·ÉËÙÖ±²¥

Sei Rampah, Ibu Kota Sergai dengan Pembangunan yang Kian Meningkat

Sei Rampah, Ibu Kota Sergai dengan Pembangunan yang Kian Meningkat

Nizar Aldi - detikSumut
Senin, 11 Nov 2024 20:58 WIB
Perkembangan pembangunan berbagai sektor di Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Sergai. (dok. Pemkab Sergai)
Foto: Perkembangan pembangunan berbagai sektor di Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Sergai. (dok. Pemkab Sergai)
Serdang Bedagai -

Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) ber-ibu kota Sei Rampah. Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di wilayah tersebut yakni Kesultanan Serdang dan Padang Bedagai.

Sedangkan Kota Sei Rampah termasuk dalam wilayah Kerajaan Padang Bedagai. Kata "Sei Rampah" berasal dari kata "Sei" yang artinya Sungai, sedangkan "Rampah" artinya rempah-rempah. Oleh karenanya, kata Sei Rampah ini tidak lepas dari sungai yang memiliki fungsi sebagai jalur transportasi perdagangan rempah-rempah.

Dilansir dari berbagai sumber, dahulunya pinggiran Sei Rampah terdapat tumbuhan berbagai macam rempah-rempah. Adapun jenis rempahnya antara lain; kemiri, pala, lada dan cengkeh. Selain itu, kondisi tanahnya yang sangat subur dan tentunya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan mengelola tanah serta ditanami beragam tumbuhan maupun rempah-rempah. Hasil rempah-rempah tersebut oleh masyarakat Sei Rampah dijual kepada para pedagang yang berasal dari Negara Persia, Gujarat, Mesir, Cina dan Malaka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perkembangan pembangunan berbagai sektor di Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Sergai. (dok. Pemkab Sergai)Foto: Perkembangan pembangunan berbagai sektor di Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Sergai. (dok. Pemkab Sergai)

Dikutip dari mediacenter.serdangbedagaikab.go.id, kehadiran Kerajaan Bedagai membuat orang-orang Melayu (termasuk orang Karo dan Simalungun yang beragama Islam yang lebih suka disebut orang Melayu) yang terutama mendiami sepanjang aliran sungai dan muara.

Sejak J. Nienhuys dan J.F Van Leewen Co membuka perkebunan karet di Labuhan Deli pada tahun 1863 terus berkembang hingga ke daerah Padang Bedagai. Akibat perkembangan perkebunan tersebut Sumatera Timur berkembang sebagai "Het Dollar Land" dan etnis-etnis lain mulai berdatangan dan menyebar ke daerah-daerah.

ADVERTISEMENT

Di Kerajaan Bedagai perkembangan sejalan dengan dibukanya beberapa onderneming di awal abad ke-20 terutama karet pada tanah-tanah konsesi di daerah Simpang Empat Tanah Raja, Sungai Bamban dan Sungai Parit serta perkebunan kelapa sawit di Mata Pao, Liberia dan Rambong Sialang. Pada saat itu Sungai Rampah menjadi transportasi utama untuk mengangkat hasil perkebunan dari masing- masing onderneming.

Hal inilah yang menyebabkan bertambah ramainya Luhak Sungai Rampah. Para Pedagang Cina yang menetap di Luhak Sei Rampah ini juga semakin banyak.

Kemudian pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), kecuali nama-nama sebutan yang berubah, pimpinan yang diganti dengan orang-orang Jepang serta cara pemerintahannya yang relatif lebih keras. Bentuk-bentuk lama tetap dipertahankan terutama tentang eksistensi kerajaan dan wilayahnya masing-masing. Pada tempat-tempat pemerintahan yang penting seperti Kabanjahe dan Tebing Tinggi, pemeritahan secara praktis dijalankan oleh pejabat-pejabat kerajaan selama 1943-1944. Di bidang lain, kerapatan-kerapatan raja-raja Sumatera Timur tetap terus dipertahankan wewenangnya dalam lingkungan kerajaannya.

Pada masa Jepang berkuasa, dimana orang Jepang-lah sebagai peninjau atau penasehat hukumnya. Mulanya kantor kerapatan terdapat di Tanjung Beringin tetapi sejak masa pemerintahan Tengku Zainal Rasyid dipindahkan ke gedung bekas Residen Belanda di Firdaus (Kantor Bupati Serdang Bedagai sekarang). Pada masa orde lama luhak Sei Rampah menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang dimana kantor camatnya menggunakan kantor kerapatan Jepang (Kantor Bupati Sekarang).

Selanjutnya timbul keinginan untuk dimekarkannya Kabupaten Deli Serdang. Ide pemekaran ini muncul dikalangan masyarakat Kabupaten Deli Serdang dan Tahun 1992 hal tersebut telah menjadi kajian tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pada masa itu.

Di era reformasi pertimbangan untuk dilakukannya pemekaran semakin kuat. Alasan perlu dilakukannya pemekaran adalah karena luas wilayah dan jumlah penduduk yang begitu besar untuk suatu kabupaten.

Gedung Perpustakaan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. (dok. Pemkab Sergai)Foto: Gedung Perpustakaan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. (dok. Pemkab Sergai)

Perjalanan panjang proses pemekaran Kabupaten Deli Serdang secara hukum dimulai dari ditetapkannya Keputusan DPRD Kabupaten Deli Serdang Nomor: 13/KP/Tahun 2002 Tanggal 2 Agustus 2002 Tentang Persetujuan Pembentukan/Pemekaran yang menetapkan Persetujuan Usul Rencana Pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang sebagai Kabupaten Induk dan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Kabupaten Pemekaran dengan ibukota Sei Rampah hingga saat ini.

Perkembangan Kota Sei Rampah Saat Ini

Saat ini Kabupaten Sergai telah berusia 20 tahun dan pada tahun 2025 mendatang usianya telah genap 21 tahun. Usia yang masih muda namun telah banyak perkembangan pembangunan di berbagai sektor khususnya di ibu kota Kabupaten Sergai yaitu Kecamatan Sei Rampah.

Mengutip pernyataan Bupati Sergai Darma Wijaya di beberapa kesempatan lalu sebelum menjalankan cuti Kampanye, bahwa pembangunan dilaksanakan secara merata dan bertahap dengan menitikberatkan pada pemulihan ekonomi dan kehidupan masyarakat pasca pandemi Covid-19.

Simak Selengkapnya di Halaman Selanjutnya...

Melalui Sapta Dambaan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Sergai tahun 2021-2026. Pemkab Sergai telah berupaya merealisasikan pembangunan dengan semaksimal mungkin. Beberapa diantaranya di bidang pendidikan, kurikulum merdeka digalakkan dengan mengoptimalkan komunitas belajar yang ada di Sergai dengan harapan dapat melahirkan insan yang religius, cerdas dan terampil.

Kemudian, lanjutnya, pada pembangunan di bidang infrastruktur, Pemkab Sergai berupaya melakukan pembangunan infrastruktur yang terintegrasi meliputi perbaikan dan pelebaran jalan, jembatan, saluran irigasi dan drainase serta alun-alun untuk mempermudah akses masyarakat dalam beraktivitas.

Selanjutnya di bidang sosial dan budaya, berbagai bantuan dan perhatian penuh diberikan oleh PemkabSergai kepada para lansia dan kelompokdisabilitas. Bahkan, kini PemkabSergai juga tengah serius berkomitmen mewujudkan kabupaten layak anak, terutama dalam program penurunan angka stunting melalui gerakan gotong royong pemenuhan gizi balita stunting.

Suasana salah satu kafe di Sei Rampah, Kabupaten Sergai pada malam hari. (dok. Pemkab Sergai)Foto: Suasana salah satu kafe di Sei Rampah, Kabupaten Sergai pada malam hari. (dok. Pemkab Sergai)

Di bidang pelayanan publik, masyarakat diberi akses untuk memperoleh layanan kesehatan dan administrasi kependudukan yang mudah dan cepat. Peningkatan pelayanan publik terutama di bidang kesehatan dibuktikan dengan adanya peningkatan pelayanan dan perbaikan secara terus-menerus baik pelayanan di rumah sakit maupun puskesmas.

Untuk wilayah Kecamatan Sei Rampah yang merupakan ibu kota Kabupaten Sergai, saat ini banyak sekali peningkatan pembangunan yang dialami. Misalnya saja, semenjak dimekarkan dari kabupaten induk Deli Serdang, Kabupaten Sergai terus berbenah, meski usianya masih tergolong mudah.

Saat ini telah banyak berderet gedung pemerintahan yang dibangun untuk pelayanan publik diantaranya RSUD Sultan Sulaiman, Masjid Agung Sergai, Miniatur Ka'bah, Perpustakaan, Kantor Pemerintahan serta fasilitas umum Alun-alun Sergai. Terdapat juga beberapa instansi vertikal lainnya seperti gedung Pengadilan Agama, Pengadilan Tinggi, Mako Polres, Kantor DPRD, Kantor Kejaksaan Negeri, Kantor KPU dan Bawaslu, Kantor BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, beberapa Bank negeri maupun swasta.

Sedangkan untuk kuliner maupun lokasi yang bisa dijadikan tongkrongan bagi masyarakat ditandai dengan banyaknya kafe yang menjual beragam makanan dan minuman, aneka kopi yang bisa dinikmati sepanjang malam. Melihat perubahan yang ada di Kota Sei Rampah saat ini, tentu perkembangan yang terjadi cukup signifikan.

Sawir Bin Md Nasir, warga Simpang Belidaan Kecamatan Sei Rampah, Senin (11/11/2024) menuturkan, saat ini Kota Sei Rampah terbilang cukup ramai. Hadirnya kantor-kantor pemerintahan maupun kantor pelayanan publik membuat kota ini banyak dikunjungi masyarakat baik yang berasal dari Kecamatan Sei Rampah maupun di luar Sei Rampah.

"Alhamdulillah saat ini Kota Sei Rampah sangat ramai, selain itu penduduknya juga bertambah padat. Ada yang asal dari luar daerah dan menetap di sini karena bertugas di wilayah Sei Rampah. Pokoknya Sei Rampah tak seperti dulu, kalau dulu orang menyebutnya dengan istilah "kota mati" karena terlalu sunyi, namun saat ini kita bisa lihat sendiri Kecamatan Sei Rampah menjelma menjadi daerah yang ramai dan menyenangkan," ujarnya menutup pembicaraan.



Simak Video "Video: Polisi Ungkap Penyebab Bentrok Pemuda Pancasila Vs Grib di Sergai"


Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
detikTravel
Wolipop
detikHot
Sepakbola
detikFinance
detikInet
detikHealth
detikNews

Hide Ads