Marah merupakan bentuk emosi yang dialami setiap manusia. Namun dalam Islam, pengelolaan amarah diajarkan dengan penuh hikmah.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW pun mengingatkan agar seorang muslim bisa menahan dan mengelola marah. Di beberapa hadis, beliau juga menunjukkan bagaimana marah seharusnya ditanggapi.
Hadits tentang Marah
Rasulullah SAW menyebut bahwa, orang yang paling dianggapnya kuat dan perkasa adalah orang yang mampu menahan amarahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah pernah bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Artinya: "Orang yang kuat itu bukanlah orang yang pandai bergulat, akan tetapi orang yang kuat itu adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika marah."
Dalam riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW juga mengatakan hal serupa.
"عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم أَوْصِنِي. قَالَ "لَا تَغْضَبْ، فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: لَا تَغْضَبْ
Artinya: Dari Abu Hurairah, seseorang bertanya pada Nabi SAW, "Ya Rasulullah berilah saya nasihat," Nabi lalu berkata, "Jangan marah," Dia mengulang pertanyaannya yang selalu dijawab dengan, "Jangan marah." (HR Bukhari)
Adab Marah dalam Islam yang Dilakukan Nabi Muhammad SAW
Mengutip Arab News, marahnya Rasulullah SAW disalurkan dengan cara dan bahasa yang tepat. Hasilnya, penyebab dan solusi mengatasi marah tersebut dapat diketahui dan dilaksanakan setiap hari.
Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang jarang marah maupun berkata kasar. Dalam riwayat hadits dari Al Hasan bin Ali yang bersumber dari pamannya, diceritakan bahwa biasanya amarah Rasulullah SAW dialihkan dengan memalingkan wajah.
Mengutip Kitab Mama' Az-Zawa'id terjemahan Ash-Shallabi & Prof. DR. Ali Muhammad dalam buku Edisi Indonesia: Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 1, Rasulullah SAW mencontohkan marah yang tidak berlebihan serta dengan tujuan jelas.
Kemarahannya Nabi SAW terlihat ketika Umar bin Khattab RA datang sembari membawa lembaran dari Kitab Taurat.
Berdasarkan keterangan Jabir bin Abdillah, Umar RA datang kepada Rasulullah SAW dengan membawa lembaran dari Kitab Taurat sembari berkata, "Wahai Rasulullah ini adalah lembaran dari Kitab Taurat,"
Rasulullah SAW terdiam, kemudian membacanya, hingga raut wajahnya pun berubah. Hal tersebut membuat Bakar Ash Shiddiq RA bertanya, "Apakah engkau tidak melihat raut muka Rasulullah?"
Umar RA pun melihat ke arah Nabi SAW, seraya berkata,"Aku berlindung kepada Allah dari kemarahan Allah dan rasul-Nya. Kami rida Allah sebagai tuhan kami, Islam sebagai agama kami, Muhammad SAW sebagai nabi kami."
Kemudian Rasulullah SAW pun bersabda, "Demi Dzat yang menggenggam jiwa Muhammad, jika Musa hadir di hadapan kalian, kemudian kalian mengikutinya dan meninggalkanku maka kalian akan tersesat dari jalan lurus. Bahkan seandainya Musa masih hidup dan menyaksikan kenabianku, niscaya dia akan mengikutiku."
Lewat kisah lainnya, Rasulullah SAW juga pernah marah jika ada ketentuan Allah SWT yang dilanggar. Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, diceritakan Zaid bin Tsabit
Bahwa Nabi SAW punya ruang kecil untuk salat pada malam hari.
Diceritakan ada beberapa orang yang datang dan ikut salat bersama Nabi SAW. Orang-orang itu datang lagi keesokan harinya, namun Nabi SAW tidak menyambut mereka.
Melihat hal itu, mereka lantas melakukan cara untuk menarik perhatian Nabi SAW dengan mengetuk pintu, meninggikan suara, dan melempar batu.
Kemudian Rasulullah SAW keluar dalam kondisi marah, lalu menjelaskan keutamaan salat malam. Beliau mengatakan kepada mereka bahwa ibadah tersebut sunnah dan akan lebih baik dilakukan di rumah masing-masing.
Hal yang Harus Dilakukan saat Marah dalam Islam
Kita bisa menyikapi amarah dengan meminta perlindungan kepada Allah SWT. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan ketika sedang marah:
- Membaca istighfar.
- Diam (memilih diam, dan bicara kembali ketika dirasa amarah sudah reda).
- Mengambil posisi yang lebih rendah saat marah.
Allah SWT senantiasa akan memberi balasan kepada hamba-Nya yang bisa mengendalikan amarah. Sejalan dengan sabda Rasulullah SAW berikut dikutip dari laman Islam NU:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يُنَفِّذُهُ دَعَاهُ اللّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلَا ئِقِ حَتَّى يُخَيِّرُهُ فِيْ أَيِّ الْحُوْرِشَاءَ
Artinya: "Barangsiapa yang menahan amarah sedang dia mampu melampiaskan, maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat hingga dia disuruh memilih bidadari mana saja yang dia sukai. (HR Imam Ahmad dan at-Tirmidzi)
Bahaya dan Batasan Marah dalam Islam
Dalam Islam, marah menjadi hal yang bisa, marah bisa mendatangkan banyak keburukan. Ketika manusia marah atau lagi penuh dengan emosi, hal ini bisa menjadi pintu bagi setan untuk masuk ke dalam tubuh.
Maka sebab itu, dari hadits dalam Kitab Al Mu'jamul Ausath, Rasulullah SAW bersabda:
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
Artinya: "Jangan kamu marah, maka bagimu Surga (akan masuk Surga)." (HR Ath Thabrani)
Mengutip buku Membuka Pintu Kebaahagiaan karya Ali Ridho, marah ke orang lain boleh-boleh saja, asalkan marah tersebut ada sebabnya dan tidak melampaui batasan wajar.
Misalnya, berkata kasar maupun melakukan kekerasan dan menyakiti yang lain karena emosi. Meski begitu, memaafkan segala hal yang menjadi pemicu amarah adalah keputusan yang mulia.
Itulah sebabnya dalam Islam tidak ada kamus kekerasan, yang ada hanya damai dan kasih sayang.
Baca juga: Tiga Macam Kesabaran |
(khq/fds)
Komentar Terbanyak
Vasektomi Ingin Dijadikan Syarat Bansos, MUI: Haram
Israel Bak 'Neraka' Imbas Dilanda Kebakaran Hutan
Pandangan Ulama soal Vasektomi untuk Syarat Bansos