·ÉËÙÖ±²¥

Jeritan Terakhir Ibu dan Anak Saat Sungai Cipalabuhan Meluap

Round Up

Jeritan Terakhir Ibu dan Anak Saat Sungai Cipalabuhan Meluap

Tim detikJabar - detikJabar
Sabtu, 08 Mar 2025 03:15 WIB
Evakuasi jasad ibu-anak korban banjir Sukabumi.
Evakuasi jasad ibu-anak korban banjir Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Jeritan memilukan terdengar di antara deru arus Sungai Cipalabuhan yang meluap hebat pada Kamis (6/3/2025) malam. Teriakan minta tolong itu datang dari sebuah rumah kontrakan di RT 02 RW 22, Kampung Gumelar, Palabuhanratu.

Di dalamnya, seorang ibu bernama Santi alias Zahra (40) dan anaknya, Nurul (3), berusaha bertahan dari amukan air. Namun, nasib berkata lain. Rumah itu roboh, terseret derasnya banjir bandang.

Bencana datang tiba-tiba. Sungai Cipalabuhan yang sehari-hari mengalir tenang berubah menjadi monster yang mengamuk. Derasnya arus menyeret apa pun yang ada di jalurnya, termasuk rumah kontrakan sederhana yang ditempati Santi dan Nurul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat air naik, dia mulai minta tolong. Tapi mau gimana? Kita juga lagi sibuk nyelamatin keluarga masing-masing," ungkap Andi Andriansyah, seorang warga yang sempat berusaha menolong.

Sebelum kejadian, warga sekitar sudah mengingatkan Santi untuk mengungsi. Namun, ia memilih bertahan. Keputusan itu menjadi takdir yang membawa dirinya dan putri kecilnya dalam pelukan banjir.

ADVERTISEMENT

Saksi mata menyebut Santi dan Nurul sempat bertahan, memegangi jendela rumah kontrakan saat air semakin meninggi. Namun, kekuatan alam tak bisa ditahan. Derasnya arus menghancurkan bangunan dalam sekejap, menyeret ibu dan anak itu dalam pusaran air.

"Pas banjir datang, air sudah tinggi, seperti ombak di laut. Saya sudah naik ke lantai dua rumah. Tiba-tiba terdengar suara teriakan 'tolong-tolong', saya tahu itu suara Santi. Saya juga dengar suara anaknya nangis. Tapi mau gimana, air sudah tinggi," ujar Dina (59), tetangga korban.

Tangis bocah tiga tahun itu menjadi suara terakhir yang didengar warga sebelum rumahnya luluh lantak. Warga sempat mencoba menyelamatkan mereka dengan tali tambang. Namun, ketika kembali, yang tersisa hanya puing-puing rumah yang terhantam arus.

"Waktu kita datang lagi, rumahnya sudah enggak ada. Hanya terdengar suara dentuman keras, lalu sunyi," lanjut Dina.

Tim SAR gabungan bergerak cepat setelah mendapat laporan dari pemilik kontrakan. Mereka mulai menyisir lokasi, menyusuri reruntuhan rumah yang bercampur lumpur dan batang pohon yang tercerabut dari akarnya.

"Kami menduga korban tertimbun di bawah tumpukan sampah yang terbawa arus. Saat ini, fokus kami adalah membersihkan dan menyisihkan material tersebut agar bisa mempercepat proses pencarian," ujar Koordinator Pos SAR Basarnas Sukabumi, Suryo Adianto.

Pantauan di lokasi menunjukkan sisa bangunan rumah kontrakan korban yang masih berdiri tampak ringkih, dengan separuh tembok bata merah yang tersisa. Sebuah kasur tergeletak di tanah berlumpur, basah akibat banjir yang menyapu kawasan itu. Sementara Sungai Cipalabuhan di sebelahnya masih berarus deras, membawa ranting dan sampah yang tersangkut di tepian.

Setelah upaya pencarian, tim SAR akhirnya menemukan jasad Santi dan Nurul. Keduanya ditemukan tertimbun di antara puing-puing bangunan dan tumpukan sampah yang terbawa arus Sungai Cipalabuhan, pada Jumat (7/3/2025) siang.

"Alhamdulillah, sekitar pukul 13.30 WIB, keduanya bisa ditemukan bersama-sama. Ini ibu dan anak," ujar Kepala Seksi Operasi Kantor SAR Jakarta, Akhmad Rizkiansah.

Proses evakuasi tidak mudah. Tim SAR harus berhadapan dengan tumpukan puing dan sampah limpasan sungai yang menutupi lokasi.

"Kesulitannya memang ada banyak sampah dan material bangunan yang menumpuk. Korban ditemukan dalam kondisi terkubur di dalam tumpukan tersebut," jelas Rizkiansah.




(sya/dir)

Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
detikHealth
Wolipop
detikNews
detikTravel
Sepakbola
detikFinance
detikOto
Sepakbola

Hide Ads