ֱ

Merdeka Copper Gold Gandeng Warga Lokal Kelola Sampah Domestik

Merdeka Copper Gold Gandeng Warga Lokal Kelola Sampah Domestik

Hana Nushratu - detikSulsel
Jumat, 28 Feb 2025 16:26 WIB
Merdeka Copper Gold
Foto: Merdeka Copper Gold
Jakarta -

PT Merdeka Copper Gold, Tbk (IDX: MDKA) menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan dengan prosedur pengelolaan, pengumpulan dan pemanfaatan sampah domestik. Langkah ini sebagai bentuk kepatuhan perusahaan terhadap Undang Undang RI Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

"Merdeka selalu berkomitmen terhadap pengelolaan lingkungan dan melibatkan masyarakat di sekitar tambang. Kami bersinergi untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat kembali," jelas Head of Corporate Communications Merdeka Tom Malik, dalam keterangan tertulis, Jumat (28/2/2025).

Tom menjelaskan pengelolaan limbah di seluruh area anak perusahaan berdasarkan prinsip mitigasi untuk mencegah dan meminimalisir dampak yang berasal dari limbah operasi. Selain itu perusahaan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengelolaan limbah dan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tidak hanya karyawan tapi juga warga sekitar terhadap lingkungan yang berkelanjutan. Melalui langkah-langkah strategis ini, MDKA dan seluruh anak perusahaannya berambisi untuk membangun masa depan yang berkelanjutan, dengan menghadirkan inovasi dan nilai tambah bagi industri pertambangan Indonesia.

Selain standar pengelolaan limbah operasi yang tinggi, MDKA bekerja sama dengan masyarakat lokal dalam mendaur ulang limbah organik bernilai ekonomi tinggi dengan melakukan kolaborasi dengan komunitas di masyarakat. Sebagai contoh, anak perusahaan MDKA yakni PT Bumi Suksesindo (PT BSI) yang mengelola Tambang Emas Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur, telah menjalin kolaborasi dengan Komunitas Pemuda Etan Gladak (PEGA) yang berbasis di Kecamatan Pesanggaran sejak 2017.

ADVERTISEMENT

Bentuk kerja sama dan pembinaan yang dilakukan adalah pengumpulan dan pengolahan sampah organik dari sisa hasil olahan catering PT BSI serta sampah warga dari desa lingkar tambang yaitu Pesanggaran dan Siliragung. Sampah yang terkumpul diolah dan diurai hingga menjadi produk maggot kering (larva lalat hitam) dan pupuk cair.

Maggot berprotein tinggi ini dapat digunakan sebagai pakan ternak sedangkan pupuk cair dapat menyuburkan tanaman. Ketua PEGA Sundarianto menyampaikan kegiatan inovasi pengelolaan sampah ini, tidak hanya menghasilkan keuntungan ekonomi tetapi juga sekaligus menjadi jawaban bagi warga yang selama ini sulit mengolah gunungan sampah yang tidak terkelola dengan baik.

Baca juga:

Hingga kini, PEGA terus aktif mengelola sampah sekitar 20 ton tiap bulan. Sepanjang 2024, sampah yang telah diolah lebih dari 271 ton yang kemudian dipasarkan dengan harga jual maggot Rp 6.000 per kilogram dan pupuk cair Rp 7.000 per liter. Bahkan, PEGA pernah diundang ke Australia untuk studi pengelolaan sampah dan mendapat penghargaan Local Hero dari salah satu media lokal di Jatim.

Tak hanya di PT BSI, Merdeka turut melakukan program pengelolaan sampah domestik di seluruh anak perusahaan lainnya salah satunya PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI), anak perusahaan MDKA di bawah naungan PT Merdeka Battery Materials, Tbk (IDX:MBMA) di Morowali, Sulawesi Tengah. Sampah domestik yang dihasilkan akan dikelola dan dipisahkan sesuai kategorinya.

Beberapa jenis sampah yang dikelola adalah sampah makanan, plastik, botol kaca, dan kaleng. Sampah makanan diolah menjadi pakan ternak lele dan bebek dengan cara bekerja sama dengan masyarakat sekitar di daerah Makarti dan Labota.

Sementara itu, sampah plastik, botol kaca, dan kaleng dikelola dengan membangun kerja sama dengan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dibawah pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan binaan IMIP yaitu di TPS Bohomakmur dan TPS Fatufia.

Baca juga:

Pengolahan sampah plastik di TPST dilakukan dengan metode pencacahan, pemadatan, pirolisis, dan distilasi sehingga menghasilkan produk berupa serbuk plastik, paving block plastik, solar, dan minyak tanah yang bisa dimanfaatkan kembali untuk keperluan lainnya.

Dengan melakukan pemanfaatan kembali sampah domestik ini, MTI berhasil mengurangi timbulan sampah sekitar 9 ton per hari dengan bekerjasama pemangku kepentingan setempat. Upaya meminimasi timbulan sampah domestik juga diterapkan di anak perusahaan MDKA lainnya dengan mendaur ulang sampah makanan menjadi kompos.

Kompos ini kemudian dimanfaatkan kembali untuk kegiatan penanaman, seperti yang dilakukan di site Wetar, Pani Gold Project, dan Sulawesi Cahaya Mineral.

(anl/ega)

Berita ֱLainnya
detikNews
detikHot
detikInet
detikTravel
Sepakbola
detikFinance
detikOto
detikHealth
Hide Ads