Menjaga warisan budaya merupakan tanggung jawab kita. Dalam konteks tersebut, bahasa Jawa menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Bahkan, Kemendikbudristek menyebutkan bahwa bahasa Jawa merupakan bahasa yang penuturnya paling banyak.
Menurut penelitian yang berjudul "Kedudukan Bahasa Jawa Ragam Krama Pada Kalangan Generasi Muda" oleh Dewianti Khazanah diterbitkan oleh jurnal Pengembangan Pendidikan Volume 9 Nomor 2 Tahun 2012, bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh suku Jawa yang persebarannya berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sejumlah daerah lain, seperti beberapa daerah di Jawa Barat dan Sumatera.
Persebaran bahasa Jawa hingga ke luar Jawa terjadi karena migrasi penduduk Jawa ke daerah-daerah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut buku Belajar Bahasa Daerah (Jawa) oleh Rian Damariswara, dalam bahasa Jawa, ada yang disebut unggah-ungguh basa, yang artinya aturan berbahasa menurut kedudukannya.
Seseorang tidak dapat berbicara seenaknya, tetapi memperhatikan, menata, dan memikirkan hati orang yang diajak bicara. Hal tersebut merupakan cara menerapkan unggah-ungguh basa ketika berbicara dengan orang lain.
Jenis-jenis Unggah-ungguh Basa Jawa
Bahasa Jawa membagi unggah-ungguh basa ke dalam dua jenis, yaitu kosa kata dan undha-usuk (tingkatan). Berdasarkan kosa kata, dibagi lagi menjadi empat jenis, yaitu kata netral, ngoko, krama (madya), dan krama inggil.
Sementara berdasarkan undha-usuk dibagi menjadi dua jenis, yaitu basa ngoko dan krama. Basa ngoko dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu ngoko lugu (andhap) dan ngoko alus. Sedangkan basa krama dibagi menjadi dua jenis, yaitu krama lugu dan alus.
7 Kedudukan Unggah-ungguh Basa Jawa
Kedudukan yang dimaksud dalam bertutur kata, dibagi menjadi tujuh, yaitu sebagai berikut:
- Usia: contohnya anak kecil harus berbicara sopan kepada yang lebih tua.
- Kekerabatan: contohnya kakak menghargai adik yang sedang berbicara.
- Pangkat: contohnya mahasiswa menghargai murid.
- Keturunan: contohnya rakyat menghargai dan menghormati keluarga keraton.
- Kekayaan: contohnya orang miskin menghargai orang kaya.
- Keakraban: contohnya menghargai orang yang belum dikenali.
- Kepandaian: contohnya menghormati orang yang lebih berilmu.
Konsonan Bahasa Jawa
Tak hanya unggah-ungguh basa Jawa yang dibagi dalam berbagai jenis, bahasa Jawa memiliki konsonan khusus, yaitu d, dh, t, th, k, dan g. Konsonan tersebut menyebabkan perbedaan pengucapan dan penulisan.
Perhatikan contoh perbedaan konsonan bahasa Jawa dan artinya:
- Konsonan d dan dh pada 'wedi' dan 'wedhi'
- Wedi berarti takut, sedangkan wedhi berarti pasir.
- Konsonan t dan th pada 'tutuk' dan 'thuthuk'
- Tutuk berarti mulut, sedangkan thuthuk berarti pukul.
- Konsonan k dan g pada 'sak' dan 'sag'.
- Sak berarti se- (contoh sak mene berarti segini), sedangkan sag berarti karung.
Baca juga: 85 Nama Khas Jawa Kuno yang Mulai Punah |
Contoh-contoh Kata Bahasa Jawa
Untuk memahami bahasa Jawa berdasarkan unggah-ungguh yang sering digunakan, perhatikan contoh-contoh kata dalam bahasa Jawa berikut:
1. Makan
- Ngoko: mangan
- Krama (madya): nedha
- Krama inggil: dhahar
2. Beli
- Ngoko: tuku
- Krama (madya): tumbas
- Krama inggil: mundhut
3. Tidur
- Ngoko: turu
- Krama (madya): tilem
- Krama inggil: sare
4. Mandi
- Ngoko: adus
- Krama (madya): adus
- Krama inggil: siram
5. Melihat
- Ngoko: ndelok
- Krama (madya): ningali
- Krama inggil: mirsani
6. Pergi
- Ngoko: lunga
- Krama (madya): kesah
- Krama inggil: tindak
7. Datang
- Ngoko: teka
- Krama (madya): dugi
- Krama inggil: rawuh
8. Punya
- Ngoko: duwe
- Krama (madya): gadhah
- Krama inggil: kagungan
9. Rumah
- Ngoko: omah
- Krama (madya): griya
- Krama inggil: dalem
10. Uang
- Ngoko: dhuwit
- Krama (madya): yatra
- Krama inggil: arta
Setiap daerah di Jawa memiliki sejumlah kosa kata bahasa Jawa yang berbeda-beda. Meski demikian, unggah-ungguh dan hal-hal lainnya masih memiliki kesamaan dan itulah yang menjadi keunikan dan penting untuk dilestarikan bersama.
(nah/nah)