·ÉËÙÖ±²¥

Mengenal Cepot, Karakter Jenaka dalam Wayang Golek

Mengenal Cepot, Karakter Jenaka dalam Wayang Golek

Asy Syifa Ramadhani Imam - detikJabar
Kamis, 07 Nov 2024 12:00 WIB
Wayang Cepot
Wayang Cepot (Foto: Yudha Maulana)
Bandung -

Wayang adalah seni tradisional Indonesia yang memadukan berbagai elemen seni, seperti seni peran, suara, musik, tutur, sastra, dan pahat. Wayang berbentuk boneka tiruan manusia yang terbuat dari bahan kayu atau kulit, dimainkan oleh seorang dalang, dan diiringi oleh alunan musik gamelan dengan cerita yang disampaikan dalam bahasa daerah.

Di Indonesia terdapat berbagai jenis wayang, salah satunya wayang golek. Wayang golek diperkenalkan pertama kali oleh Sunan Kudus pada 1583. Sunan Kudus menjadikan wayang golek sebagai sarana menyebarkan ajaran islam yang diselingi humor untuk menarik perhatian penonton.

Awalnya, wayang golek hanya digunakan oleh santri dan ulama. Namun, cicit Sunan Kudus, Panembahan Ratu (1640-1650) yang memimpin kesultanan Cirebon menjadikan wayang golek mulai populer di tanah Pasundan. Pangeran Girilaya (1650-1662) ikut berperan dalam meningkatkan popularitas wayang golek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terdapat berbagai karakter wayang golek, seperti Gareng, Gatot Kaca, Arjuna, Rama, dan Bima. Diantara banyaknya karakter yang disajikan dalam pertunjukan, Cepot menjadi salah satu karakter khas tanah Sunda yang banyak digemari.

Siapa Cepot?

Dilansir dari laman Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, Cepot atau yang juga dikenal sebagai Astrajingga adalah anak angkat Sanghyang Ismaya (Semar). Cepot tercipta dari bayangan Semar untuk menemaninya saat mengabdi kepada Trah Witaradya (Ksatria).

ADVERTISEMENT

Nama Astrajingga berasal dari bahasa Sansekerta yang merupakan gabungan dari kata 'Astra' yang berarti tulisan dan 'jingga' yang bermakna merah atau oren. Warna tersebut melambangkan karakter iseng dan suka bercanda yang menjadi ciri khas dari Cepot.

Biasanya, tokoh Cepot akan dikeluarkan oleh dalang di tengah pertunjukan. Cepot memiliki sifat yang setia, hal ini terlihat dari bagaimana ia menemani para ksatria yang menjadi majikannya. Ia juga selalu mengikuti Semar kemanapun pergi.

Watak lain yang dimiliki oleh Cepot adalah humoris, suka bercanda kepada siapapun, termasuk ksatria, raja dan dewa. Namun, humor yang disampaikan oleh Cepot selalu membawa kritik, petuah dan nasehat yang dapat diambil. Maka dari itu, Cepot digunakan oleh dalang sebagai penyampai pesan bagi para penonton.

Karakter Cepot memiliki ciri khas tersendiri, yaitu warna merah di seluruh tubuhnya. Warna merah tersebut menjadi simbol keberanian dan hawa nafsu. Cepot karakter yang berani membela kebenaran.

Selain itu, Cepot juga selalu menggunakan pakaian tradisional Sunda berwarna hitam berupa iket, pangsi, dan sarung untuk melengkapi penampilannya. Tidak lupa, satu gigi yang terlihat menambah kesan humoris dan khas dari tokoh Cepot.

(iqk/iqk)

Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
Sepakbola
detikOto
Sepakbola
detikHealth
detikInet
detikFood
detikFinance
detikTravel

Hide Ads