Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita sukses mengubah 20 hektare lahan tidak produktif akibat rob jadi bisa ditanami lagi dengan program penanaman padi biosalin. Petani di Kecamatan Tugu, Semarang, berharap program tersebut dilanjutkan dan diperluas.
Petani di Kecamatan Tugu, Semarang, Bahrun (50), mengatakan dengan padi biosalin, dua hektare sawahnya di Kelurahan Mangunharjo kini bisa ditanami lagi. Sebelumnya, seperempat hingga satu hektare lahannya kerap gagal panen akibat rob.
"Kadang-kadang satu hektare itu seperempat hektarnya nggak bisa digarap karena terkena air asin. Tapi sejak ada biosalin ini semua tergarap," kata Bahrun saat ditemui detikJateng di Kecamatan Tugu, Minggu (16/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Karena itu, menjelang pergantian Wali Kota Semarang, Bahrun berharap program penanaman padi biosalin bisa dilanjutkan. Dia bilang para petani lain juga berharap agar program itu diperluas, terutama di pesisir yang kerap dilanda rob seperti di Kecamatan Tugu.
"Dalam hal ini Bu Ita (Walkot Semarang) selalu aktif ke pertanian kami, sehingga siapapun wali kotanya nanti, kami harap program ini tetap lanjut karena sangat membantu petani, khususnya di Mangunharjo," ujar dia.
"Teman-teman yang belum dapat bantuan itu menanyakan ingin dapat juga, semoga harapannya ke depan bisa diperluas ke daerah lain juga seperti Mangkang Kulon dan Mangkang Wetan. Di sana ada lahan yang terkena air asin juga," sambung Bahrun.
![]() |
Bahrun mulai menanam padi biosalin sejak Juli 2024. Penanaman padi biosalin memang menjadi salah satu program ketahanan pangan Pemkot Semarang saat itu. Sejak itu, kata Bahrun, seluruh sawahnya bisa tergarap dan penghasilannya pun bertambah.
"Pendapatan kita pastinya bertambah, karena yang biasanya cuma 4-5 ton, sekarang bisa lebih dari itu. Kalau di tempat saya itu pembenihan, kisaran kenaikan pendapatannya sampai 50 persen, dua kali lipat," ungkapnya.
Bahrun yang merupakan ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki itu menambahkan, saat ini ada sekitar 20 hektare lahan yang menggunakan padi biosalin. Dia menilai padi biosalin lebih cocok di wilayahnya karena lebih tahan rob.
"Pernah terendam sesekali tapi nggak begitu parah, karena sudah ada pintu pengamanan, ada tutupnya. Kelompok tani ada bagian yang menjaga buka-tutup pintu itu, tapi waktu kena air rob itu juga insyaallah aman, masih bertahan. Ada peningkatan lah sejak pakai biosalin," ucap dia.
20 Hektare Lahan Tidur Bisa Dimanfaatkan
Mbak Ita menjelaskan, program tersebut sebenarnya merupakan kolaborasi antara Pemkot Semarang dengan sejumlah mitra mulai dari Badan Riset dan lnovasi Nasional (BRIN) hingga Universitas Diponegoro (Undip). Kini, tercatat sudah ada 20 hektare lahan tidur yang berhasil dimanfaatkan lagi.
Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) juga pernah meninjau penanaman padi biosalin di persawahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Semarang, pada Sabtu (18/1) lalu.
"Hingga kini lahan tidur yang termanfaatkan, yang semula tanam 2.800 meter persegi pada Juni-Oktober 2024, berkembang jadi 20 hektare pada masa tanam 1 Desember 2024 sampai April 2025," kata Mbak Ita melalui pesan singkat kepada detikJateng, Minggu (16/2/2025).
"Petani pesisir bisa merasakan manfaat keunggulan biosalin yang tahan air payau, mampu produksi hingga 5-6 ton per hektare, dan bertahan dalam kondisi tergenang banjir rob serta air hujan," imbuhnya.
Mbak Ita menyampaikan, berdasarkan data terakhir, padi biosalin juga mampu bertahan terhadap serangan penyakit kresek, hawar daun bakteri, hingga 90 persen. Menurutnya, program optimalisasi lahan tidur itu harus dilanjutkan hingga menjadi model pertanian pesisir di Indonesia dan berkontribusi dalam ekonomi sirkular serta pencapaian 17 pilar Sustainable Development Goals (SDGs).
"Bisa menjadi bagian dari ekonomi sirkular, sesuai 17 pilar dalam SDGs United Nation, marena mampu memaksimalkan penggunaan sumber daya," kata Mbak Ita.
(dil/afn)