ֱ

Kenapa Islam Melarang Tertawa Terbahak-Bahak? Ini Alasannya

Kenapa Islam Melarang Tertawa Terbahak-Bahak? Ini Alasannya

Hanif Hawari - detikHikmah
Senin, 03 Feb 2025 15:30 WIB
Ilustrasi pria muslim
Ilustrasi tertawa (Foto: Getty Images/Azman Jaka)
Jakarta -

Tertawa dan bercanda adalah bagian alami dari kehidupan manusia yang dapat memberikan kebahagiaan dan menghilangkan kepenatan. Namun, seperti halnya segala sesuatu yang berlebihan, tertawa yang berlebihan hingga terbahak-bahak juga tidak dianjurkan dalam Islam.

Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal tertawa dan bercanda. Terlalu banyak tertawa, apalagi dengan suara yang berlebihan, dapat mengeraskan hati dan melalaikan seseorang dari hal-hal yang lebih penting dalam kehidupan dan akhirat.

Alasan Islam Melarang Tertawa Terbahak-bahak

Dalam buku Adab Berdandan dalam Islam oleh Hafidz Muftisany, terdapat riwayat hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah mengimbau umatnya untuk tidak tertawa dengan terbahak-bahak. Berikut ini bunyi haditsnya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ

Artinya: "Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati." [HR. Tirmidzi 2/50, Dishahihkan Syaikh Al-Albani]

ADVERTISEMENT

Tertawa adalah fitrah manusia yang dapat membawa kebahagiaan dan menghilangkan beban pikiran. Islam tidak melarang umatnya untuk tertawa, namun segala sesuatu yang berlebihan, termasuk tertawa terbahak-bahak, perlu dibatasi agar tidak menimbulkan dampak negatif.

Tertawa yang berlebihan dapat mengeraskan hati dan menyibukkan seseorang hingga melupakan Allah serta urusan agama yang lebih penting. Selain itu, hal ini juga bisa memicu kedengkian, menyakiti perasaan orang lain, dan bahkan menghilangkan kewibawaan seseorang di mata orang lain.

Dalam berbagai riwayat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat pun digambarkan pernah tertawa dan bercanda. Namun, mereka tetap menjaga batasan agar tidak berlebihan, karena terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati dan menjauhkan seseorang dari ketenangan batin.

Hidup di dunia ini bersifat sementara dan seharusnya dimanfaatkan untuk menanam bekal bagi kehidupan akhirat. Jika seseorang hanya sibuk bercanda dan tertawa tanpa memperhatikan keseimbangan, maka ia bisa kehilangan fokus terhadap tujuan hidup yang sesungguhnya.

Adab Bercanda dalam Islam

Tertawa terbahak-bahak erat kaitannya dengan bercanda, karena sering kali muncul sebagai reaksi dari candaan yang berlebihan. Dalam Islam, bercanda memiliki adab dan batasan agar tidak melampaui kewajaran dan tetap membawa kebaikan.

Kembali mengutip dari buku Adab Berdanda dalam Islam oleh Hafidz Muftisany, berikut ini adalah adab dalam bercanda.

1. Tidak Membawa Nama Allah SWT

Saat bercanda, sebaiknya kita tidak menyebut atau melibatkan nama Allah SWT, karena hal ini bisa menjadi sesuatu yang tidak menghormati-Nya. Dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 65-66, Allah berfirman:

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ

Artinya: Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"

2. Tidak Berbohong

Selanjutnya, dalam bercanda, kita harus menghindari kebohongan karena hal itu dapat menyesatkan dan merugikan orang lain. Islam menekankan kejujuran, bahkan dalam candaan, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau merusak kepercayaan.

Rasulullah SAW bersabda:

"Celakalah orang yang berkata-kata dan menyusun cerita dusta untuk membuat orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya."

3. Tidak Saling Mencela

Dalam bercanda, sebaiknya tidak ada saling mencela, karena hal ini dapat melukai perasaan orang lain dan menimbulkan permusuhan. Allah SWT menegaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 11.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

4. Tidak Menghina dengan Perkataan Buruk

Beberapa orang terkadang suka bercanda dengan menyinggung penampilan fisik orang lain. Nabi Muhammad SAW mengingatkan agar kita tidak mengejek atau merendahkan kondisi fisik seseorang, karena Allah bisa saja memberikan rahmat kepada orang yang dihina dan menguji kita dengan hal yang serupa.

Telah menceritakan kepada kami Umar bin Isma'il bin Mujalid Al Hamdani, dari Mukhul dari Watsilah bin Al Asqa' berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kamu merasa senang atas bencana yang menimpa saudaramu, karena siapa tahu Allah kemudian hari memberinya rahmat dan sebaliknya mengujimu." (HR Tirmidzi)




(hnh/lus)

Berita ֱLainnya
detikOto
detikTravel
detikFood
Sepakbola
detikFinance
detikHot
detikNews
detikInet
Hide Ads