Di balik ketajaman naluri dan keyakinan Ciputra saat akan membangun perumahan Bintaro Jaya, ada satu faktor yang ikut menopang dan memuluskannya. Faktor tersebut adalah booming harga minyak bumi pada pertengahan 1970-an yang menumbuhkan perekonomian Indonesia.
"Hal itu melahirkan kelas masyarakat baru, yakni kelas menengah. Makin banyak kaum muda yang meraih pendidikan tinggi, tentu penghasilan mereka pun akan lebih baik," kata Ir Ciputra dalam biografinya, 'The Entrepreneur, Passion of My Life' karya Alberthiene Endah, 2018.
Setelah bekerja dan menikah, ia melanjutkan, kaum menengah ini cenderung akan mencari rumah yang mewakili selera mereka. "Tak perlu rumah besar tapi apik dan berada di lingkungan yang nyaman. Tidak kumuh, padat, dan tidak bising."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ciputra yang terlahir dengan nama Tjie Tjin Hoan membeli ratusan hektar tanah di Bintaro pada akhir 1970-an dan membangunnya menjadi perumahan modern. Empat dekade kemudian, lahan yang dikuasai mencapai 2.000-an hektar. Tak cuma perumahan berbagai tipe, di sana juga dilengkapi berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan, hiburan, kuliner, rumah ibadah, pasar, driving range golf, serta kawasan bisnis.
Selain itu, akses Jakarta ke Bintaro dan sebaliknya kian mudah dengan adanya dua jalan tol langsung yang menghubungkan Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dan ke bandara Internasional Soekarno-Hatta. Selain itu, Bintaro Jaya juga terhubung dengan tiga stasiun commuter line yaitu Pondok Ranji, Jurang Mangu dan Sudimara. Dengan demikian, Bintaro Jaya yang dibangun PT Jaya Property bukan lagi menjadi Kota Satelit tapi telah tumbuh menjadi Kota Mandiri.
"Bintaro ini sudah mahalengkap deh. Mau cari apa aja, ada," kata Ardi, 46 tahun, yang mengaku telah menetap di Sektor 1 Bintaro sejak awal 1984.
Pegawai swasta ini bersaksi, kemacetan di Bintaro sekarang lebih terukur berkat akses dua tol. "Beda banget dengan 15-20 tahun lalu. Sebelum ada tol kan aksesnya cuma melalui Tanah Kusir, Ulujami, dan Ciputat," imbuhnya.
Poernomo Gontha Ridho yang tinggal di Sektor 5 sejak 2007 memberikan kesaksian serupa. Kehadiran transportasi umum yang nyaman membuat pegawai swasta yang berkantor di kawasan Jakarta Selatan ini tak lagi membawa kendaraan pribadi. Ia lebih suka memanfaatkan feeder MRT, seperti TransJakarta yang langsung ke Blok M. "Lebih hemat dan ya itung-itung membantu mengurangi kemacetan deh," kata Edo kepada detikproperti, Senin (23/10/2023).
(jat/zlf)