Restoran cepat saji McDonald's mengakui ada penurunan omzet gegara aksi boikot yang dilakukan masyarakat pada sejumlah produk pro Israel. Bos McDonald's sempat mengeluh restorannya lesu.
CEO McDonald's Chris Kempczinski menyatakan, beberapa pasar di Timur Tengah dan di luar kawasan, mengalami dampak bisnis karena adanya seruan boikot produk pro Israel. McDonald's memang dituding memiliki hubungan keuangan dengan Israel.
Kempczinski mengatakan, ada misinformasi yang dinilai tidak berdasar seputar McDonald's. Hal ini memiliki dampak mengecewakan pada bisnis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk negara-negara Muslim, McDonald's dengan bangga diwakili oleh pemilik operator lokal yang bekerja tanpa kenal lelah untuk melayani dan mendukung komunitas mereka sambil mempekerjakan ribuan warganya," kata Kempczinski dikutip detikFinance dari Reuters, Minggu (7/1/2024).
Pada Oktober 2023, McDonald's Israel mengatakan di akun media sosialnya bahwa mereka telah memberikan ribuan makanan gratis kepada personel Pasukan Pertahanan Israel.
Hal ini kemudian ditolak oleh waralaba McDonald's di beberapa negara Muslim. Beberapa merek Barat merasakan dampak boikot di Mesir dan Yordania yang kini juga terjadi di beberapa negara di luar kawasan Arab termasuk Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim.
Data yang dihimpun, pada 2022, McDonald's memiliki waralaba dan mengoperasikan sekitar 40.275 restoran di lebih dari 100 negara. Rantai makanan cepat saji ini melaporkan total pendapatan tahunan sebesar US$ 23,18 miliar pada tahun tersebut.
(hil/dte)