Para petani di Mojokerto menjerit karena harga jagung anjlok di masa panen. Mereka mendesak Bulog membeli hasil panen sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Dampak anjloknya harga jagung dirasakan kelompok tani Dusun Mendek, Desa Kutogirang, Ngoro, Mojokerto. Mereka terpaksa memanen jagung jenis Jago ini meskipun harganya sangat murah. Sebab apabila tidak dipanen, jagung akan membusuk di lahan.
Ketua Poktan Mendek Sugiono mengatakan, panen kali ini pihaknya terpaksa rugi karena hasil panennya dibeli Rp 3.500/Kg pipil basah oleh tengkulak. Harga tersebut jauh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan Bapanas dalam SK nomor 18 Tahun 2025.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bapanas juga menugaskan Bulog untuk membeli hasil panen para petani jagung sesuai HPP. "Kami berharap (harga jagung hasil panen) di atas harga Bulog, minimal standar Bulog Rp 5.500. Harapan kami panen saat ini dapat harga segitu. Sebab selisihnya Rp 2.000/Kg," terangnya, Jumat (21/2/2025).
Panen jagung di Dusun Mendek dihadiri Kapolres Mojokerto AKBP Ihram Kustarto beserta jajarannya. Mulai dari Wakapolres Kompol Herry Tampake hingga Kapolsek Ngoro Kompol Heru Purwandi. Hadir pula sejumlah petugas penyuluh lapangan (PPL) dan Forkopimca Ngoro.
Kebun jagung ini salah satu titik lahan tidur yang dimanfaatkan Polres Mojokerto untuk mendukung program ketahanan pangan Presiden RI Prabowo Subianto. Sekitar 3 bulan lalu, Polsek Ngoro memfasilitasi Poktan Mendek untuk menanam jagung jenis Jago. Luas lahannya 5.800 meter persegi.
Lokasi panen lainnya di petak 55 RPH Lebakjabung, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto. Kebun jagung sekitar 12 hektare itu dipanen bertahap 18-20 Februari 2025. Hasilnya mencapai sekitar 75 ton pipil basah jagung jenis maxxi 2 cuan. Namun, harga jualnya hanya Rp 3.400/Kg.
Ihram menjelaskan, Polres Mojokerto sejauh ini telah memanfaatkan 32,8 hektare lahan tidur untuk perkebunan jagung. Pihaknya bekerja memfasilitasi poktan-poktan. Mulai dari pengolahan lahan, menyediakan bibit dan pupuk, sampai menggiling pipil jagung dari tongkolnya setelah panen.
Rata-rata setiap hektare mampu menghasilkan 10 ton pipil basah jagung. Sehingga saat semuanya dipanen, jagung yang dihasilkan mencapai 32,8 ton.
"Kami memanfaatkan lahan yang sebelumnya tidak produktif. Pasca panen dilanjutkan penanaman jagung kembali. Selain untuk ketahanan pangan juga meningkatkan kesejahteraan para petani," jelasnya.
Namun, Ihram menyayangkan jagung hasil panen dibeli dengan harga murah oleh perorangan. Ia berharap Bulog menyerapnya sesuai HPP sehingga tak merugikan para petani. Selain itu, pembelian jagung oleh Bulog bakal menjaga stabilitas harga jagung.
"Kami mohon kepada Bulog agar segera ada normalisasi petunjuk teknis untuk membeli hasil panen jagung. Kalau bisa Bulog membeli sesuai HPP yang ditetapkan pemerintah sehingga tidak lagi dibeli perseorangan," ujarnya.
Tidak hanya itu, Ihram juga berharap pemerintah mempermudah distribusi pupuk NPK bersubsidi untuk para petani jagung di Mojokerto.
"Saya selaku Kapolres Mojokerto melalui satgas pengawasan pendistribusian pupuk saya pastikan saya akan awasi mulai dari Pupuk Indonesia, distributor, kios sampai ke para petani. Negara harus hadir, pemkab, dinas pertanian untuk mengendalikan penjualan pupuk sehingga para petani tidak kesulitan," tandasnya.
(hil/fat)