Sejarah gempa dan tsunami dahsyat di wilayah Indonesia timur pernah dicatat oleh seorang ilmuwan Jerman. Mulanya, ia tengah mempelajari dan mencatat kehidupan tumbuhan di Indonesia timur, tapi tsunami dahsyat menerjang hingga menewaskan ribuan orang.
Berabad-abad yang lalu, wilayah timur Indonesia telah menjadi primadona keanekaragaman hayati. Seorang ilmuwan, bahkan datang jauh dari Eropa melewati ganasnya lautan untuk mempelajari kekayaan tanaman di wilayah yang kini menjadi Indonesia.
Ilmuwan itu adalah Georg Eberhard Rumphius (Georg Everhardus Rumpf), yang merupakan ahli botani asal Jerman. Ia bekerja untuk perusahaan Hindia Timur Belanda yang dikenal sebagai Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), demikian menurut Masyarakat Bioinformatika dan Biodiversitas Indonesia (MABBI).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mempelajari Biodiversitas hingga Membuat Katalog Tanaman di Ambon
Pada 1653, Rumphius diutus ke Ambon dan mempelajari kekayaan tanaman yang ada di sana. Mulanya ia dikirim sebagai armada militer, tapi karena tidak suka, ia meminta dipindahkan ke bagian sipil dan setujui.
Berawal dari sini, ia kemudian mulai melihat Ambon bukan sebagai tujuan pekerjaan, tapi menyadarkan dirinya akan kekayaan hayati. Pada akhirnya Rumphius menikahi gadis Ambon dan hidup dengan mempelajari kekayaan tanaman di sana.
Bertahun-tahun ia hidup sebagai 'orang Ambon' yang menguasai berbagai bahasa mulai dari bahasa Ambon, Melayu, dan latin. Ambisinya pun kian memuncak ketika dirinya ingin mencatat semua tanaman di Ambon yang ditemui dan menjadikannya buku.
Setelah kurang lebih 38 tahun meneliti dan masuk ke hutan-hutan, atau tepatnya pada 1690, buku atau katalog tentang kekayaan tanaman di Ambon karya Rumphius pun selesai. Buku itu diberi judul Herbarium Amboinense atau Het Amboinsche Kruid-boek, yang mencatat nama-nama lebih dari 1.700 jenis tanaman di Ambon, Kepulauan Maluku.
Bertahun-tahun kemudian, buku itu diterbitkan di Amsterdam, Belanda dalam 6 volume. Buku karya ilmuwan kelahiran 1627 itu, terbit dalam dwibahasa yakni Belanda dan Latin.
Catatan Gempa dan Tsunami Dahsyat di Ambon pada 1674
Selama dirinya mempelajari tanaman di Ambon, Rumphius sempat menemui duka dan masalah. Dalam catatan di bukunya, pada 1670, ia terkena penyakit glaukoma, yang menyerang matanya.
Indra penglihatannya kemudian mengalami penurunan, tapi ia tetap bersikukuh meneruskan misinya mencatat kekayaan tanaman di Ambon. Ia dibantu anak dan istrinya, terutama dalam hal visual.
Tak lama setelah itu, Rumphius dan keluarganya menjadi korban sekaligus saksi akan kedahsyatan gempa Ambon pada 1674. Momen mengerikan ini berhasil dicatat, setelah ia dan keluarganya berhasil selamat, di tengah 2.000 orang yang menjadi korban.
Catatan ini, turut disampaikan ulang oleh Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama. Ia menjelaskan bahwa gempa bumi dahsyat di Ambon pada 1674, menyebabkan kerusakan sangat parah, seperti tanah terbelah, bukit runtuh, hingga tsunami besar melanda.
"Kekuatan gempa juga telah mengakibatkan tsunami yang dahsyat utamanya di pesisir Utara Pulau Ambon," ucap Nelly dalam Webinar 'Peringatan Tsunami Ambon 1674: Sepenggal Kisah Berharga Zaman Kolonial, Bekal Menuju Ambon Tsunami Ready', pada Februari 2025 lalu, dikutip dari laman BMKG, Minggu (11/5/2025).
Dalam catatan Rumphius, terdapat keterangan bahwa setelah gempa bumi mengguncang, pesisir Pulau Ambon diterjang gelombang tsunami. Ketinggiannya, bahkan hingga mencapai 90-110 meter.
"Catatan Rumphius merupakan catatan tertua sejarah gempa dan tsunami yang pernah terjadi di Maluku dan sekitarnya pada 1674," imbuhnya.
Menurut Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam studi kontemporer, gempa Ambon tersebut diperkirakan berkekuatan M7,9 dan bersifat sangat merusak. Tak hanya tanah yang mengalami likuifaksi, tapi juga adanya tanah longsor hingga tsunami dahsyat.
"Gempa Ambon 1674 merupakan gempa dan tsunami dahsyat yang pertama dalam catatan Nusantara," ucapnya yang juga ikut dalam webinar 'Peringatan Tsunami Ambon 1674'.
Pada akhirnya, Rumphius bukan hanya mencatat dan menjadi bukti akan kekayaan tanaman di Ambon sejak berabad-abad lalu. Ia juga menjadi saksi akan catatan tertua di Nusantara mengenai tsunami, yang pada masa modern bisa memberikan pemahaman tentang bagaimana gempa dapat memicu longsor bawah laut dan memperparah dampak tsunami.
(faz/nwk)