Sektor perkantoran adalah salah satu industri yang pasarnya cukup besar di Jakarta. Namun, kondisi sektor perkantoran beberapa tahun terakhir ini justru stagnan bahkan hingga akhir 2025 karena kelebihan stok.
Head Research Department Colliers, Ferry Salanto mengatakan kebutuhan ruang kantor di Jakarta terutama di kawasan CBD (Central Business District) tidak akan mengalami pertumbuhan bahkan sampai 2025.
"CBD tidak ada supply baru sesuai proyeksi. Dengan absennya supply terutama di CBD dari Juni 2024 sampai akhir 2024 tidak ada pasokan baru. Demikian juga 2025, kita tidak melihat ada pasok baru sampai akhir 2025," kata Ferry dalam acara Colliers Virtual Media Briefing pada Rabu (3/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini dikarenakan ketersediaan ruang kantor saat ini dinilai cukup bahkan melebihi kebutuhan. Sebanyak 2 juta ruang kantor hingga kini belum digunakan. Kondisi kelebihan pasokan ini akan bertambah setelah kantor pemerintahan pindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Ini suatu indikasi yang menggembirakan untuk sektor perkantoran. Ada 2 juta ruang kantor yang belum dipergunakan," ujarnya.
Diharapkan saat pembangunan perkantoran berkurang, pasokan yang saat ini tersedia dapat segera terisi.
"Ini yang kami lihat sebagai hal positif. Supply yang sedikit ini menjadi katalis supaya sektor perkantoran dapat bergerak lebih positif. Artinya ada potensi okupansi juga bisa membaik. Jika melihat proyeksi ekonomi kita membaik terutama dari pemerintah yang baru, kemudian bisnis bertumbuh dan penyerapan naik, sementara supply stagnan," jelasnya.
Daerah yang masuk ke dalam area CBD diantaranya kawasan selatan dan pusat Jakarta seperti Thamrin, Sudirman, Rasuna Said, Mega Kuningan, Gatot Subroto, Satrio. Ada pula Jakarta Utara, dan Jakarta Barat. Sementara untuk daerah Jakarta Timur sektor perkantoran tidak begitu ramai karena lebih banyak tersedia hunian.
Kawasan Sudirman adalah daerah yang tingkat keterisiannya cukup tinggi yakni 96% dari 2023 sampai 2024. Sementara tingkat keterisian ruang kantor paling rendah berada di kawasan Mega Kuningan sekitar 61%
"Di Sudirman 78% sudah on track dari kinerja okupansi secara keseluruhan," sebut Ferry.
Dari sisi harga sewa, meskipun ruang kosong dinilai akan banyak terisi ke depannya, tetapi pemilik gedung belum bisa menaikkan harga sewa sesukanya. Penyesuaian tarif dasar sewa bergantung dari perusahaan yang masuk, luas ruangan yang dipakai, dan masa sewa yang diambil.
"Dari harga, masih tied (terikat dengan tenant). Ruang kosong ini sebagai ajang haru bisa berkompromi dengan tenant. Dari harga penawaran masih cenderung stabil bahkan beberapa gedung ada sedikit penurunan," sebutnya.
(aqi/dna)