·ÉËÙÖ±²¥

Kisah Panjang Keripik Pedas Riki Jadi Buah Tangan dari Cimahi

Kisah Panjang Keripik Pedas Riki Jadi Buah Tangan dari Cimahi

Whisnu Pradana - detikJabar
Senin, 15 Jul 2024 10:30 WIB
Keripik Pedas Riki Cimahi
Keripik Pedas Riki Cimahi (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Cimahi -

Tak banyak buah tangan yang bisa dibawa saat berkunjung ke Kota Cimahi. Namun ada satu pilihan oleh-oleh yang wajib dibeli jika sedang berkunjung ke kota mungil itu.

Ya, keripik pedas. Camilan berbahan utama singkong yang diolah sedemikian rupa menjadi keripik. Bisa ditemukan dimana saja, namun keripik pedas yang ini cuma ada di Cimahi saja.

Salah satu pelopor keripik pedas yang akhirnya jadi oleh-oleh khas daerah berjuluk 'Kota Militer' itu ialah keripik pedas riki. Jajanan yang sudah tenar di kalangan masyarakat kelas bawah hingga atas sejak belasan tahun silam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alhamdulillah, berawal dari tahun 2006, bertahan sampai sekarang," kata Yayat Hidayat, pemilik merek sekaligus pawon oleh-oleh Riki, di Jalan Kademangan, Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, saat berbincang dengan detikJabar, Minggu (14/7/2024).

Keripik riki lahir dari perjuangan dan kejelian Yayat, melihat potensi cuan yang kala itu belum banyak tergali. Ia belajar dari saudaranya di luar daerah yang membuat keripik singkong, namun tak dibumbui dengan bubuk cabai.

ADVERTISEMENT

"Awalnya ya itu, lihat saudara bisnis keripik singkong. Dari situ saya belajar juga, terus terpikir bikin yang pedasnya dengan bubuk cabai, ya racikan sendiri. Kebetulan waktu itu juga saya jualan di pasar, tapi sedang sepi," kata Yayat.

Keripik pedas olahannya dibungkus dengan porsi kecil, yang tahun itu dijual 100 sampai 250 perak saja per bungkusnya. Maklum, di tahun 2006, harga jajanan anak masih sangat-sangat murah dan beragam jenisnya.

Tak langsung sukses dan terkenal di pasaran, Yayat menyebut ia berjuang dari nol menjajakan produk itu dari warung ke warung. Ia berangkat sendiri, terkadang bersama anak-anak yang membantunya.

"Ya memasarkan sendiri, jadi nitip ke warung, terus diantar langsung. Nah mulai lah dari situ keripiknya laku dan banyak yang pesan," kata Yayat.

Berangkat dari kian tenarnya jajanan murah dan merakyat itu, Yayat kemudian menyulap garasi rumahnya menjadi tempat berjualan keripik. Saat itu, proses produksi hanya dilakukan secara kecil-kecilan di rumahnya.

"Awalnya sedikit, paling 2 kuintal itu juga yang kerjanya hanya keluarga sendiri. Terus buka di rumah, mulai semakin banyak yang datang beli langsung, selain juga tetap jual ke warung-warung," kata Yayat.

Lantas darimana nama Riki berasal? Yayat menyebut Riki merupakan gabungan dari nama dua cucunya. Nama itu dipilih secara spontan tanpa ada alasan yang jelas.

"Untuk nama RIKI itu berasal dari nama cucu bapak, yaitu Ari Subari untuk Ri-nya, kemudian untuk Ki-nya itu dari Rizki Maulana. Kalau ditanya kenapa Riki, mungkin sudah takdirnya seperti itu, enggak tahu juga apa alasannya," kata Yayat.

Mulai Berkembang Pesat

Pesatnya perkembangan bisnis camilan yang ia geluti, tak lepas dari peran bocah-bocah yang suka jajan. Promosi dari mulut ke mulut tanpa mengeluarkan sepeser biaya, disebut Yayat sebagai kuncinya.

Keripik Pedas Riki CimahiKeripik Pedas Riki Cimahi Foto: Whisnu Pradana/detikJabar

"Jadi waktu itu di rumah kita layani anak kecil yang mau beli keripik berapapun uangnya. Tap untungnya di situ, karena mereka juga membantu kita promosi. Pasti cerita ke teman-temannya, makanya alhamdulillah terus berkembang sampai seperti sekarang," tutur Yayat.

Ciri khas keripik riki produksinya yakni potongan singkong yang tipis dan renyah, serta tentunya rasa gurih berpadu pedas yang bikin ketagihan. Ditambah ada rasa daun jeruk yang memberikan sensasi unik di lidah.

Dari situ, konsumen yang semakin banyak ternyata menyarankan Yayat menambah jenis jajanan lain sebagai pilihan. Saran itu didengar Yayat, sehingga konsumen tak bakal kehabisan pilihan selain keripik pedas saja yang dibeli.

"Dari situ banyak yang saran buat tambah jenis jajanannya, katanya 'pak tambah basreng, tambah ini, tambah itu'. Ya bapak dengarkan, jadi sekarang ada selondok, makaroni, lidi-lidian. Sekarang di pawon yang baru, mungkin ada 120-an jenis jajanan, ya bisa dibilang sentra oleh-oleh juga," ujar Yayat.

Kini, ia sudah punya pabrik tersendiri untuk mengolah singkong menjadi keripik, serta bakso untuk bahan baku basreng. Di pabrik itu, pembuatan produk olahan Keripik Riki berlangsung 24 jam.

"2 tahun setelah awalnya bapak mulai jualan keripik, alhamdulillah bisa mendirikan pabrik. Dari modal awal hanya Rp300 ribu, sekarang alhamdulillah karyawannya sudah banyak. Pengepakan juga di pabrik," ujar Yayat.

Keripik Riki saat ini bisa dibeli per bungkus kemasan Rp5 ribu untuk yang paling murah. Harga serupa berlaku untuk jenis jajanan lainnya.




(dir/dir)

Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
detikHot
Sepakbola
detikTravel
detikNews
Wolipop
detikInet
detikOto
Sepakbola

Hide Ads