·ÉËÙÖ±²¥

Menilik Sejarah Berdirinya Masjid Menara Kudus Berdasarkan Batu Prasasti

Menilik Sejarah Berdirinya Masjid Menara Kudus Berdasarkan Batu Prasasti

Dian Utoro Aji - detikJateng
Minggu, 02 Mar 2025 03:40 WIB
Masjid Al-Aqsha atau dikenal dengan Masjid Menara Kudus berada di Desa Kauman Kecamatan Kota, Kudus.
Masjid Al-Aqsha atau dikenal dengan Masjid Menara Kudus berada di Desa Kauman Kecamatan Kota, Kudus. Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng
Kudus -

Masjid Al-Aqsha peninggalan Sunan Kudus menjadi bukti sejarah penyebaran agama di Jawa. Lalu kapan sejarah berdirinya masjid peninggalan salah satu walisanga itu?

Masjid Al-Aqsha atau dikenal dengan Masjid Menara Kudus berada di Desa Kauman Kecamatan Kota. Masjid ini ramai dikunjungi warga baik untuk beribadah hingga berwisata.

Di depan samping masjid terdapat bangunan menara. Menara ini sekilas mirip dengan bangunan candi. Namun di atas menara dari batu merah ini terdapat beduk yang sebagai simbol tanda akan azan dan salat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Humas Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus, Denny Nur Hakim, mengatakan bahwa pada awalnya bangunan Masjid Al-Aqsha tidak seluas sekarang ini. Menurutnya bangunan yang dirikan oleh Sunan Kudus ini cukup kecil dan sederhana.

"Tapi sangat kecil. Jadi batas Masjid itu dari gapura di dalam masjid sampai ke mihrab pengimaman," kata Denny kepada detikJateng di lokasi, Sabtu (1/3/2025).

ADVERTISEMENT

Denny mengatakan ada tiga kali renovasi perluasan pada bangunan masjid ini. Pertama tahun 1918-1919. Perluasan kedua dilakukan pada tahun 1927. Serta perluasan ketiga terakhir itu pada tahun 1933.

Suasana di kompleks Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus, Sabtu (1/3/2025).Suasana di kompleks Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus, Sabtu (1/3/2025). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

"Nah sekitar tahun 1953 itu pernah dilakukan renovasi pada puncak atap masjid. Perbaikan dari saka sampai mustaka masjid," jelasnya.

Lebih lanjut, Denny menjelaskan terkait dengan tahun berdirinya masjid. Menurutnya, sejarah masjid itu bisa dibaca dari sumber batu prasasti terletak di atas mihrab pengimanan. Prasasti itu bertuliskan huruf Arab yang mempunyai empat poin penting.

Poin pertama adalah pemberian nama masjid yang didirikan oleh Sunan Kudus, yakni masjid Al-Aqsha. Poin kedua pemberian nama tempat atau wilayah masjid itu didirikan yakni Al-Quds yang sekarang lebih dikenal dengan Kudus.

Selanjutnya pada poin ketiga tentang tanggal pendirian Masjid yakni 19 Rajab tahun 1956 hijiriyah tanggal tersebut bertepatan dengan tanggal 23 Agustus 1549 Masehi.

"Poin keempat adalah nama pendirinya yakni Jafar Shadiq atau dikenal Sunan Kudus," ungkap dia.

Namun, tak ada informasi pasti mana yang lebih dulu didirikan antara masjid dan menara itu. Akan tetapi bangunan menara dan masjid ini memiliki fungsi yang saling berkaitan.

"Fungsi dari bangunan masjid sebagai tempat ibadah salat sementara bangunan menara itu sebagai tempat untuk mengumandangkan azan. Secara fungsi antara bangunan menara dan masjid saling berhubungan. Sehingga bisa jadi pendirian masjid dengan menara bisa berbarengan dalam satu massa," ungkap Denny.

Pada Bulan Ramadan ini, ada berbagai acara di Masjid dan Menara Kudus. Terutama kegiatan dakwah yang ditingkatkan. Biasanya hanya seminggu sekali, ini rutin setiap hari selama Bulan Ramadan.

Setelah salat subuh itu dilakukan pengajian tafsir Al-Quran. Selanjutnya, setelah salat asar sampai menjelang berbuka puasa ada pengajian bersama di pendopo tajug yaitu pengajian kitab Riyadlus Shalihin.

"Setelah salat tarawih darusan umum itu dilakukan di Menara. Di situ kegiatan setiap hari para pengisi atau Kiai setiap malam berganti tidak monoton dengan jemaah tidak hanya masyarakat bahkan dari kota ada di sekitar Kudus," ujarnya.

Strategi Sunan Kudus Siar Agama Islam di Jawa

Denny Nur Hakim juga bercerita mengenai strategi dakwah Sunan Kudus. Dia mengatakan Sunan Kudus menjadi salah satu walisanga memiliki strategi untuk menyiarkan agama Islam di Jawa. Menurutnya Sunan Kudus memiliki pendekatan budaya.

"Jadi beliau mengetahui mayoritas penduduk lokal sebelum kedatangan Sunan Kudus kan masyarakat lokal masih menganut kepercayaan atau keyakinan Budda dan Hindu. Walaupun Budda tidak berdominan tapi yang berdominan adalah masyarakat Hindu," kata Denny.

Masjid Menara KudusMasjid Menara Kudus Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Hal ini kata dia bisa dilihat dari bangunan Menara dan Masjid Kudus. Menurutnya paling menonjol adalah bangunan Menara yang menyerupai candi.

"Nah cuman perbedaan kalau candi didirikan masyarakat Hindu digunakan sebagai tempat ibadah atau pemujaan. Kalau di bangunan Menara lebih banyak digunakan untuk mengumandangkan azan," kata dia.

Tak hanya itu, Sunan Kudus juga menggunakan media wayang untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat di Jawa saat itu. Media wayang yang digunakan oleh Sunan Kudus adalah klitik.

"Wayang klitik itu adalah wayang terbuat dari kayu, jadi kenapa wayang klitik itu setiap digerakan berbunyi klitik-klitik karena bersentuhan dari anggota badan dan tubuh," ujarnya.

Selain media wayang juga Sunan Kudus dikenal menciptakan dua buah tembang yakni Maskumambang dan Mijil. "Jadi budaya strategi pendekatan utama Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam," lanjut dia.

Lebih lanjut, Sunan Kudus saat itu juga tidak menyembelih sapi untuk menghormati umat Hindu. Sebab Sunan Kudus mengetahui bahwa sapi itu yang dimuliakan masyarakat Hindu. Dalam ajaran Hindu sapi itu tunggangannya dewa. Sehingga mereka memuja sapi tersebut.

"Hal tersebut digunakan Sunan Kudus, beliau tidak menyembelih sapi hingga sampai saat ini masyarakat Kudus tidak ada yang menyembelih sapi," pungkas dia.




(afn/afn)

Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
detikOto
detikFood
detikFinance
detikNews
Sepakbola
Sepakbola
detikHealth
detikHot

Hide Ads