·ÉËÙÖ±²¥

Hari Raya Waisak 2567 Buddhis Era (BE) jatuh pada hari ini, Minggu (4/6/2023). Puncak perayaan di Tanah Air digelar di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Sebab, candi tersebut merupakan candi Buddha terbesar di Tanah Air. Untuk diketahui, di Jawa Timur juga ada banyak candi bercorak Buddha.

Berikut beberapa di antaranya yang dirangkum detikJatim dari situs resmi Perpusnas. Yuk disimak detikers!

Candi Bercorak Buddha di Jawa Timur:

1. Candi Brahu

Candi Brahu/ Foto: Ria Rahmawati/d'Traveler

Candi Brahu berada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi ini diperkirakan dibangun pada 15 Masehi atas perintah Mpu Sindok dari Kahuripan.

Candi ini diyakini sebagai candi Budha. Sebab sekitar kompleks candi pernah ditemukan benda-benda kuno lain. Seperti alat upacara dari logam, perhiasan dan benda-benda lain dari emas. Serta arca-arca logam yang menunjukkan ciri-ciri ajaran Buddha.

2. Candi Sumberawan

Candi Sumberawan/ Foto: Putu Intan/detikcom

Candi Sumberawan berada di di Desa Toyomarti, Kecamatan Singosari, Malang. Candi ini bercorak Buddha. Sebab bentuknya berupa stupa mirip seperti di Candi Borobudur.

Candi Sumberawan dikenal memiliki sumber air yang tak pernah mengering, meski disedot puluhan pipa. Candi ini juga menjadi tempat persinggahan Raja Majapahit Hayam Wuruk.

Hingga kini, candi tersebut masih didatangi umat Buddha untuk beribadah ketika Waisak dan umat Hindu yang ingin mengambil air suci atau tirta. Menurut juru pelihara Candi Sumberawan, Rosida, candi ini diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Majapahit.

Namun, tempat candi tersebut sudah digunakan sejak masa Kerajaan Singasari. Di masa Singasari, tempat ini terkenal dengan nama Kasurangganan, yang dalam bahasa Sansekerta artinya taman.

3. Candi Sanggrahan

Mengutip situs resmi Pemkab Tulungagung, Candi Sanggrahan dulunya memiliki 5 arca Buddha. Masing-masing memiliki posisi mudra yang berbeda.

Demi keamanan, hingga kini arca-arca tersebut tersimpan di rumah juru pelihara. Candi yang berada di Desa Sanggrahan ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit, yang dibuat pada 1350-an, pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk.

Ahli sejarah menduga candi ini dibangun sebagai tempat peristirahatan rombongan pembawa jenazah Gayatri, seorang pendeta wanita Buddha Kerajaan Majapahit, yang bergelar Rajapadmi untuk menjalani upacara pembakaran di Boyolangu.

4. Candi Boyolangu

Candi Boyolangu atau Gayatri berada di Dusun Boyolangu, Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Candi ini ditemukan masyarakat pada 1914 dalam timbunan tanah.

Mengutip situs resmi Pemkab Tulungagung, di dalam bangunan ini terdapat arca wanita Buddha dan beberapa umpak berukuran besar. Arca wanita berukuran besar ini memiliki keterkaitan pada tokoh Gayatri atau seorang pendeta wanita Buddha masa Kerajaan Majapahit yang bergelar Rajapadmi.

Itu juga yang mendasari adanya keterangan para ahli, yang menjelaskan candi ini merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Gayatri. Berdasarkan angka yang tertera pada kedua umpak bangunan induk yakni pada 1369 M dan 1389 M.

Maka candi ini diduga dibangun pada zaman Kerajaan Majapahit di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1359 M-1389 M).

5. Candi Jago

Candi Jago yang lokasinya arah timur dari Pasar Tumpang/ Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim

Candi yang berada di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang ini dibangun pada tahun 12 M, masa Kerjaan Singasari. Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama candi ini yang sebenarnya adalah Jajaghu, yang dibangun sebagai bentuk penghormatan bagi Raja Singasari ke-4, yaitu Sri Jaya Wisnuwardhana.

Kedua kitab tersebut juga menyebutkan Candi Jago selama tahun 1359 M merupakan salah satu tempat yang sering dikunjungi Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit.

Dikutip dari laman Perpusnas, ajaran Buddha tercermin dalam relief cerita Tantri Kamandaka dan cerita Kunjarakarna yang terpahat pada teras paling bawah. Pada dinding teras kedua terpahat lanjutan cerita Kunjarakarna dan petikan kisah Mahabarata yang memuat ajaran agama Hindu, yaitu Parthayajna dan Arjuna Wiwaha.

Teras ketiga dipenuhi dengan relief lanjutan cerita Arjunawiwaha. Dinding tubuh candi juga dipenuhi dengan pahatan relief cerita Hindu, yaitu peperangan Krisna dengan Kalayawana. Dengan adanya bukti-bukti tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Candi Jago memiliki perpaduan Siwa dan Buddha.