Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulawesi Selatan (Sulsel) melaporkan tiga wilayahnya menjadi lokasi penyebaran virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika. Ketiga wilayah itu yakni Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Luwu Utara (Lutra) dan Gowa.
"Sekarang ini ada 3 yang terkonfirmasi positif, Kabupaten Gowa itu sudah dari Januari sudah dinyatakan positif. Kemudian bulan Maret terdeteksi di Luwu Timur, kemudian April di Luwu Utara," kata kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, Nurlina Saking kepada detikSulsel, Selasa (16/5/2023).
Nurlina menduga, penyebaran virus melalui perpindahan ternak atau daging babi yang berada di Kalimantan dan NTT. Hingga pertama kali masuk di Kabupaten Gowa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada awal September itu pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam hal ini melalui dinas peternakan kita sudah ada surat edaran melalui sekda mewaspadai penularan (ASF) dari Gowa ke kabupaten lain," katanya.
Nurlina merinci, kematian babi akibat virus ASF di Luwu Timur mencapai 1.336 ekor, Luwu Utara mencapai 4.592 ekor dan Gowa sebanyak 4.000 ekor.
"Analisanya dari 1000 populasi terdapat 55 ternak yang mati karena ASF di Luwu Utara, 157 ternak yang mati di Gowa dan 59 ternak," kata Nurlina.
Lebih lanjut, Nurlina menambahkan saat ini pemerintah daerah memusatkan penjagaan penularan virus ke wilayah Toraja. Melihat wilayah tersebut merupakan daerah dengan populasi babi terbesar di Sulsel.
"Cuma yang kita khawatirkan Toraja, takutkan kalau masuk di Toraja pengendaliannya lebih susah. Karena populasi ternak babi terbesar di Sulsel itu ada di Toraja Utara dan Tana Toraja," terangnya.
Sejauh ini, Nurlina mengaku virus ASF tidak bisa dihindari dikarenakan belum adanya penemuan vaksin terkait virus tersebut.
"Serangan ASF ini 100% tingkat kesakitannya dan bisa mati sampai 100%, jadi bisa kena mati, karena demam, keluar bercak-bercak darah, pecah pembuluh darah dan diare dan memuntahkan isi lambungnya, terus ASF ini belum ada vaksin jadi kita tidak bisa vaksin hewan yang sehat," tutupnya.
Sebelumnya diberitakan, Pemkab Luwu Timur juga melaporkan babi mati di wilayahnya mencapai 17.105 ekor hanya dalam sebulan. Kematian babi tersebar di 11 kecamatan di Lutim.
Wilayah dengan kematian babi tertinggi terjadi di Kecamatan Tomoni Timur yang mencapai 8.598 ekor. Kematian babi tertinggi disusul Kecamatan Mangkutana sebanyak 2.102 ekor dan Kecamatan Burau 1.928 ekor.
Masuknya virus ASF juga membuat populasi ternak babi di Lutim menurun drastis. Populasi babi di Lutim tersisa 21.440 ekor dari total populasi sebanyak 38.556 ekor.
(ata/hmw)