Tas dari limbah plastik buatan warga Pati ini laris manis saat bulan Ramadan. Bahkan tas anyaman ini sudah laku sampai mancanegara. Seperti apa kisahnya?
Dia adalah Syahrial Aman (39), warga Desa Karangrejo, Kecamatan Juwana. Dosen Universitas Muhammadiyah Kudus ini mengubah limbah plastik menjadi tas yang bernilai ekonomis.
Tas anyaman dari limbah sampah dari 2019 ini laris manis saat bulan Ramadan. Menurutnya banyak pembeli ingin mendapatkan tas cantik ini. Bahkan tasnya sudah laku di Jepang dan Cina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau untuk permintaan full ini untuk di bulan Ramadan untuk luar negeri pun setiap hari produksi untuk di Jepang dan Cina. Karena permintaan lagi lumayan ini," kata Syam saat berbincang dengan detikJateng, Kamis (13/3/2025).
Dia mengatakan produk tasnya dikirim ke luar negeri setiap bulan mencapai 1.700 buah. Padahal harusnya ada 2.500 buah namun dia tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan permintaan ekspor.
"Untuk lokal sendiri, semula 1.000 setiap bulan Kalau Ramadan ini 2.500 pcs naik seperti ini," ungkap dia.
Syam mengaku bahan tas anyaman yang dibuat dari sampah plastik. Terutama jenis plastik Linier Low Density Polyethyene (LLDP) atau jenis yang memiliki karateristik lentur dan kuat. Dari bahan ini lah Syam bersama ratusan pekerjanya mengubah menjadi tas yang bernilai ekonomis cukup tinggi.
"Sampah plastik dimana sampah yang ada di sekitar ini menjadi sebuah produk yang mereka memanfaatkan untuk kustomer kami yang cantik, unik, dan kita bisa mengulang sampah dimana bisa melestarikan lingkungan kita," ujarnya.
Adapun proses produksi dimulai dengan memberikan pelatihan menganyam kepada pekerjanya. Setelah itu mengirim bahan baku kepada pekerjanya.
Sebab proses pembuatan tas sebagian besar dikerjakan di rumah masing-masing pekerjanya. Mereka tersebar di Kecamatan Jakenan sampai Pucakwangi.
Setelah jadi, tas anyaman dikirim ke galeri Syam. Timnya juga ada yang bagian untuk mencermati tas anyaman yang telah jadi untuk dijual.
"Mereka akan membuat tas anyaman berdasarkan pesanan atau desain kami, sehingga kami juga menganalisa desain ini sudah sesuai dengan market saat ini atau tidak," ungkapnya.
Syam memproduksi tas anyam mencapai 5 ribu buah setiap bulan. Tas anyaman miliknya ini sudah laku keras baik di Indonesia hingga tembus pasaran ekspor. Di antaranya Jepang, Cina, Singapura, Amerika Hingga Belanda.
Harganya pun terjangkau tergantung dengan desain tas anyaman yang diorder atau sedang tren. Harganya mulai Rp 15 ribu sampai dengan Rp 200 ribu.
"Omzet Rp 100 jutaan per bulan," jelasnya.
Untuk mempermudah pembayaran, Syam menyediakan mesin Electronic Data Capture (EDC) yang disediakan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dia mengaku menyediakan EDC sudah setahun belakangan ini. Sebab mempermudahkan pembayaran bagi pembeli.
EDC BRI dapat digunakan untuk menerima pembayaran dengan kartu debit, kredit, hingga QRIS.
"Ini kan sebagai alternatif ketika mereka menggunakan EDC BRI, misalnya saya pakai saat di expo, pameran, itu kita pakai lumayan banyak," jelasnya.
"Selain itu rekening dolar itu lewat aplikasi Brimo terdapat di Brilink," lanjut dia.
Syam mengkalim tas anyaman dari bahan plastik lebih awet dibandingkan dengan pada biasanya. Bahkan dia mengklaim tasnya bisa awet sampai bertahun-tahun.
"Keawetan bahan baku, seperti pernah kami kirim ke Jepang sangat awet sehingga ada beberapa produk kami yang organik misalnya ada yang jamuran, namun produk kami dari plastik sehingga awet tidak ada masalah," ujarnya.
Syam mengaku bersyukur usahanya tas anyaman dari plastik telah menembus pasaran ekspor. Sebab Syam mengaku beberapa kali membuka usaha namun gagal. Dia berharap dengan usahanya ini bisa membantu peningkatan ekonomi masyarakat.
"Awalnya kami investasi bak sampah, semakin berkembang saya lihat kok bahan bakunya mula trending dengan tas akhirnya jualan tas, terus kita jualan tas kok semakin banyak yang suka. Pertama sekitar 5 orang, sekarang 300 orang pekerja," pungkas Syam.
Terpisah Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pati, Wahyu Setyawati mengaku bangga dengan perkembangan UMKM di Pati seperti usaha milik Syam. Dia mengatakan untuk membantu meningkatkan UMKM, dinasnya ada program khusus selama dua tahun.
"Untuk pelaku usaha di Kabupaten Pati kami sangat mendukung untuk naik kelas. Adapun upaya yang telah kami tempuh adalah menyelenggarakan bussiness matching selama 2 tahun," tambah dia.
(aku/afn)