Banyak ayat Al-Qur'an menguraikan peristiwa yang terjadi di muka bumi. Salah satunya tentang kerusakan alam sebagaimana dijelaskan dalam surat Ar Rum ayat 41.
Ar Rum adalah surat ke 30 dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 60 ayat. Peristiwa yang diuraikan ayat-ayat dalam surat ini menyangkut Bizantium (Romawi).
Mengutip Tafsir Al-Lubab Jilid 3 karya Quraish Shihab, surat ini juga mengungkap hubungan segala sesuatu dan segala masa dengan Allah SWT. Dalam hubungan itu, tampak dengan jelas bahwa setiap peristiwa dan keadaan, setiap awal dan akhir, atau kemenangan dan kekalahan, semuanya berada di bawah kendali Allah SWT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam surat Ar Rum ayat 41, Allah SWT mengingatkan kepada manusia bahwa bencana alam yang terjadi di daratan dan lautan merupakan akibat dari ulah perbuatannya.
Bacaan Surat Ar Rum Ayat 41 Arab, Latin, dan Terjemahan
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Arab Latin: Zaharal-fasādu fil-barri wal-bahri bimā kasabat aidin- nāsi liyużiqahum baʻdal-lażi 'amilŭ laʻallahum yarji'ūn(a).
Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Tafsir Surat Ar Rum Ayat 41
Menurut Tafsir Al-Qur'an Kementerian Agama RI, surat Ar Rum ayat 41 menegaskan bahwa kerusakan di bumi merupakan akibat dari mempertuhankan hawa nafsu. Kerusakan ini terlihat di daratan dan lautan, baik di kota maupun desa, yang disebabkan oleh perbuatan manusia yang didorong oleh hawa nafsu dan jauh dari tuntunan fitrah.
Allah SWT menginginkan agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan buruk mereka, agar kembali ke jalan yang benar dengan memperbaiki perilaku sesuai dengan fitrah mereka.
Dalam buku Memahami Bahasa Al-Quran Melalui Ilmu Fisika 1 karya Aslam Chitami Priawan Siregar, dijelaskan bahwa menurut riwayat Ibnu Abbas RA dan Ikrimah RA, istilah al-bahr merujuk pada negeri-negeri dan kota-kota yang terletak di pinggir sungai. Sebagian ulama berpendapat bahwa al-barr berarti daratan seperti yang kita kenal, sementara al-bahr merujuk pada lautan.
Syaikh Zaid ibnu Rafi' mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah SWT, "Telah tampak kerusakan", yaitu dengan terputusnya hujan yang tidak menyirami bumi, akhirnya timbullah kekeringan.
Syaikh Ibnu Abu Hatim mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan rusaknya daratan adalah terbunuhnya banyak manusia, dan yang dimaksud dengan rusaknya lautan adalah banyaknya perahu (kapal laut) yang dirampok.
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, Abul 'Aliyah menegaskan bahwa siapa pun yang berbuat maksiat kepada Allah SWT di muka bumi berarti telah menimbulkan kerusakan. Kebaikan bumi dan langit hanya dapat terwujud melalui ketaatan kepada Allah SWT.
Terdapat pula riwayat dalam Ash-Shahihain yang menyatakan bahwa ketika orang jahat mati, maka para hamba, kota, pohon, dan binatang melata akan memperoleh ketenangan.
Dalam bukunya yang berjudul Allah SWT Senantiasa Menjagamu, Nurhasan mengutip imam Ibnul Qayyim dalam kitab Ad-Daa' wa Ad-Dawaa', menyebut ketika terjadi kemarau panjang, banyak pohon dan tanaman yang mati, bahkan hewan-hewan pun ikut mati.
Hewan dan pepohonan tersebut melaknat manusia karena Allah SWT menahan hujan-Nya akibat dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia. Meskipun hewan dan pepohonan tidak melakukan dosa, mereka turut menanggung akibatnya. Segala kejadian ini terjadi akibat perbuatan manusia. Tanpa ampunan Allah SWT, maka nau'dzubillah kita akan merasakan akibatnya.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Vasektomi Ingin Dijadikan Syarat Bansos, MUI: Haram
Israel Bak 'Neraka' Imbas Dilanda Kebakaran Hutan
Pandangan Ulama soal Vasektomi untuk Syarat Bansos