلَّلهُمَّ اِنَّا نَسْاءَلُكَ سَلَمَتً فِي الدِّيْنِ وَعَافِيَتَ فِي الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِي الْعِلْمِ وَبَرَكَهً فِي الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يآاَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.اَلَّلهُمَّ تَقَبَّلْ مِنّآ صَلاَتَنا َوَجَمِيعَ عِبآدَتِنآ بِرِضآكَ وَفَضْلِكَ الْكَرِيْم وَتُبْ عَلَيْنآ إِنَّكَ أَنْتَ تَوَابُ الرَّحِيْمُ . رَبَّنآ لاَتُزِغْ قُلُوْبَنآ بَعْدَ إِذْ هَذَيْتَنآ وَهَبْ لَنَآ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ الْوَهَآبُ. رَبَّنآ هَبْ لَنَآ مِنْ أَزْوَاجِنَآ وَذُرِّيَتِنَآ قُرَّةًأَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَآ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار. سُبْحَانَ رَبكَ رَبّ الْعِزَةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمُ عَلىَ الْمُرْسَلِيْن وَالحَمْدُ ِللهِ رَبّ ِاْلعآلَمِيْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أكْبَرِ.واَلسَّلاَمُعَلَيْكُمْوَرَحْمَةُاللهِوَبَرَاكَاتُهُ
(hil/irb)