·ÉËÙÖ±²¥

Dinkes Prediksi TBC pada 2025 di Surabaya 16 Ribu Kasus

Dinkes Prediksi TBC pada 2025 di Surabaya 16 Ribu Kasus

Esti Widiyana - detikJatim
Rabu, 09 Apr 2025 14:45 WIB
Lungs made of white and black pills on pink background. World Tuberculosis Day concept
Ilustrasi Tuberkulosis (Foto: Getty Images/iStockphoto/Liliia Lysenko)
Surabaya -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya memprediksi penyakit Tuberkulosis (TBC) selama 2025 sebanyak 16 ribu kasus. Pemkot Surabaya menggandeng berbagai sektor dan melakukan kegiatan pencegahan peningkatan TBC.

Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan, berdasarkan dari Surat Revisi Penyampaian Target dari Dinkes Jatim estimasi penemuan kasus di tahun 2024 sebanyak 16.127 kasus. Sedangkan estimasi penemuan kasus tahun 2025 sebanyak 16.098 kasus.

Lalu, penemuan kasus TBC di Kota Surabaya periode pelaporan Januari-Desember 2024 sebesar 12.096 kasus atau 75 persen dari estimasi 16.127 kasus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berdasarkan sumber data SITB dan cut off data per 24 Maret 2025, Penemuan kasus TBC di Surabaya ada sebanyak 1.917 dari estimasi kasus sebanyak 16.098 di Tahun 2025. Kami menargetkan, Investigasi Kontak (IK) di tahun 2025 sebesar 100 persen," kata Nanik, Rabu (8/4/2025).

Nanik mengatakan, pihaknya bakal melibatkan lintas sektor di masing-masing wilayah melalui berbagai kegiatan. Di antaranya investigasi kepada minimal 8 orang serumah atau kontak erat melalui gerakan Cak dan Ning.

ADVERTISEMENT

Dinkes Surabaya juga akan menggelar kegiatan skrining kesehatan terintegrasi TBC-PTM dan TBC-anak. Kemudian menggandeng Universitas Airlangga (Unair) untuk melakukan tatalaksana penanggulangan TBC anak.

"Memperluas jaringan layanan TBC, melakukan MoU atau kerjasama dengan rumah sakit (RS), hingga klinik. Selain itu, pemkot juga akan melakukan skrining TBC pada kelompok risiko tinggi (risti) seperti pasien HIV, DM (diabetes melitus), anak khususnya gizi kurang dan buruk, ISPA atau pneumonia, Covid-19, dan calon jemaah haji (CJH)," jelasnya.

Jejaring internal TBC juga dikuatkan dengan melibatkan peran poli paru, poli anak, poli penyakit dalam, poli bedah, IGD, rawat inap, dan sebagainya.

"Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk menjaring terduga TBC dan penemuan kasus TBC di RS. Selain itu juga dilakukan optimalisasi kolaborasi TBC-HIV, yang mewajibkan semua pasien TBC mengetahui status HIV-nya dan pasien HIV wajib melakukan screening TBC," ujarnya.

Menurutnya, bila semua itu dilakukan, dapat meningkatkan penguatan, pendampingan, dan dukungan sosial untuk mempertahankan pengobatan. Selain itu juga melacak kasus pasien yang belum memulai pengobatan, LTFU (lost to follow-up), dan mangkir hingga pendampingan pasien TBC oleh tim ahli klinis (TAK) dan KOPI TBC.

Pelayanan pengobatan pasien TBC dapat dilakukan di puskesmas satelit TBC Resisten Obat (RO) atau di RS rujukan TBC RO. Sedangkan pendampingan pasien TBC RO dilakukan oleh Peer Educator (PE).

"Selain itu dinkes juga berkoordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya untuk memfasilitasi shelter bagi pasien TBC. Pemberian berbagai bantuan kepada pasien TBC seperti makanan tambahan PMT, tabung oksigen, sembako, dan sebagainya. Kami juga akan meningkatkan mutu melalui akreditasi fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes)," pungkasnya.




(esw/fat)

Berita ·ÉËÙÖ±²¥Lainnya
Wolipop
detikInet
Sepakbola
detikTravel
detikNews
detikHot
Sepakbola
detikFood

Hide Ads