Komunitas Malu Dong merayakan hari jadinya yang ke-16 dengan menggelar pameran seni rupa bertajuk "Nyampaht" di Sudakara ArtSpace, Sudamala Resort, Sanur, Kamis (10/4/2025). Pameran resmi dibuka oleh Ni Putu Putri Suastini alias Putri Koster, istri Gubernur Bali Wayan Koster.
Pemeran ini menjadi bagian dari rangkaian acara bertema "Seni untuk Perubahan: Merayakan Keindahan Alam Bali." Pameran menghadirkan karya dari 13 seniman lokal Bali.
Mereka adalah Uuk Paramahita, I Made Gunawan, Eni Astiarini, I Made Somadita, I Nyoman Loka Suara, Made Bayak, Ida Bagus Gde Surya Dharma, Jango Pramartha, Agus Kama Loedin, Made Kaek, Ni Way, Ni Luh Vonidewi, dan AA. Putu Oka Astika. Melalui karya-karya yang dipamerkan, para seniman menyuarakan kepedulian terhadap isu lingkungan, khususnya persoalan polusi plastik yang kian meresahkan di Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tema "Nyampaht" diangkat dari filosofi sapu lidi yang melambangkan kekuatan kolektif dan semangat persatuan dalam menyelesaikan masalah sampah.
![]() |
"Sapu lidi terbuat dari pelepah kelapa atau aren, yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga simbol bahwa persoalan sampah harus diatasi bersama, baik oleh pemerintah, pelaku usaha, seniman, hingga masyarakat," kata Komang Sudiarta, pendiri Komunitas Malu Dong.
Salah satu seniman, Ni Way, mengungkapkan bahwa para perupa dalam pameran ini tidak dibatasi dalam berkarya, tapi disatukan oleh kepedulian yang sama.
"Kami seniman yang memang peduli soal sampah. Karya kami tidak harus bertema sampah, tapi semuanya punya spirit yang sama. Harapannya, karya kami juga bisa laku terjual selama pameran ini berlangsung," ucapnya.
Ricky Putra, COO Sudamala Resorts, mengatakan pameran ini menjadi bentuk nyata bahwa seni bisa menjadi media kuat untuk menggerakkan perubahan.
"Kami bangga bisa menghadirkan pameran ini. Seni memiliki kekuatan untuk menggugah, menginspirasi, dan mendorong kesadaran kolektif demi melindungi alam Bali," katanya.
Sementara itu, Putri Koster dalam sambutannya mengapresiasi inisiatif komunitas dan para seniman yang telah menyuarakan isu lingkungan melalui seni. Ia juga mengingatkan pentingnya pengelolaan sampah berbasis sumber.
"Sejak periode pertama, Pak Gubernur sudah mengingatkan lewat Pergub Nomor 47 Tahun 2019 dan terakhir SE Nomor 9 Tahun 2025. Sampah harus ditangani di sumbernya agar tidak meluber ke tempat lain. Saya harap masyarakat bisa jalankan aturan tersebut," ujar Putri.
Sebelumnya, Komunitas Malu Dong juga telah melakukan berbagai aksi lingkungan dalam rangka #Menuju16TahunMaluDong, seperti bersih-bersih pantai, sawah, gunung, hingga edukasi ke sekolah-sekolah. Melalui gerakan "Malu Dong Buang Sampah Sembarangan", komunitas ini terus membangun karakter masyarakat Bali yang peduli terhadap lingkungan.
Pameran "Nyampaht" akan berlangsung selama satu bulan, hingga 10 Mei 2025 di Sudakara ArtSpace, Sanur. Pameran ini terbuka untuk umum dan menjadi ajakan terbuka bagi siapa saja untuk ikut berperan dalam menjaga kebersihan dan kelestarian Bali.
(hsa/hsa)