Entah apa yang ada di pikiran Aang. Saat anak dan istrinya, yakni Nurul (3) dan Santi ditemukan tewas usai terseret banjir bandang, dia malah membuat video yang menyebut kedua orang terkasihnya itu ditemukan selamat.
Video itu membuat geram warga Kampung Gumelar, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Pasalnya, Aang dianggap tidak memiliki rasa empati meski anak dan istrinya meninggal gegara terjangan banjir bandang Sungai Cipalabuhan.
Pernyataan Aang beredar dalam video berdurasi 34 detik yang menyebar luas di aplikasi perpesanan dan media sosial. Dalam video tersebut, Aang dengan santai menyatakan bahwa informasi mengenai istrinya yang terseret arus Sungai Cipalabuhan tidak benar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya Haji Aang, suami Neng Santi yang di Kampung Gumelar, yang dinyatakan kata orang-orang istri dan anak saya terbawa arus. Padahal, istri dan anak saya ada di wilayah Cikakak, Desa Margalaksana, Kampung Ciganas. Alhamdulillah selamat. Apa yang diinfokan itu tidak sesuai," kata Aang dalam rekaman video, dilihat detikJabar, Sabtu (8/3/2025).
Namun, klaim Aang terbukti salah setelah jasad Nurul dan Santi ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, tertimbun di antara puing bangunan dan tumpukan sampah di sekitar lokasi kontrakan mereka.
Tidak hanya warga, tim SAR yang berjibaku mencari korban pun dibuat kesal dengan sikap Aang. Saat seluruh tim dan warga bekerja keras mencari korban, Aang justru tetap cuek berjualan di pasar, tempatnya berdagang kelontongan.
Ketua RW 22 Kampung Gumelar, Reza mengatakan, bahwa Aang beberapa kali ditanya mengenai keberadaan istrinya. Namun ia tetap bersikeras bahwa Nurul dan Santi sudah pulang ke kampung halamannya di Kecamatan Cikakak.
"Semalam saya langsung ke pasar, saya tanyakan soal istrinya di mana. Dia bilang sudah pulang ke Cikakak. Berkali-kali ditanya, jawabannya tetap sama, nggak ada peduli, nggak ada usaha cari tahu. Padahal warga dan tim SAR sudah mati-matian mencari," ujar Reza kepada detikJabar.
Karena meyakini ucapan Aang, tim SAR dan warga bahkan sempat mengecek ke Cikakak, Desa Margalaksana, untuk memastikan informasi tersebut. Namun, hasilnya nihil.
"Kami sampai ke sana, pak lurah juga ada, dan ternyata istrinya memang tidak ada di sana. Sampai akhirnya jasad korban ditemukan di lokasi kejadian, terbukti bahwa dia memang korban amukan Sungai Cipalabuhan," tegas Reza.
Setelah jasad istri dan anaknya ditemukan, Aang baru menyadari bahwa mereka benar-benar menjadi korban. Namun, hal itu tidak mengurangi amarah warga yang merasa bahwa pencarian bisa lebih cepat jika sejak awal Aang tidak memberikan informasi keliru.
"Saya mau pulang ke atas (kampung halaman), HP saya mati, HP nggak dibawa, pas ke pasar juga nggak dibawa," kilah Aang.
Namun warga sudah tersulut kekecewaan dengan pernyataan Aang. Mereka menyayangkan sikapnya yang tidak menunjukkan kepedulian sejak awal dan justru menghalangi proses pencarian dengan memberikan informasi yang menyesatkan.
"Padahal ada tetangga, ada pemilik kontrakan yang mengetahui kondisi korban saat di dalam kontrakan. Bahkan sebelum banjir membesar sempat dibujuk agar mau dievakuasi namun menolak. Korban memilih bertahan di dalam rumah bersama anaknya," pungas Reza.
(sya/mso)