Senin pagi itu, Aula Wengker di Mapolres Ponorogo tak seperti biasanya. Deretan kursi terisi oleh raut-raut polos anak-anak yatim yang tampak rapi dan penuh harap.
Di sisi lain, jajaran polisi berseragam lengkap duduk khusyuk mendengarkan tausiyah yang menyejukkan hati. Suasana religius menyelimuti ruangan, berpadu dengan semangat kepedulian yang begitu terasa.
Di tengah kegiatan Pembinaan Rohani dan Mental (Binrohtal), Polres Ponorogo tak hanya berbicara soal iman. Mereka menghadirkan cinta, kepedulian, dan perhatian nyata kepada anak-anak yatim lewat kegiatan santunan dan doa bersama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anak yatim itu istimewa. Allah sendiri yang menjaga mereka. Maka siapa pun yang memuliakan mereka, akan dimuliakan pula oleh-Nya," tutur Ustadz Djarwo, yang didatangkan dari Kertosari, Babadan, Ponorogo, saat mengisi tausiyah.
Dengan suara lembut namun penuh penekanan, sang ustadz mengingatkan pentingnya berbagi dan bersedekah. "Sedekah itu bukan sekadar memberi. Ia adalah penyelamat dari marabahaya, dan penenang hati yang gelisah," ucapnya, disambut anggukan peserta.
Kehadiran Kapolres Ponorogo AKBP Andin Wisnu Sudibyo dalam kegiatan ini bukan hanya sebagai pimpinan, tapi juga sebagai teladan. Ia ingin menunjukkan bahwa polisi bukan hanya penegak hukum, tetapi juga pelindung yang hadir di tengah masyarakat dengan kasih sayang.
"Kami ingin menunjukkan bahwa institusi ini tidak hanya kuat secara fisik, tapi juga lembut hatinya. Kepedulian kepada anak-anak yatim adalah salah satu bentuk nyata dari itu," kata Andin usai acara.
Tak hanya polisi, hadir pula Dandim 0802 Ponorogo, pejabat utama Polres, Kapolsek se-jajaran, hingga para anggota Bhayangkari yang turut menyalurkan santunan. Kehadiran mereka menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat dan menyentuh.
Di akhir acara, doa bersama mengalun penuh haru. Tangan-tangan mungil anak-anak yatim menengadah, disambut senyuman tulus dari para aparat. Di momen itu, batas antara seragam dan sipil mengabur yang tersisa hanya kemanusiaan.
Aula Wengker hari itu bukan sekadar tempat kegiatan. Ia menjadi saksi, bahwa dalam dunia yang kadang keras ini, masih ada ruang untuk kelembutan, kasih, dan harapan.
(dpe/abq)