Berlangsungnya momentum Lebaran atau Idul Fitri, tidak sedikit orang yang berlomba merekatkan kembali tali persaudaraan atau kekeluargaan bersama dengan orang-orang terdekatnya. Inilah yang membuat istilah halal bihalal, silaturahmi, hingga syawalan cukup sering terdengar selama momen tersebut terjadi. Apa bedanya ketiga istilah tersebut?
Seperti yang diketahui, terdapat berbagai tradisi yang biasanya dilakukan oleh sebagian besar kalangan masyarakat selama Lebaran. Salah satu yang tidak pernah ketinggalan untuk dilakukan adalah bermaaf-maafan bersama dengan tetangga di lingkungan sekitar, keluarga, hingga sanak saudara.
Oleh karena itu, terdapat berbagai agenda yang akan dilakukan selama situasi tersebut berlangsung. Baik itu dilakukan dengan cara halal bihalal, silaturahmi, maupun syawalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun ketiga istilah tersebut tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, tetapi mungkin ada sebagian orang yang justru bertanya-tanya tentang perbedaan di antara ketiganya. Lantas, seperti apa gambaran makna dari istilah halal bihalal, silaturahmi, hingga syawalan? Simak penjelasannya berikut ini.
Apa Itu Halal Bihalal?
Istilah pertama yang dikenal sebagai tradisi selama Lebaran atau Idul Fitri adalah halal bihalal. Dijelaskan dalam buku 'Guru Menulis Spirit Literasi' karya Ahmad Thohir Yoga, MPd, dkk, halal bihalal merupakan budaya khas Indonesia yang terus ada dari dahulu sampai sekarang. Inilah yang membuat halal bihalal begitu mendarah daging bagi setiap masyarakat.
Meskipun tidak diketahui secara pasti sejarah awal halal bihalal dimulai, tetapi ada sebuah versi pendapat yang cukup banyak diyakini tentang adanya halal bihalal di Indonesia. Pendapat tersebut menyatakan halal bihalal merupakan hasil kreasi dari pendiri Nahdlatul Ulama, yaitu KH Wahab Chasbullah bersama dengan Presiden Sukarno di tahun 1948 silam.
Pada saat itu, keduanya dikatakan tengah mencari solusi agar mampu mengatasi ancaman disintegrasi yang konon dilakukan oleh kelompok DI/TII dan juga PKI. Kemudian KH Wahab Chasbullah mengusulkan silaturahmi nasional yang mana Presiden Sukarno menganggapnya sebagai ide bagus.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa istilah silaturahmi nasional perlu diberi sedikit sentuhan modifikasi agar mudah diingat. Kemudian KH Wahab Chasbullah memberikan ide istilah halal bihalal untuk mewakili istilah silaturahmi nasional tersebut.
Kemudian Dr Zaprul Khan dalam bukunya 'Islam yang Santun dan Ramah, Toleran dan Menyejukkan' memberikan penjelasan bahwa halal bihalal adalah fenomena yang hanya bisa dijumpai di Indonesia. Hal ini dikarenakan halal bihalal menjadi tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia secara turun temurun.
Kemudian halal bihalal juga erat kaitannya dengan Lebaran karena agenda tersebut berlangsung pada bulan Syawal. Baik itu seminggu setelah Idul Fitri, pertengahan bulan Syawal, maupun akhir dari bulan tersebut. Tidak hanya dijadikan sebagai acara saling memaafkan dan menciptakan keharmonisan, halal bihalal juga turut menjadi cara dieratkannya tali silaturahmi antar sesama.
Arti Silaturahmi
KBBI mendefinisikan kata silaturahmi sebagai tali persahabatan atau persaudaraan. Arti silaturahmi juga dapat dimaknai dengan mengikat tali persahabatan atau persaudaraan.
Kemudian di dalam buku 'Shihab & Shihab Edisi Ramadhan' karya M Quraish Shihab, dijelaskan bahwa kata silaturahmi melibatkan kata 'rahmi' yang merujuk pada rahmat. Inilah yang membuat kata silaturahmi berkaitan dengan upaya menyambung rasa kasih sayang. Lebih tepatnya menyambung hubungan kasih sayang dengan semua makhluk.
Arti silaturahmi juga diungkap oleh Ibnu Mas'ad M dalam bukunya 'Magnet Rezeki Suami Istri: Selesaikan Masalah Rumah Tanggamu maka Rezeki Akan Mengalir Deras Kepadamu', bahwa silaturahmi adalah menyambut tali persaudaraan atau persahabatan secara luas. Inilah yang membuat makna silaturahmi lebih universal.
Oleh karena itu, silaturahmi bersifat umum dan dapat dilakukan kapan saja. Hal ini serupa dengan apa yang dijelaskan dalam buku 'Amalmu Bukti Cintamu kepada Allah' oleh Fajar K, bahwa silaturahmi tidak hanya melibatkan keluarga atau sanak saudara saja, tetapi juga di luar orang-orang terdekat. Misalnya saja tetangga atau kenalan.
Tidak hanya itu, silaturahmi tidak hanya terbatas pada saat Lebaran saja. Akan tetapi, seseorang dapat melakukannya di setiap kesempatan. Terutama saat orang-orang yang dikunjungi masih hidup, sehingga silaturahmi tetap terjalin dengan baik dan tidak terputus.
Mengenal Lebih Dekat Istilah Syawalan
Lantas, apa itu syawalan? Setelah memahami makna halal bihalal dan silaturahmi, tidak sedikit orang yang turut dibuat penasaran tentang istilah syawalan. Hal tersebut mengingat syawalan juga berkaitan erat dengan halal bihalal maupun silaturahmi.
Merujuk dari buku 'Wonomerto: Kisah, Tradisi, dan Budaya Desa' oleh Muslih Abdala, dkk., dijelaskan bahwa syawalan adalah sebuah acara bermaaf-maafan yang dilakukan saat Lebaran. Acara ini juga menjadi bagian dari tradisi dan kental dengan nilai-nilai kearifan lokal sekaligus ajaran agama Islam.
Seperti namanya, tradisi syawalan merupakan sebuah agenda yang biasanya dilakukan selama bulan Syawal. Melalui syawalan masyarakat akan terlibat dalam situasi yang membuat mereka menerapkan sikap saling memaafkan satu sama lain. Bukan hanya itu saja, dengan adanya syawalan hubungan harmonis dapat tercipta di antara sesama.
Lebih lanjut, Zakiah Nur Jannah dan Noor Hafild dalam bukunya '52 Kultum Favorit Untuk Muslimah' turut menjelaskan istilah syawalan erat kaitannya dengan halal bihalal. Ini dikarenakan tradisi syawalan bagi sebagian orang disebut sebagai halal bihalal.
Bukan hanya itu saja, makna dari halal bihalal dan syawalan adalah sama, yaitu sebagai momentum berharga bagi setiap orang untuk saling bertemu, berkunjung, bersalaman, hingga bermaaf-maafan. Inilah yang membuat syawalan bertujuan sebagai upaya untuk mengukuhkan ikatan silaturahmi di antara sesama.
Beda Halal Bihalal, Silaturahmi, dan Syawalan
Setelah mencermati masing-masing pengertian dari istilah halal bihalal, silaturahmi, dan syawalan, memahami perbedaan juga tak kalah menarik untuk diketahui. Lalu, apa sih bedanya halal bihalal, silaturahmi, dan syawalan itu?
Apabila merujuk dari uraian penjelasan yang telah disinggung sebelumnya, dapat diketahui bahwa halal bihalal dan syawalan memiliki kemiripan. Hal ini dikarenakan kedua istilah tersebut dikenal sebagai tradisi atau fenomena yang dilakukan oleh masyarakat selama momentum Lebaran atau Idul Fitri berlangsung.
Tidak hanya itu saja, tujuan dilakukannya halal bihalal dan juga syawalan adalah sama. Baik itu untuk mempererat tali persaudaraan atau kekeluargaan dan juga saling bermaaf-maafan.
Bahkan bagi sebagian orang, halal bihalal dan syawalan kerap dilakukan dengan berkumpul bersama orang-orang terdekat. Bisa dengan keluarga, tetangga, maupun sanak saudara.
Hal tersebut berbeda dengan istilah silaturahmi yang memiliki makna lebih luas. Silaturahmi tidak hanya dapat dilakukan saat Lebaran, melainkan bisa kapan saja.
Kemudian silaturahmi juga dapat melibatkan orang lain di luar keluarga atau orang-orang terdekat. Inilah yang membuat silaturahmi memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan halal bihalal maupun syawalan.
Itulah tadi rangkuman penjelasan mengenai beda halal bihalal, silaturahmi, dan syawalan yang dilengkapi dengan pengertian masing-masing istilah tersebut. Semoga informasi ini membantu.
(par/dil)
Komentar Terbanyak
Respons Roy Suryo Dilaporkan Jokowi hingga Relawan
Klarifikasi Bibit Terlapor Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon Bantul
Duduk Perkara Mbah Tupon Jadi Korban Mafia Tanah Versi BPN