Sejumlah petani jagung di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, (NTB) mengeluhkan harga jagung yang anjlok. Pabrik jagung juga enggan menyerap atau membeli sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan, yakni Rp 5.500 per kilogram (kg).
Salah seorang petani yang mengeluhkan harga jagung anjlok adalah Juliadin Sutarman (35). Warga Desa Wadu Kopa, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima ini mengungkapkan harga jagung berkisar antara Rp 4.000 hingga Rp 4.100 per kg.
"Harga jagung segini sangat merugikan kami. Efektifnya harga jagung yakni Rp 5.000 per kg," katanya kepada detikBali, Kamis (10/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juliadin membandingkan harga jagung saat awal panen pada 2024 lalu dengan 2025. Pada 2024 lalu, harganya berkisar antara Rp 4.800 hingga mencapai Rp 5.000 per kg. Sementara, pada 2025 ini, harganya menurun drastis hingga 4.000 per kg.
"Kalau harga Rp 4.000 per kg, untungnya cuma sedikit. Lebih banyak capeknya," ujarnya.
Juliadin menilai harga jagung saat ini tidak sebanding dengan biaya tanam hingga panen. Pasalnya, harga bibit jagung sangat mahal, yakni Rp 3 juta per dus dengan ukuran 20 kg. Belum lagi biaya pupuk 30 sak dengan harga Rp 200 ribu per sak.
"Pestisida hingga biaya panen (petik) dan angkut Rp 200 ribu. Belum lagi biaya menjemur selama tiga hari," tutur dia.
Petani jagung lainnya, Rifaid, mengaku hingga kini belum menjual jagungnya, meski sudah beberapa kali ditawari oleh pengepul. Pasalnya, harga yang ditawarkan sangat murah, tidak sesuai dengan harapannya.
"Tunggu stabil dulu baru dijual. Kalau harga yang dibeli oleh pengepul sekarang masih murah," kata dia.
Rifaid mengaku biasanya pengepul akan menawari harga jagung menyesuaikan dengan harga gudang. Misalnya harga jagung di gudang Rp 4.500 per kg, oleh pengepul akan membeli antara Rp 4.100 sampai dengan Rp 4.200 per kg.
"Para pengepul yang membeli jagung ada yang langsung membayar di tempat. Ada pula yang membawa terlebih dahulu ke gudang pabrik jagung," sebut Warga Desa Bajo, Kecamatan Soromandi ini.
Selain menunggu harga stabil, Rifaid belum menjual jagungnya karena tidak memiliki beban utang. Menurutnya, rata-rata petani menjual cepat jagungnya dengan harga murah demi melunasi pinjaman di bank yang dipakai untuk modal tanam jagung.
"Kalau ada petani yang menjual cepat jagungnya dengan harga murah karena desakan ekonomi dan untuk membayar pinjaman bank," imbuhnya.
Salah satu pabrik jagung di Bima adalah PT SUL. Menurut Humas PT SUL Muhammad Isnaini, saat ini harga jagung berkisar Rp 4.500 per kg dengan kadar air 14 persen. Besaran harga itu turun ketimbang saat bulan puasa beberapa waktu lalu.
"Saat ini harga di gudang sebesar Rp 4.600 per kg. Saat bulan puasa harganya Rp 4.500 per kg," ujarnya.
Isnaini memastikan pihaknya tidak menyerap atau membeli jagung sesuai HPP sebesar Rp 5.500 per kg. Karena menurut dia, HPP tersebut hanya berlaku bagi Bulog. Sementara, PT SUL merupakan perusahaan swasta membeli yang jagung sesuai harga pasar.
"Kalau harga Rp 5.500 itu acuan pembelian pemerintah. Sementara kami swasta membeli jagung mengikuti harga pasar," urainya.
Isnaini mengungkapkan PT SUL mampu menyerap jagung sebesar 400 ton hingga 500 ton setiap hari. Sementara, kapasitas penyimpanan gudang mencapai 15 ribu ton.
"Jagung-jagung yang diserap dari petani ini kami jual dan kirim lagi wilayah Pulau Jawa dan Kalimantan," tandasnya.
(hsa/hsa)